(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PENGAIRAN

Admin distan | 24 Januari 2017 | 37760 kali

Oleh : Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, M.Si/PP.Madya pada Dinas Pertanian Kab. Buleleng

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-saluran untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Pengairan juga mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan dengan penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4) Pengairan tetes (drip irrigation). 

Untuk tanaman padi teknik pengairan yang digunakan adalah pengairan di atas tanah.  Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, terdapat 3 sistem, yaitu : sistem irigasi terus menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi berselang. Kebanyakan jaringan irigasi yang ada di Indonesia, menerapkan sistem irigasi terus menerus (continous flow). Sistem irigasi terus menerus (continuous flow) dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang panen. Penggunaan sistem ini, dengan mempertimbangkan : penerimaan respon yang baik pada waktu pemupukan, menekan pertumbuhan gulma, dan menghemat tenaga untuk pengolahan tanah.  Kebanyakan petani di Indonesia menerapkan sistem pengairan ini. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1) efisiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, (3) dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan. Irigasi bergilir (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan. Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk : (a.)Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas; (b.)Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam; (c.)Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat; (d.)Mengurangi kerebahan; (e.)Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah); (f.)Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen; (g.)Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah); (h.)Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus. Cara pengelolaan air pada sistem pengairan berselang: (1.)Lakukan teknik pergiliran pengairan dalam satu musim tanam; (2.)Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah dialiri lagi setelah 3-4 hari. Pengelolaan air selanjutnya diatur sebagai berikut : (a.)Lakukan pergiliran air selang 3 hari; (b.)Tinggi genangan pada hari pertama lahan diairi sekitar 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air; (c.)Lahan sawah diairi lagi pada hari ke 4. Cara pengairan ini berlangsung sampai fase anakan maksimal; (d.)Mulai dari fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus; (e.)Sekitar 10-15 hari sebelum tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan. Lakukan pengairan berdasar ketersediaan air. Perhatikan ketersediaan air selama musim tanam. Apabila sumber air tidak cukup menjamin selama satu musim, maka lakukan pengairan bergilir dengan periode lebih lama sampai selang 5 hari. Lakukan pengairan dengan mempertimbangkan sifat fisik tanah. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek

Prinsip Pengairan Basah Kering prinsip dari penerapan PBK adalah memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15 cm ini dikenal dengan PBK aman (safe AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. 

Manfaat pengairan berselang dan metode basah kering adalah (1).Bersinergi dengan pemupukan, karena serapan hara tinggi terjadi pada kondisi tanah basah-kering; (2.)Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah; (3).Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual (gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannnya lebih efisien; (4.)Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas), dan penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun); (5.)Tanaman padi lebih tahan rebah karena sistem perakaran yang lebih dalam. 

Pipa berlubang sebagai alat bantu Pipa paralon (PVC) bisa digunakan sebagai alat teknologi PBK untuk mengamati air di bawah permukaan. Pipa bisa diganti dengan bahan lain seperti bambu atau bahan lainnya. Banyaknya alat yang diperlukan tergantung pada tofografi lahan, satu alat bisa mewakili luasan 500 m2, sedangkan pada kemiringan 3 – 5% satu unit alat mewakili 100 m2. Pipa berukuran 35 cm dibenamkan sedalam 20 cm, sehingga tinggi pipa dari permukaan tanah adalah 15 cm, kemudian tanah di dalam pipa dikeluarkan. Untuk tahapan pengkajian atau uji coba, petani memonitor/mengukur kedalaman air di dalam pipa setiap interval waktu 2 hari dan melakukan teknik basah kering (pengairan lahan sawah) sesuai dengan prinsif PBK. Setelah petani percaya PBK tidak menurunkan hasil secara nyata, pipa yang dibenamkan cukup 15 cm sesuai dengan PBK aman dan tidak perlu lagi mengukur dengan mistar. Petani pun bisa mencoba mengubah batas PBK aman yakni dengan menambah batas kedalaman muka air untuk diairi misalnya 20 cm, 25 cm, dan 30 cm.

https://kabartani.com/pengairan-tanaman-padi-yang-baik-dan-benar.html