(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

KEMASAMAN TANAH

Admin distan | 09 Januari 2017 | 94725 kali



Konsep Kemasaman Tanah adalah salah satu prinsip dasar kimia tanah yang mengindikasikan reaksi tanah. Pada daerah iklim Tropis Basah, pengasaman tanah adalah proses alamiah (natural). Kemasaman tanah merupakan salah satu masalah utama bagi pertumbuhan tanaman karena pada tanah dengan pH sangat masam, yaitu pH lebih rendah dari 4,5 dalam sistem tanah akan terjadi perubahan kimia sebagai berikut : (a)  Aluminium menjadi lebih larut dan beracun untuk tanaman; (b) Sebagian besar hara tanaman menjadi kurang tersedia bagi tanaman, sedangkan   beberapa hara mikro menjadi lebih larut dan beracun; (c) penurunan hasil tanaman; (d) mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium. Kedua kondisi ekstrem, yaitu: terlalu asam dan terlalu basa merupakan kondisi yang sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Akan tetapi, ada beberapa reaksi kimia di alam yang terjadi dalam kondisi pH netral. Pengelompokan kemasaman tanah berbeda dengan pengelompokkan terhadap sifat kimia tanah lain, karena untuk kemasaman tanah (pH) dikelompokkan dalam enam kategori berikut : (1.) Sangat Masam untuk pH tanah lebih rendah dari 4,5 ; (2.) Masam untuk pH tanah berkisar antara 4,5 s/d 5,5 ; (3.) Agak Masam untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d 6,5 ; (4.) Netral untuk pH tanah berkisar antara 6,6 s/d 7,5 ; (5.) Agak Alkalis untuk pH tanah berkisar antara 7,6 s/d 8,5 ; (6.) Alkalis untuk pH tanah lebih besar dari 8,5.

Faktor Penyebab Terjadinya Kemasaman Tanah

1.  Air Hujan, ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6. Hujan asam juga memberikan kontribusi dalam proses pengasaman tanah. Dalam sistem tanah kontribusi dari hujan asam relatif rendah dibandingkan dengan pengaruh dari pasir sesquioxida yang bersifat sangat asam yang kapasitas tukar kation sangat rendah. Akan tetapi banyak tanaman sangat peka terhadap pengaruh dari hujan asam

2.  Respirasi Akar, tanaman juga menghasilkan karbon dioksida karena proses respirasi akar, dan selama periode pertumbuhan aktif akar dapat menyebabkan karbon dioksida di tanah yang konsentrasinya lebih tinggi beberapa kali dari di atmosfer, sehingga terjadi peningkatan jumlah karbon dioksida terlarut dalam air tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah atau pH menjadi lebih rendah.

3.  Pupuk, Karbon dioksida bukan satu-satunya sumber ion hidrogen dalam tanah, namun pada tanah yang dikelola, pupuk dapat menjadi sumber utama ion hidrogen. Pupuk Amonium, pupuk modern biasanya menggunakan amonium sebagai sumber nitrogen, akan tetapi oksidasi ammonium dihasilkan ion nitrat dan ion hidrogen sehingga menyebabkan pengasaman tanah. Dengan kata lain, dua atom hidrogen dihasilkan setiap molekul ammonium teroksidasi. Sedangkan Pupuk Mono Kalsium Fosfat, Monocalcium fosfat yang sering digunakan sebagai salah satu komponen pupuk juga menjadi faktor penyebab terjadinya proses pengasaman tanah (meskipun lebih rendah daripada amonium). Senyawa ini akan terhidrolisis dalam air membentuk fosfat bikalsium dan Asam fosfat.  Asam fosfat terdisosiasi sangat cepat seiring dengan peningkatan pH dari 3 menjadi lebih dari 7. Secara umum ion hidrogen (H+) ketiga tersebut akan terlarut pada pH di atas netral, sehingga tidak termasuk faktor penyebab pengasaman tanah. Akan tetapi, kedua ion hidrogen ( H+) yang sudah terlarut dalam kisaran pH tanah asam, termasuk faktor penyebab kemasaman tanah.  Ketika pupuk fosfor diberikan dalam lubang tugal, maka H3PO4 terdisosiasi dalam tanah sehingga terjadi nilai pH yang sangat rendah didekat pupuk tersebut. Tingkat keasaman ini akan secara bertahap menyebar ke dalam tanah sekitar lokasi pupuk. Menurut Lindsay dan Stephenson (1959), nilai pH 1,5 dapat ditemukan segera di zona sekitar pupuk tersebut.

