(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

JAGUNG SEMI/JAGUNG PUTRI/BABY CORN

Admin distan | 02 Mei 2019 | 12325 kali

Jagung Semi/Jagung Putri/Baby Corn biasanya dipakai sebagai campuran untuk masakan capcay, tumis, sop, dan beberapa jenis masakan lainnya. Bentuknya pun seperti jagung, karena memang sebenarnya tanaman jagung yang dipanen saat masih belum mengeluarkan biji, berukuran kecil dan lebih tepat disebut tongkol jagung muda. Budidaya baby corn sudah dilakukan secara professional, sehingga bisa dengan mudah diperoleh di berbagai tempat. Namun tidak semua varietas jagung dapat menghasilkan baby corn dengan kualitas yang baik, itupun juga disertai dengan lahan tanam yang sesuai dan sistem budidaya yang tepat. Varietas jagung yang bisa diambil baby cornnya, diantaranya adalah: (1). Jagung ketan (Morrison) yang memiliki daya adaptasi cukup luas sehingga dapat ditanam di daerah bertemperatur sedang hingga panas serta tahan terhadap penyakit; (2). Jagung Manis Honey Pearl yang umurnya pendek dengan tinggi sedang dan tahan terhadap panas serta penyakit; (3). Arjuna Bisi (CP 1-1) yang memiliki pertumbuhan sangat kuat berumur pendek dan merupakan salah satu komoditi ekspor; (4). Jagung Manis Honey Jean No.2 yang tingginya sedang dengan umur pendek serta kemampuan pertumbuhan cukup kuat. Agar dapat tumbuh dengan baik, baby corn harus ditanam di daerah yang memiliki ketinggian 0 – 1.300 meter dari atas permukaan laut atau di daerah yang beriklim 23o – 27o C dengan pH 5,5 – 7,0. Pertumbuhan baby corn akan menjadi lebih sempurna jika ditanam pada tanah yang gembur dan kaya humus dengan tingkat kemiringan hingga 8%. Tidak berbeda halnya dengan budidaya tanaman jagung pada umumnya, baby corn juga dapat ditanam secara rotasi dengan padi serta dilakukan secara tumpang sari. Untuk pembudidayaannya, sebelum baby corn ditanam, lahan harus terlebih dahulu diberi pupuk kandang sekitar 470 kg/hektar atau sebanyak 250 gram/setiap lubang tanam yang jaraknya 40 x 80 cm. Seminggu setelah pemberian pupuk dan pembuatan lubang tanam yang dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm, biji jagung dapat dimasukkan ke dalam lubang sebanyak 3 biji untuk setiap lubang. Guna mengantisipasi serangan ulat tanah, masukkan 1 – 2 gram Furadan/lubang tanam serta Ridofil dengan dosis 5 gram/7.5 ml untuk setiap 1 kg benih. Selama pemeliharaan, yakni saat masa tanam hingga umur 2 minggu, tanaman tidak perlu disiram. Bahkan, jika penanaman dilakukan pada musim hujan, tanaman jagung bisa sama sekali tidak disiram dari masa tanam hingga masa panen. Pemberian/penyiraman air cukup dilakukan sekali sehari apabila tidak turun hujan. Jika kondisi lahan sangat kering, penyiraman dapat ditambah agar tanaman tidak kekeringan, terutama pada saat pertumbuhan dan pembungaan. Untuk pupuk sintetis yang digunakan, bisa dipakai urea sebanyak 100 kg, TSP 228 kg dan KCL 72 kg pada setiap hektar lahan dengan waktu tanam sebanyak 2 kali selama masa periode tanam, yakni disaat tanaman berumur 3 minggu dan pada umur 8 minggu. Disaat tanaman jagung berumur 70 hari, lakukan pembuangan bunga jantan (detasseling) yang dilakukan setelah bunga jantan keluar, tetapi belum sempat mekar (sekitar 5-6 minggu setelah tanam) untuk mencegah terjadinya pembuahan, sehingga buah yang muncul tidak menghasilkan bulir-bulir jagung. Caranya adalah batang digoyang perlahan-lahan agar pelepah daun agak melebar. Selanjutnya tangkai bunga jantan dicabut dengan tangan.  Lakukan pula penyiangan seminggu sekali serta pangkas daun yang menutupi buah dari sinar matahari. https://www.kebunpedia.com/threads/baby-corn-jagung-yang-dipanen-sebelum-berbiji.3915

