(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Penyakit Busuk Batang Pisang

Admin distan | 31 Desember 2018 | 4571 kali

Tanaman pisang merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Buahnya diperlukan sebagai bahan asupan gizi untuk semua strata umur dan untuk banyak sekali keperluan sosial. Di masyarakat Bali, buah pisang selalu dibutuhkan sebagai bahan dalam kegiatan ibadahnya. Secara ekonomi, buah pisang menjadi tumpuan bagi banyak rumah tangga untuk penyangga kebutuhan hidupnya, sehingga serangan penyakit terhadap tanaman ini patut diwaspadai dan dicegah agar tidak menjadi momok dalam budidaya pisang.

Penyakit busuk batang pisang disebabkan oleh dua jenis patogen yaitu bakteri Pseudomonas solanacearum dan jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense. Kedua jenis mikroorganisme parasit tersebut menyebabkan kematian tanaman, sehingga sangat merugikan petani dalam usahatani pisang. Di lapangan, gejala luar penyakit busuk batang pisang, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun jamur mempunyai gejala serangan yang hampir sama, yaitu daun yang masih tegak sama-sama menguning, meski secara detail berbeda. Demikian pula gejala pada batang dan buah. Secara umum, gejala serangan oleh bakteri dapat menyebabkan busuk basah dan berbau khas, sedangkan serangan oleh jamur menimbulkan gejala busuk kering (kisut) dan tidak berbau.

Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk upaya pengendalian penyakit ini yaitu: infus akar, injeksi batang dan perendaman bibit (Juniawan, 2008). Pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati OPIS dengan bahan aktif yang diperoleh dari limbah cengkeh (Syzigium caryopilatum).

Penyebab Penyakit

Ada dua penyebab penyakit busuk batang pada pisang, yaitu: (a) penyakit layu Fusarium atau penyakit Layu Panama, yang merupakan salah satu penyakit pada pisang yang sulit dikendalikan, sehingga mampu menyebabkan kebangkrutan ekonomi Panama pada tahun 1955. Penyebabnya adalah jamur F. oxysporum f. sp. Cubense. Patogen ini memiliki struktur bertahan berupa klamidospora dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu sekitar tiga sampai empat tahun walau tanpa tanaman inang (Booth, 1971 dalam Sudantha, 2009). Ahli lain menyebutkan bahwa patogen ini mampu bertahan selama 40 tahun di dalam tanah (Sastrahidayat, 2011). Selain itu, sulitnya pengendalian penyakit ini disebabkan karena penularannya melalui bibit pisang yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas; (b) penyakit layu bakteri atau penyakit batang berdarah (Pseudomonas solanacearum). Penyakit yang disebabkan bakteri jauh lebih berbahaya karena rentang perkembangbiakannya yang sangat singkat yaitu sekitar 20 menit saja.
candraningsih/bpp sawan