(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PELUANG DAN ANCAMAN KAKAO DI BULELENG

Admin distan | 16 Oktober 2020 | 1228 kali

Oleh ; Ketut Sumantia,SP. Penyuluh Ahli Madya Distan Buleleng

Tanaman kakao mempunyai adaptasi tumbuh yang cukup luas. Seperti diketahui komoditas kakao memegang peranan penting dibidang ekonomi dan kakao merupakan komoditas eksport perkebunan di Indonesia. Produksi dan luas areal komoditas kakao di kabupaten Buleleng yaitu luasnya 1.264,93 Ha dengan produksi 703,57 ton, sedangkan Provitasnya baru mencapai 596,33 kg per ha. Berdasarkan data diatas, maka komoditas kakao yang ada dan dipelihara oleh petani di kabupaten Buleleng mempunyai peluang. Lalu apa Peluang tersebut ?. Peluang itu yaitu : 1.Pasar semajin baik, karena sudah mulai dilirik oleh para pengusaha yang bergerak dibidang perkakaoan. 2.Cita rasa kakao Buleleng sangat bagus, jika diolah menjadi bubuk mempunyai tis / rasa yang sangat bagus, nikmat, legit / halus. Dengan dibukanya pasar bebas se ASEAN (Mea) yang dimulai sejak tahun 2016.

Ini membuka kesempatan bagi petani kakao khususnya 

Demikian pula pada petani penghasil kakao se Indonesia umumnya.
Jika pasar Mea ini dimanfaatkan oleh petani kakao, itu sudah sangat jelas memberikan inovasi untuk meningkatkan mutu kakao yang dihasilkan oleh petani itu sendiri yang akhirnya memberikan dampak yang positif terhadap harga kakao.
4.Luas potensi pengembangan kakao masih ada lahan sekitar 427,00 Ha.
5. Potensi untuk meningkatkan produksi masih bisa ditingkatkan dengan adanya kerjasama yang terintegrasi antara penyuluh dengan Peneliti.

Lalu apa ancaman atau masalah tanaman kakao di Buleleng ?
a.Tanaman kakao yang diusahakan oleh petani menganut sistem tumpangsari tidak monoculture. Sehingga dengan demikian upaya-upaya untuk meningkatkan peoduksi kakao masih memerlukan waktu penelitian terhadap aspek kebutuhan nutrisi/ pupuk yang layak diberikan untuk tanaman kakao itu sendiri.
b. Pemasaran kakao masih bersifat individu oleh petani itu sendiri, belum dirilis pemasaran secara bersama atau berkelompok.
c. Belum sempurnanya akan penanganan terhadap serangan hama dan penyakit, terutama serangan hama PBK (Penggerek buah kakao) sehingga produksi masih dibawah rata-rata produksi nasional. Produk kakao yang dihasilkan cenderung hampa, sehingga bermutu rendah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap posisi tawar menawar, daya saing dan perlakuan terhadap harga biji kakao asal Indonesia( posisi ekspor), berupa potongan harga yang nilainya mencapai $.300 US per ton.
Apa yang bisa dilakukan untuk meraih pasar.


1.Meningkatkan mutu kakao dengan jalan memperbaiki tehnik budidaya kakao yang baik dan benar.(pemupukan,pengaguran jarak tanam, pemangkasan,pengaturan naungan dan pemebrantasan hama penyakit serta pasca panenny).


2.Meningkatkan produksi kakao dengan sistem samvung samping kakao, sehingga produksi kakao akan lebih baik bisa mencapai 1.200 kg/
ha.


3.Memperbaiki klon-klon dengan klon kakao unggul.


4.Melakukan fermentasi kakao yang sesuai dengan standar nasional, yang mampu memberikan nilai harga yang lebih tinggi dibandingkan kakao asalan.
Demikian peluang dan ancaman yang perlu disikapi oleh petani kakao di kabupaten Buleleng, dengan demikian akan bisa dipakai pedoman dalam berbisnis kakao.