(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Padi Hazton vs Sri vs Konvensional

Admin distan | 15 Januari 2015 | 3769 kali

Untuk mendongkrak produksi beras, tidak henti-hentinya para petani selalu melakukan inovasi dan percobaan. Kita masih ingat beberapa tahun yang lalu kita selalu berkiblat pada sistem tanam SRI untuk bisa meningkatkan hasil padi. Walaupun memang ribet tetapi petani selalu mencoba menerapkan dasar-dasar budidaya  padi dengan sistem SRI tersebut. Lain dulu lain sekarang, dipemerintahan yang serba kontraversial ini cara penanaman padi juga dibuat berlawanan dengan kebiasaan. Kalau dulu kita dilarang menanam padi dengan ombol (bibit banyak ) justru disaat ini ada teknologi budidaya padi yang menyarankan supaya menanam dengan bibit banyak.
 
Adalah budidaya padi dengan sistem Hazton (hasil berton-ton). Cara budidaya padi menggunakan metode Hazton sebenarnya mulai diperkenalkan pada tahun 2012 di Kalimantan Barat, Hazton berarti sebuah pola atau metode yang di gunakan untuk hazil berton-ton, Kata Hazton juga berasal dari singkatan dua penemu metode  tersebut yaitu Haz dari Ir. H. Hazairin, Ms dan Ton dari nama Anton Kamarudin Sp. M.Si.

Hal yang paling berbeda dari hazton adalah dimana sebuah metode dalam penanaman padi yang menggunakan 20-30 bibit perlubang tanam. Mungkin ini tak lazim jika dibandingkan dengan metode SRI (dengan 1 bibit) ataupun cara konvensional yang menggunakan 3 s/d 5 bibit perlubang tanam. Diharapkan  dengan menggunakan bibit yang banyak akan menjadi indukan yang produktif, tanpa harus konsentrasi pada pembentukan anakan lagi. Bagi anda yang memiliki lahan dengan kesuburan sedang, serangan keong tinggi, tenaga kerja rendah, pengairan agak sulit diatur silahkan mencoba budidaya sistem hazton ini. Demikian sekilas info tentang budidaya padi hazton vs padi SRI vs padi konvensional. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan para petani Indonesia yang ingin meningkatkan produksi padinya.