(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

TALAS(C. esculenta (L.) Schott)

Admin distan | 20 Desember 2016 | 5973 kali

Oleh : IGA. MAYA KURNIA/PP MADYA DINAS PERTANIAN & PETERNAKAN KAB.BULELENG

Talas (C. esculenta (L.) Schott) di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan diatas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam. Ada beberapa jenis talas yang dikenal di Indonesia yaitu Kimpul, Mentega, Bentul, Sutera, dan Ketan. Kimpul memiliki ukuran yang lebih kecil, sedangkan yang lain berukuran lebih besar bonggolnya. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbulu halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut talas Mentega (talas Gambir atau talas Hideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap. Bentuk Bentul hampir mirip dengan beberapa saudaranya yang lain yaitu talas Sutera, Ketan, dan Mentega.   Bentul umbinya lebih besar dengan warna batang yang lebih ungu di banding talas Sutera. Bentul dapat dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda kekuning-kuningan. Bentul banyak terdapat di Malang. Biasanya dijual dipinggir jalan daerah Singosari.

Talas memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan terutama pencernaan, karena granula patinya tergolong kecil dan kadar seratnya yang cukup tinggi. Di Hawai dan kepulauan Pasifik, talas telah digunakan sebagai makanan pendamping ASI. Namun, talas memiliki getah (orang Jawa Timur menyebutnya ‘dadak’) yang sangat banyak pada umbinya. Saat dikukus atau direbus, teksturnya cenderung lembut dan punel, tapi berlendir. Nilai karbohidrat yang cukup tinggi, dapat menjadikan talas sebagai sumber makanan pokok pengganti beras.

Kadar air yang cukup tinggi (62%) dan penanganan pasca panen yang tidak benar dapat menyebabkan talas mudah rusak oleh mikroorganisme. Jenis mikroorganisme yang merusak talas berasal dari golongan fungi (Pithium splendens, Fusarium species, Rhizoctonia species and Botryodiplodia theobromae) yang menyebabkan penyakit dasheen corm rot. Selain itu penyakit soft rot yang disebabkan oleh bakteri Erwinia chrysanthemi.

Sumber : Kasno, A., N. Saleh dan E. Ginting. 2006. Pengembangan Pangan Berbasis Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Guna Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Buletin Palawija no 12. 43-51.

Download disini