Kementrian pertanian optimistis Indonesia akan menjadi lumbung pangan pada 2045. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya adalah dengan optimalisasi irigasi pertanian. Dengan adanya jaminan ketersediaan air yang baik, petani akan bisa menanam kapan saja, sehingga produksi pertanian mudah untuk ditingkatkan.
Berdasarkan analisis dan tinjauan lapangan, faktor ketersediaan air irigasi merupakan faktor kunci sukses pencapaian target produksi. Tanpa air, pertanian tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan memberi hasil optimal karena air mutlak bagi petani. Air menjadi kebutuhan mutlak bila ingin meningkatkan produksi padi dan mencapai swasembada beras.
Salah satu jenis irigasi yang saat dikembangkan oleh Kementan ialah irigasi perpompaan dan perpipaan. Prinsip dari kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan adalah: mengambil air dari sumber (diverting); membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying) mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring).
Sedangkan tujuan dari kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan ialah memanfaatkan potensi sumber air permukaan sebagai suplesi air irigasi bagi komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, serta budidaya ternak, meningkatkan intensitas pertanaman dan/atau luas areal tanam, meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan dan kesejahteraan petani, memanfaatkan potensi sumber air permukaan sebagai air irigasi, baik di daerah irigasi maupun nondaerah irigasi.
Kunci utama dari jenis irigasi perpompaan ialah terdapatnya sumber air. Walaupun posisi airnya di bawah permukaan lahan pertanian tidak masalah, karena menggunakan pompa untuk pemanfaatannya. Dengan demikian lahan pertanian yang tidak terjangkau dengan irigasi waduk dan bendung yang umumnya secara grafitasi masih bisa mendapatkan air irigasi. Jenis-jenis sumber air permukaan yang biasanya digunakan antara lain sungai, danau, situ/embung, saluran pembuang dan kolam air lainnya. Jika terdapat sumber air yang posisinya berada di atas lahan usaha tani akan lebih baik, karena tinggal menyalurkannya secara gravitasi ke lahan pertanian dengan menggunakan pipa (irigasi perpipaan).
Kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan diprioritaskan pada lokasi kawasan pertanian yang sering mengalami kendala/kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau.
Hal ini diharapkan dapat menambah luas areal tanam baru dan meningkatkan produksi/produktivitas. Irigasi perpompaan dan perpipaan ini, per unitnya minimal dapat melayani areal sawah seluas 20 ha.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, pemerintah memberikan bantuan dana melalui transfer langsung ke rekening kelompok yang memenuhi syarat baik teknis maupun administrasi.
Sedangkan pelaksanaan fisik dilakukan oleh kelompok tani penerima manfaat tersebut secara padat karya yang dibimbing oleh petugas pertanian yang ada didaerah.
Mengingat ketersediaan sumber air permukaan yang masih besar, maka irigasi perpompaan dan perpipaan masih terbuka lebar untuk dimanfaatkan sebagai solusi ketersediaan air irigasi terutama di lahan tadah hujan.
Pada lahan tersebut, yang saat ini umumnya ditanami sekali dalam setahun bisa meningkat menjadi dua atau tiga kali.
Dengan peningkatan Indeks Pertanaman tersebut, peningkatan produksi padi pertahun bisa meningkat 50%
khusus untuk kegiatan air irigasi, pada 2018 akan difokuskan pada optimalisasi pemanfaatan sumber air untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP). Bila lokasi sumber air cukup jauh dari lahan, bisa mengajukan kegiatan pipanisasi. Bahkan kalau perlu pompa air akan disiapkan.
Putu Budi Umarayasa, Staff Bidang PSP
Sumber : dari berbagai sumber.