Oleh : Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, M.Si/PP. Madya pada Dinas Pertanian Kab. Buleleng
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang tidak saja memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi juga karena buahnya yang memiliki kombinasi warna, rasa, dan nilai nutrisi yang lengkap (Kouassi et al. 2012). Cabai rawit merah berukuran kecil hampir keseluruhan lebih pedas di bandingkan jenis cabai besar, tetapi tidak semua cabai rawit rasanya pedas. Cabe rawit memiliki keunikan dengan warna yang beragam, mulai dari hijau, merah, kuning hingga oranye. Berbuah sepanjang tahun. Tanaman yang tergolong kuat dan dapat tumbuh di daerah rendah maupun di dataran tinggi. Tetapi yang beredar di pasaran dengan jenis yang cukup baik yaitu varietas lokal. Dengan diperbanyak dan disemaikan oleh petani lokal. Cabai Rawit Merah dimana warna merah cerah yang terdapat pada cabai menunjukkan kadar tinggi dari beta karoten atau pro vitamin A. Dua sendok teh cabai merah menyediakan sekitar 6% dari nilai harian vitamin C. Ditambah lagi lebih dari 10% dari nilai harian untuk vitamin A. Dari kandungan ini sangat penting untuk kesehatan paru-paru, saluran pencernaan dan saluran kandungan kemih dan berfungsi sebagai garis terdepan dalam pertahanan tubuh terhadap patogen. Adanya zat capsaicin pada cabai rawit yang memiliki peran utama memberi rasa panas dan pedas juga dapat menghentikan penyebaran sel-sel kanker prostat melalui berbagai mekanisme. Meski harganya naik turun tak beraturan, cabai rawit tetap dicari. Sensasi yang diberikan cabai rawit, senantiasa menimbulkan rasa ketagihan. Makan pun menjadi lebih lezat karenanya. Warna merah cerah yang terdapat pada cabai rawit juga menunjukkan kadar tinggi dari beta karoten atau pro vitamin A. Kementerian Pertanian telah melakukan upaya khusus pengembangan cabai termasuk cabai rawit dengan sasaran kualitatif sebagai berikut: (1) berkembangnya usaha agribisnis cabai pada daerah sentra produksi dalam bentuk kawasan; (2) pemenuhan kebutuhan dalam negeri baik cabai segar maupun cabai olahan untuk bahan baku industri sepanjang waktu; (3) pengurangan impor, terutama cabai olahan; (4) peningkatan daya saing untuk ekspor, terutama cabai olahan; dan (5) stabilitas harga di dalam negeri. Upaya Khusus ini juga dilaksanakan di 6 (enam) wilayah sentra pengembangan cabai rawit di Indonesia termasuk diantaranya Provinsi Bali meliputi Kabupaten Buleleng. Sedangkan sasaran kuantitatif cabai rawit tahun 2016 sampai dengan tahun 2019, berturut-turut 890.222 ton, 916.929 ton, 944.437 ton dan 972.770 ton. Strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut, diantaranya adalah : (1)Meningkatkan produktivitas, produksi, kualitas dan daya saing, melalui kegiatan: a) Pengembangan dan penumbuhan kawasan pada sentra produksi dengan penekanan pada pengembangan berbasis pada kelompok tani dan unit terkecil dalam pengembangan kawasan seluas 15 ha; b) Peningkatan kapabiltas petani melalui SLPHT, SLGAP, SLGHP dan lain-lain dan c) Penerapan sistem jaminan mutu pada proses produksi. (2) Pengelolaan sistem produksi merata sepanjang tahun, melalui kegiatan: a) Produksi “off-season’’ di sentra utama yang didukung oleh teknologi pengairan dan budidaya “off-season”; b) Menambah sentra produksi di luar Pulau Jawa dan c) Pengaturan pola produksi.
Sumber : tabloidsinartani.com/content/...pengembangan-cabai-rawit-tahun-2016
Cabe Rawit Merah yang ditanam secara tumpangsari di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali merupakan salah satu produk pengembangan cabai rawit merah varietas local yang mempunyai keunggulan potensi hasil tinggi, ketahanan penyakit dan ukuran cabe yang disukai pedagang. Cabai Rawit Merah yang dikembangkan di Desa Sumberkima ini mempunyai ukuran buah memanjang dengan panjang sampai 7 cm, diameter 0,5-1 cm dan rasanya pedas. Warna buah merah dengan berat ± 1 kg/tanaman. Jumlah buah per tanaman ± 280 dengan potensi hasil ± 20 ton/ha. Umur panen ± 107 hari setelah tanam. Keunggulan Cabe Rawit Merah ini terbukti dari penilain dewan juri Pekan Nasional PENAS-KTNA ke XV dengan memberikan predikat Juara II performa cabe terbaik dalam acara yang dihadiri 35.000 petani dari seluruh nusantara. Dalam ajang temu petani terbesar tersebut cabe rawit merah dari Desa Sumberkima dapat menunjukan performa yang menonjol dalam hal ketahanan penyakit dan kelebatan buah, serta warna merah yang seragam dan sempurna. Secara sepintas, tanaman cabe rawit merah ini tampak menonjol dibandingkan performa peserta kontes cabai rawit merah dari daerah lainnya.