Ketut Sumawa salah seorang kontak Tani Nasional Andalan (KTNA) semenjak dua tahun terakhir ini selalu menggunakan Alat tanam benih menggunakan atabela, demikian pula telah diikuti oleh petani diwilayah Desa Temukus
Pemanfaatan atabela ini dilakukan akibat ongkos tanam padi saat ini cukup menelan biaya yang tidak sedikit, sehingga akan mengurangi pendapatan bagi petani padi sawah. Apabila memanfaatkan atabela penanaman dapat dilakukan sendiri dengan interfal waktu yang lebih cepat. Menurut Sumawa lahan 30 are dapat dikerjakan cukup selama satu hari dengan satu orang. Disamping murah biayanya pemanfaatan benih padi lebih sedikit, yang dahulunya petani menyemai benih sebanyak 35 kg utuk luasan satu hektar, dengan atabela, cukup menghabiskan 20-25 kg.
Manfaat lain yang diperoleh adalah umur panen dapat dikurangi selama 10 hari dibandingkan apabila disemai terlebih dahulu. Petani dapat mengejar waktu tanam, sehingga mampu mengejar kekurangan air pada saat musim kemarau.
Atabela yang dimanfaatkan oleh petani disubak Temukus merupakan bantuan dari Balai Pengkajian dan Tegnologi (BPTP)Bali, namun masih banyak kelemahan alat tersebut diantaranya jumlah benih yang keluar per lubang tanam tidak teratur kadang-kadang bisa banyak karena belum memiliki alat pengatur untuk keluarnya benih dari atabela.
Atabela ini kurang cocok dipakai saat musim hujan karena benih bisa berserakan kena pukulan air hujan. Kelemahan lain adalah pengolahan tanah harus sempurna untuk mengurangi tumbuhnya rumput/gulma, selain itu alat tersebut belum mampu menutupi benih yang ditanam, sehingga perlu waktu untuk menjaga benih dari serangan burung.
Untuk mengatur jumlah benih yang harus keluar dari atabela, siswa SMA Negeri satu Singaraja dikoordinir Putu Agus kawi Wiradarma memcoba mendisain alat tersebut untuk dapat menanam benih padi dalam jumlah yang dapat diukur, untuk mengurangi pemborosan benih dan pertumbuhan padi lebih sempurna.
Sada Wedantara_BPP Banjar