(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Tanaman Buah Kesambi di Lahan Kering (Schleichera Oleosa)

Admin distan | 08 Desember 2015 | 19581 kali

oleh : IGA Maya Kurnia / PP Madya -  Distanak Buleleng.

Pohon kesambi dapat mencapai tinggi hingga 40m, dengan diameter batang hingga  2m. Biasanya batang pohon kesambi selalu bengkok dan bermata kayu serta berbanir. Kulitnya halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan tipis, berbulu pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda dengan kelenjar tertentu, hitam, kemudian coklat kekuningan seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir seringkali seperti ujung anak daun. Bentuk daunnya lanset, berseling, panjang 11-25 cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang + 1 cm dan berwarna hijau. Bunga terletak pada bagian cabang yang tidak berdaun, kadang-kadang terletak diketiak daun, warna kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga kesambi adalah bunga majemuk, berbentuk tandan, di ketiak daun atau ujung batangan, kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal, berduri, hijau dan warna mahkotanya putih. Buah dan biji berbentuk bulat dengan diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1-2 biji, biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat kehitaman. Termasuk akar tunggang dan berwarna cokelat muda. Nama daerah: kasambi (Sunda); kesambi, kusambi, sambi(Jawa) Sambi/Kucacil (Bali); kasambhi (Medan); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Makassar);ading (Bugis).  Pohon kesambi tumbuh alami di lembah Himalaya, Sri Langka, dan Indonesia. Di Indonesia, Kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Pulau Seram dan pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan, Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. Jenis ini sering digunakan sebagai tanarnan pengisi pada tanaman jati, karena jenis ini memiliki perakaran yang dalam dan selalu tumbuh hijau sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok sekaligus berfungsi sebagai sekat bakar. Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang beriklim kering sampai ketinggian 600 mdpl, biasanya ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250 mdpl. Di Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah, namun dapat juga ditemukan pada ketinggian 900-1.200 mdpl. Kesambi membutuhkan curah hujan tahunan 750-2.500 mm.Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35-47,5oC dan suhu minimum 2,.5oC. Kesambi tumbuh pada tanah kering, hingga terkadang pada tanah yang berawa. Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat, memiliki drainase yang baik dan lebih disukai tanah yang sedikit masam. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami kesambi.

 

Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan stek pucuk dan cangkok . Pembiakan vegetatif stek pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) konsentrasi 1000 ppm (dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media pasir, yang diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang memiliki sistem pengkabutan. Cara ini dapat menghasilkan stek bertunas sebesar 51,10% Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah bibit kesambi berusia satu tahun atau ketika batang bibit telah mencapai diameter ±1 cm. Batang dipotong sekitar 10-15 cm, akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi ditanam pada lubang tanam yang dibuat dengan dalam dan lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan pada kesambi yaitu memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan tanaman dari rumput. Kayu kesambi, terutama kayu terasnya, padat, berat, dan sangat keras; berwarna merah muda hingga kelabu. Kayu ini ulet, kenyal, dan tahan terhadap perubahan kering dan basah berganti-ganti, sehingga di masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu. Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder dalam penggilingan, dan perkakas rumah tangga umumnya. Mempunyai nilai energi yang tinggi hingga 20.800 kJ/kg, kayu ini disenangi sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan arang. 

Pepagan kesambi dimanfaatkan untuk menyamak kulit, mewarnai batik, mengelatkan nira agar tidak masam ketika difermentasi, serta untuk campuran lulur. Pepagan yang digerus halus dan dicampur minyak, digunakan sebagai obat kudis. Daunnya yang muda, mentah atau direbus, dimakan sebagai lalap. Buah kesambi yang telah masak dimakan segar atau mentahnya dijadikan asinan. Bijinya, langsung atau setelah lebih dulu dipanggang sebentar, dikempa untuk mendapatkan minyaknya. Minyak kesambi ini (Jawa, kecacil) mengandung sedikit asam sianida, dan digunakan untuk mengobati kudis dan luka-luka. Di Sulawesi Selatan, minyak kesambi ini dimasak dengan pelbagai rempah-rempah dan harum-haruman, dijadikan aneka minyak berkhasiat obat; termasuk di antaranya “minyak makassar” (Macassar oil) yang terkenal untuk merawat rambut. Minyak ini setelah dicampur dengan bahan lain, seperti tepung kapur dapat dijadikan salep obat atau untuk menambal celah (memakal, mendempul) perahu. Dahulu, minyak kesambi ini juga dijadikan minyak lampu, minyak makan dan bahan pembuat sabun. Daun-daun, pucuk rerantingan, dan limbah biji (bungkil) sisa pengempaan dijadikan pakan ternak. Sementara itu dalam industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah satu pohon inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Lak dan syelak (shellac), resin lengket yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis, terutama dihasilkan oleh India. Di Indonesia, lak diproduksi oleh Perhutani di Probolinggo.

Sumber : Suita, E. 2012. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan: Kesambi (Schleicera oleosa MERR.), http://www.forda-mof.org, http://www.plantamor.com, http://id.wikipedia.org/wiki/Kesambi

Download disini