Hama dan penyakit baby corn adalah hama dan penyakit tanaman jagung yang masih muda (saat pertumbuhan dan pembungaan), antara lain ; (1). hama lalat bibit (Antherigona exiqua Stein) ditandai dengan matinya tanaman yang baru mulai tumbuh. Pencegahan dan pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan Folidol, Basudin, Diazinon, Agrocide. Dosis penyemprotan umumnya 1,5-2,0 cc/1 air. Penyemprotan dilakukan setiap 2-3 hari sekali, dimulai 5 hari setelah tanam; (2). ulat tongkol (Heliothis armigera HSN) ditandai dengan rusaknya tongkol, terutama apabila panen terlambat. Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit; (3). penggerek batang (Sesamia inferens) ditandai dengan adanya lubang-lubang pada batang karena hama ini masuk dan mengisap cairan batang, terutama saat tanaman telah berbunga. Tindakan pencegahan dilakukan dengan penyemprotan obat-obatan, seperti pada lalat bibit saat tanaman baby corn akan berbunga; (4). serangan ulat daun (Prodenia litura F) ditandai dengan rusaknya daun karena hama ini memakan daun baby corn, terutama pada waktu tanaman mulai berumur satu bulan. Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit; (5). Serangan ulat tanah (Agrotis sp) dimulai saat sejak tanaman baby corn mulai tumbuh. Ulat ini memakan tanaman sampai habis. Pencegahannya dilakukan dengan cara tanah difumigasi sebelum penanaman dimulai. Sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan cara ulat yang biasanya terdapat di dalam tanah dicari dan dibunuh; (6). Penyakit bulai (Corn downy mildew) ditandai dengan adanya garis kuning lebar pada daun yang merupakan benang cendawan. Pada pagi hari, akan timbul tepung putih menutupi daerah yang berwarna kuning itu, terutama bagian bawah. Bila penyakit terbawa dari benih, tanda serangan akan timbul sejak daun masih muda. Penularan penyakit ini dapat melalui benih dan spora yang terbawa angin. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis atau disebut pula Peronossclerospora maydis. Sebaiknya penyakit ini dicegah dengan cara menanam varietas yang tahan terhadap penyakit ini. Benih dicampur dengan Ridomil sebelum ditanam secara serentak; (7). Helminthosporium, adalah serangan yang ditandai dengan adanya bercak kuning yang dikelilingi warna cokelat pada daun, pelepah, dan tongkol. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum atau Helminthosporium maydis. Pengendaliannya dilakukan dengan cara rotasi tanaman, sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida; (8). Karat, serangannya ditandai dengan adanya noda kecil berwarna merah karat di atas permukaan daun bagian atas. Pada bercak itu terdapat tepung berwarna cokelat dan terasa kasar seperti karat bila diraba. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Puccinia polyspora. Pengendaliannya dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan terhadap penyakit ini, sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Panen baby corn dilakukan dua hari setelah rambut tongkol keluar (silking) pada pagi atau sore hari. Setelah tongkol keluar, harus dilakukan pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab keterlambatan sehari saja bisa mengurangi kualitas baby corn. Hal ini disebabkan semakin hari tongkol akan semakin mengeras dan membesar sehingga tidak memenuhi mutu yang disukai konsumen. Sebaliknya panen tongkol yang lebih awal akan diperoleh baby corn yang masih terlalu lunak. Sehingga ujung tongkol lebih mudah patah kualitasnya menurun. Ditinjau dari segi standar mutu baby corn, memang belum ada ketentuan baku tentang standar mutu. Setiap konsumen memiliki standar mutu sendiri misalnya : Taiwan menetapkan panjang baby corn sekitar 10 cm dan diameter sekitar 1,2 cm; Philipina menetapkan panjangnya sekitar 4-11 cm dan diameternya sekitar 0,8-1,18 cm; Dieng Jaya menetapkan mutu grade A 7,5 cm, grade B 7,5 – 8,5 cm, dan grade C 8,5 – 9,5 cm; dan NAI menetapkan panjangnya 4,5 -11 cm dan diameternya ‘ 1,5-1,8 cm. tipspetani.blogspot.com/2011/06/baby-corn-atau-jagung-semi-atau-jagung.html.

 

Oleh : Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, M.Si/PP Madya pada Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng

Download disini