Faktor Reaksi Oksidasi yang Menghasilkan Ion Hidrogen

Semua reaksi oksidasi dalam tanah yang menghasilkan ion hidrogen dapat menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Salah satu reaksi pengasaman paling efektif adalah oksidasi sulfur anorganik. Belerang biasanya digunakan jika tanah memiliki pH lebih tinggi dari yang diinginkan, sehingga diperlukan upaya penurunan pH tanah. Misalnya, Reaksi oksidasi pirit yang terjadi pada tanah rawa yang diangkat sehingga terjadi reaksi oksidasi dari pirit tanah tersebut. Setiap ion S dihasilkan 2 ion Hidrogen


Bahan Organik, berbagai macam Bahan Organik juga dapat menyebabkan pengasaman tanah. Kemampuan pengasamannya tergantung pada jenis tanaman sebagai sumber bahan organik tersebut.  Beberapa tanaman mengandung asam organik dalam jumlah yang sangat berbeda dengan tanaman lainnya. Asam organik hasil dekomposisi bahan organik menyebabkan pengasaman tanah. Bahan organik yang berasal dari tanaman dengan kandungan basa-basa rendah juga menyebabkan terjadinya sedikit pengasaman tanah. Bahan organik yang berasal dari tanaman dengan kandungan basa-basa kurang mencukupi kebutuhan mikrobia pendekomposernya, menyebabkan mikrobia tersebut menyerap basa-basa keperluannya dari sistem tanah, sehingga basa-basa tanah seperti kalsium dan magnesium terkuras dari tanah maka menyebabkan terjadinya pengasaman tanah.

Tanaman, pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah. Contohnya adalah tanaman Legumninosa. Selama masa pertumbuhan tanaman Leguminosa terjadi penyerapan anion dan kation dengan perbandingan yang tidak seimbang, sehingga lebih mengasamkan tanah. Tanaman leguminosa menyerap hara nitrogen dari hasil fiksasi mikrobia yang bersimbiosis dengannya. Tanaman non-leguminosa menyerap nitrogen dari sistem tanah dan penyerapan ini dalam kondisi yang seimbang dengan penyerapan kation-kation basa, sehingga lebih sedikit pertukaran dengan ion hidrogen, maka sedikit menyebabkan pengasaman tanah.

Pengukuran pH Tanah, reaksi tanah atau pH tanah merupakan ukuran kemasaman tanah atau kebasaan tanah. Tanah ber pH 7 adalah tanah bereaksi netral, tanah ber pH > 7 adalah tanah bereaksi basa dan tanah ber pH lebih rendah dari 7 merupakan tanah bereaksi asam atau yang dikenal sebagai tanah masam (acid soils). Reaksi tanah atau pH tanah dapat diukur baik dengan menggunakan pelarut air (pHw) atau bisa juga dengan menggunakan pelarut kalsium klorida (pHCa), sehingga pH hasil pengukuran akan bervariasi tergantung dari metode pelarut yang digunakan. Sebagai aturan umum, Nilai pH yang diukur dengan pelarut kalsium klorida adalah lebih rendah 0,7 satuan unit pH daripada nilai pH yang diukur dengan pelarut air.  Ketika laboratorium mengukur pH tanah Anda, maka sangatlah penting diketahui bahwa mereka menetapkan dengan menggunakan metode pelarut air atau pelarut kalsium klorida karena hasil penetapan pH dari kedua metode tersebut akan berbeda. Untuk tanah yang bereaksi asam, pilihan pengelolaan yang paling praktis adalah menambahkan kapur untuk mempertahankan status pH tanah saat ini atau meningkatkan pH tanah lapisan atas (top soil).

Sumber : tulisan kemasaman tanah oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS