(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Perbedaan Sistem Tanam Hidroponik dan Akuaponik

Admin distan | 13 Februari 2017 | 27557 kali

 

Oleh : Ir. I Gusti Ayu Maya Kurnia, MSi/PP Madya pada Dinas Pertanian Kab. Buleleng

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah.  Sedangkan Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. https://id.wikipedia.org/wiki

Pada dasarnya, banyak kesamaan antara hidroponik dan akuaponik. Sama-sama membesarkan tanaman tanpa tanah, dan nutrisi diberikan melalui media air. Tetapi, antara hidroponik dan aquaponik juga mempunyai perbedaan yang berdasar : (1). Hidroponik merupakan system menanam tumbuhan dengan nutrisi yang dibuat dan diberikan secara terpisah, dan disampaikan melalui air, sedangkan akuaponik menggabungkan system yang sama yang dari hidroponik dengan system pemeliharaaan ikan, atau aquaculture. Akuaponik memanfaatkan kotoran yang dikeluarkan ikan, dan diurai dan diubah oleh beberapa jenis bakteri melalui proses nitrifikasi, untuk menjadi nutrisi bagi tanamannya. Tetapi, perlu dicatat bahwa ada sedikitnya 3 unsur yang tidak dapat dipenuhi oleh kotoran ikan saja, meskipun diberi makanan ikan yang paling sehat sekalipun. Secara teoritis, akuaponik lebih menguntungkan. (2). Hidroponik berhadapan dengan satu species saja, yaitu tanamannya. Sedangkan akuaponik harus menjaga kestabilan antara minimal 4 species yang berbeda, tanamannya, ikannya, dan minimum dua species bakteri yang berbeda. Dan masing-masing species tersebut menuntut pH optimal yang berbeda! Oleh karena itu, tingkat komplesitas akuaponik menjadi jauh lebih tinggi. (3). Hidroponik mempunyai paradigma steril, segala sesuatu diusahakan steril, termasuk media tanamnya, bahkan tidak jarang, media tanam yang bisa dipakai ulang seperti hydroton, disterilisasi dengan peroksida contohnya, sebelum dipakai ulang. Akuaponik tidak bisa melakukan hal yang sama, karena akuaponik sangat bergantung kepada bakteri-bakteri berharganya. Oleh karena itu, jauh lebih mudah bagi pelaku hidroponik untuk menjaga tanamannya dari masalah mikroorganisma daripada pelaku akuaponik. Demikian juga dalam menghadapi hama dan penyakit, pengusaha hidroponik hanya perlu mempertimbangkan tindakan yang dliakukan terhadap satu species, yaitu tanaman itu sendiri. Sedangkan akuaponik perlu mempertimbangkan dampaknya ke ikan dan bakteri-bakteri yang dibutuhkannya. (4). Hidroponik juga mempunyai range yang cukup besar, karena harus memperhatikan satu species saja. Sedangkan akuaponik harus selalu mencari yang paling optimum untuk seimbang dari species-species yang ada, oleh karena itu akuaponik lebih menuntut ketelitian dan ketelatenan. Resiko kegagalan jauh lebih besar di akuaponik. (5). Hidroponik bisa memacu pertumbuhan tumbuhan dengan memaksa nutrisi setinggi mungkin asalkan tidak sampai tumbuhannya Over Dosis, bahkan itu merupakan dorongan yang terpenting dari hidroponik, sehingga bisa menghasilkan hasil yang optimum dalam waktu yang secepat-cepatnya. Selain itu, di hidroponik, jumlah kepekatan bisa diatur untuk disesuaikan dengan yang optimum untuk umur sang tanaman. Itu tidak bisa dilakukan di aquaponik, karena paradigma aquaponik justru menjaga keseimbangan. Sedapat mungkin seluruh system dijaga untuk tetap stabil dan tidak berubah.

Pada prinsipnya, di hidroponik khusus memperhatikan tanaman saja, dijaga steril dan dibuat keadaaan yang paling optimum untuk pertumbuhannya, sehingga mencapai hasil yang paling maximal. Di akuaponik, dibutuhkan keseimbangan berbagai species, minimal empat, tanaman, ikan, dan minimum dua jenis bakteri (bisa lebih) yang tuntutannya berbeda-beda, sehingga di akuaponik yang dikejar bukan maximal (terlebih-lebih di tumbuhannya) tetapi lebih ke optimal. Akuaponik mungkin lebih "menguntungkan" secara finansial, kalau berhasil dilakukan dengan benar, tetapi juga menuntut komplesitas yang jauh lebih tinggi, dan resiko yang lebih tinggi, sehingga biaya bisa menjadi lebih tinggi, dan keuntungan belum tentu menjadi lebih baik. Apakah akan memilih hidropnik atau akuaponik, pada dasarnya, sangat tergantung orangnya, apa yang dikejar, atau apa yang dibutuhkan konsumennya, kalau itu adalah suatu yang komersial. Kalau yang dikejar adalah waktu yang terpendek dan hasil tanaman yang terbaik, kemungkinan hidroponik menjadi pilihan. Demikian juga kalau yang dikejar adalah simplisitas, hidroponik pasti lebih menarik. Tetapi, kalau kontinuitas yang dicari, atau bahkan tantangan yang kompleks, akuaponik menjadi lebih menarik. Jadi, terserah anda. Referensi : (1). Tulisan Iwan  (2). Lettuce (Lactuca sativa L. var. Sucrine) Growth Performance in Complemented Aquaponic Solution Outperforms Hydroponics, http://www.mdpi.com/2073-4441/8/10/467/htm