Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pemerintah berkomitmen tidak akan melakukan impor beras untuk mengantisipasi mahalnya harga kebutuhan pokok tersebut pada satu bulan terakhir.
Ia mengatakan sejauh ini hasil produksi beras di Indonesia cukup dengan harga gabah di tingkat petani masih sekitar Rp 4.600/kilogram.
"Saya sudah masuk dari sawah ke sawah, harga gabah di tingkat petani sebesar Rp 4.600 per kilogram. Apa bedanya gabah dengan beras, tapi kok harga beras bisa melambung hingga Rp 12.000 per kilogram," kata Andi Amran pada malam ramah tamah dengan Gubernur Bengkulu, unsur Muspida, dan SKPD pada kunjungan kerjanya di Bengkulu, Selasa, 3 Maret 2015.
Ia menilai ada masalah pada sistem distribusi yang mengakibatkan perbedaan harga gabah dan beras cukup signifikan.
Mestinya, menurut Andi Amran, perbedaan harga yang normal berkisar Rp 3.000-4.000. Namun kenyataannya bisa Rp 7.000 per kilogram karena padi dalam bentuk gabah menjadi beras hanya mengalami penyusutan sekitar 30-35 persen.
"Perbedaan ini menunjukan adanya masalah pada sistem distribusi. Dan saya tidak mengatakan ada mafia beras," kata Andi Amran seraya berkelakar.
Ia mengatakan pemerintah memilih tetap tidak akan impor beras. Salah satu solusi yang diambil untuk menekan harga ini dengan operasi pasar. Apalagi menurut dia saat ini telah mulai masuk musim panen raya. Maka diprediksi harga beras akan mengalami penurunan beberapa pekan ke depan.
Pada kunjungannya ke Bengkulu, Menteri Pertanian melakukan panen raya di Desa Pulo Geto Kabupaten Kepahiang, dan acara simbolis penyerahan bantuan alsintan berupahandtracktor, mesin pompa air, mesin panen padi, dengan jumlah masing-masing sebanyak 71 unit untuk kelompok tani dalam sembilan kabupaten di Bengkulu yang dipusatkan di Rejang Lebong.