Dinas Pertanian Kabupaten buleleng tahun 2018 melaksanakan kegiatan pembinaan Petani melalui Sekolah Lapang (SL). Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah melibatkan petani cengkeh yang ada di Desa Banyuseri Kecamatan Banjar. Metode pembinaan Pola SL ini dilakukan untuk mempercepat penyerapan informasi sekaligus dapat praktek lapang dengan petani sebagai pemegang peran untuk mempraktekan langsung dilokasi tempat pembelajaran yang disebut dengan laboratorium lapangan. Dalam hal ini dilakukan langsung dikebun tempat pembelajaran.
Topik pelaksanaan SL ini adalah Pengendalian penyakit jamur akar putih (JAP), yang sebelumnya sudah disusun materi pembelajaran oeleh Gapoktan dan Penyuluh wilayah Binaan Desa Banyuseri. Materi ini disesuaikan dengan kebutuhan petani di Desa Banyuseri sesuai dengan masalah yang dihadapi petani cengkeh didesa tersebut.
Pemberi materi terdiri dari Koordinator BPP Banjar dengan materi dinamika kelompok, Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan kecamatan Banjar dengan materi Identifikasi penyakit jamur akar putih, Penyuluh Pertanian Wilayah Desa Banyuseri dengan materi aplikasi agensia hayati sekaligus mendampingi dalam praktek lapang dilokasi kebun percobaan. Dinas Pertanian Kabupaten melalui Kepala Bidang Perkebunan menyampaikan kebijakan perkebunan Kabupaten Buleleng, sekaligus membuka peltihan.
Pelatihan dilakukan selama dua hari, yakni hari Rabu, tanggal 5 September 2018 dan hari kemis tanggal 6 September dilakukan praktek Lapang, Peserta dilengkapi dengan alat praktek berupa Agensia Hayati dan pupuk kandang, diberikan kaos untuk pelatihan serta konsumsi dan pengganti transport peserta selama dua hari.
Saat pelatihan ada beberapa masukan yang disdampaikan oleh peserta bahwa, untuk wilayah Desa Banyuseri dengan jumlah tanaman cengkeh lebih dari lima belas ribu pohon dengan jumlah petani lebih dari 200 orang, perlu dilakukan pembeinaan melalui pola yang sama setidaknya setiap tahun untuk mempercepat penyebaran informasi yang sangat penting ini, karena tanaman cengkeh di Desa Banyuseri merupakan komoditas utama. Peserta pelatihan menyatakan senang dengan pelatihan melalui pola Sekolah Lapang in, karena dapat belajar sekaligus sambil bekerja. (Sada Wedantara)