Bagi petani di wilayah subak baik sawah maupun subak abian istilah sekolah lapang (SL) sudah biasa dikenal. Sekolah dimaksud adalah pembelajaran dan lapang dapat diartikan sebagai lokasi pembelajaran diareal sawah maupun tegal/kebun. Sampai saat ini sekolah lapang merupakan metode pembelajaran petani yang sangat efektif untuk lebih cepat untuk adopsi tegnologi Pertanian. DEngan sekolah lapang peserta dapat memperaktekan langsung dilahan dan dapat menguji serta melihat hasilnya.
Sekolah lapang (SL) yang dilaksanakan di subak Kampung Baru dimulai bulan Juni 2018, dan berakhir pada hari ini, jumat tanggal 12 September 2018. Setelah melakuksanakan 5 pertemuan dilokasi laboratorium lapangan sekaligus sebagai demplot percontohan. Luas laboratorium tempat belajarnya petani adalah 1 ha dengan lokasi pada lahan milik Ketut Sukadana.
Pada saat penutupan kegiatan dilakukan hari lapang tani dengan menghadirkan petani disekitar percontohan dan juga peserta pelatihan sebanyak 20 orang. Dari hasil yang diperoleh mendapatkan hasil sebanyak 8,6 ton gabah kering panen. Para peserta ikut menyaksikan hasil pembelajaran walaupun sebenarnya hasil dapat ditingkatkan lagi.
Koordinator BPP Banjar dalam penyampaian saat pelaksanaan hari lapang tani, mengatakan semestinya petani belum mampu mengejar potensi hasil tanam padi untuk jenis ceherang seluas 1 ha dengan 9 ton gabah kering panen. Hal ini perlu dicari terobosan pada hal dari penggunaan sarana produksi sudah cukup untuk aplikasi pupuk urea, maupun NPK. Setelah dilakukan diskusi ternyata peserta Sekolah lapang menyatakan kondisi lahan yang kurang baik, dengan PH 5, Untuk meningkatkan hasil disarankan agar tetap menggunakan pupuk organic, demikian juga perlakuan pemberian kapur pertanian atau pemberian dolomite.
Kegiatan Hari Lapang Tani juga dihadiri, Babinsa wilayah Desa Kaliasem, Mantri Tani Penyuluh Wilbin Kaliasem.
-Sada Wedantara/BPP Banjar-