(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

BUDIDAYA BAWANG MERAH(Allium ascalonicum) DI LAHAN KERING

Admin distan | 17 Maret 2016 | 9465 kali

Sumber : Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP. Madya Distanak Kab. Buleleng

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas rempah-rempah inii. Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bawang merah, tetapi kini negara kita menjadi pengimpor komoditas ini. Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti Brebes, Tegal, Nganjuk dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah lain sebenarnya berpeluang cukup besar untuk pengembangan bawang merah, misalnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan.  Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi maupun di lahan kering bahkan lahan berpasir sekalipun bisa tumbuh dengan baik. Seperti di pantai Pandasimo, Yogyakartaatau di daerah dekat pantai Bungkulan, Buleleng, Bali dan sekitarnya. Dengan demikian bawang merah mempunyai prospek untuk dikembangkan di lahan kering. Berikut ini disampaikan syarat tumbuh dan teknik budidaya bawang merah di lahan kering.

Syarat Tumbuh. Bawang merah dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga sekitar 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, produksi terbaik umumnya diperoleh di dataran rendah yang didukung oleh iklim yang ideal, meliputi : suhu udara berkisar 25o– 32oC, kondisi cuaca kering dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%. Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah : subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 – 6,5, dan drainase serta aerasi tanah baik.  Pengolahan Tanah  (a).Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2(b).Diratakankemudian digaru (biarkan + 1 minggu)(c).Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm(d).Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.(e).Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit/kapur pertanian dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas  bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.

Pupuk Dasar(a).Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah(b).Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.  Bawang merah akan tumbuh optimal dengan tanah ber-pH 5.6 – 6.5, dan suhu 25-32 derajat C. Untuk itu, sebelum bibit ditanam sebaiknya tanah disiram terlebih dahulu, bahkan kalau perlu dibuat atap dengan jarak yang cukup tinggi untuk menjaga bibit yang baru ditanam dari panas yang terlalu terik dan hujan.Pemilihan Bibit(a).Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.(b).Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)(c).Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)(d).Atau bisa mengunakan bibit dari biji yang sudah terbukti bebas penyakit layu dan bersertifikat dari deptan. Sebagai solusi dari mahalnya bibit umbi untuk kebutuhan per hektarnya.Jarak Tanam(a).Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok(b).Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron.Cara Tanam(a).Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )(b).Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA(c).Simpan selama 2 hari sebelum tanam,Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.Untuk media tanam pada lahan kering atau tegalan, pupuk yang dibutuhkan adalah pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar yaitu pupk kandang bisa sapi atau kambing 15-20 ton/ha atau kotoran ayam 5-6 ton/ha atau kompos 2,5 ton/ha. Pupuk buatan juga dibutuhkan TSP 150-200 kg/hektar. cara memberikan pupuk dasar adalah dengan menyebar dan mengdauk rata dengan tanah 1-3 hari sebelum tanam. Untuk pupuk susulan berupa urea 150kg/ha, Za 300 kg/ha, dan KCL 150/ha.pemupukan susulan yang pertama dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan pemupukan susulan kedua yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam dengan  1/2 dosis.  Bawang merah merupakan tanaman yang memerlukan banyak air tetapi tidak tahan genangan/kondisi becek. Penyiraman sebaiknya dilakukan menggunakan gembor. Untuk tanaman berumur 0 -10 hari, penyiraman dilakukan 2 (dua) kali yakni pagi dan sore hari, sedangkan sesudah umur tersebut  penyiraman cukup dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Cara penyiraman lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata) digunakan di lahan persawahan, untuk lahan kering tetap dengan gembor atau selang. Apabila digunakan cara ini (”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari.  Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4 hari sekali. Penyiangan pada budidaya bawang merah sebaiknya dilakukan 2 kali yakni pada saat tanaman berumur 10 -15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan susulan). Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.Hama-hamapenting pada budidaya bawang merah serta cara pengendaliannya adalah sebagai berikut: (a).Ulat daun bawang (Spodoptera exiqua). Gejala serangan : pada daun yang terserang terlihat bercak putih transparan. Hal ini karena ulat menggerek daun dan masuk ke dalamnya sehingga merusak jaringan daun sebelah dalam sehingga kadang-kadang daun terkulai. Cara pengendalian : rotasi tanaman, waktu tanam serempak, atau dengan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.(b).Trips (Trips tabaci Lind.). Gejala serangan : terdapat bintik-bintik keputihan pada helai daun yang diserang, yang akhirnya daun menjadi kering. Serangan biasanya terjadi pada musim kemarau. Cara pengendalian : mengatur waktu tanam yang tepat, atau secara kimiawi yakni dengan penyemprotan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.(c).Ulat tanah (Agrotis epsilon). Pengendalian dilakukan secara manual yakni dengan mengumpulkan ulat ulat pada sore/senja hari di antara pertanaman serta menjaga kebersihan areal pertanaman.(d).Penyakit bercak ungu atau trotol (Alternaria porri). Gejala serangan : pada daun yang terserang (umumnya daun tua) terdapat bercak keputih-putihan dan agak mengendap, lama kelamaan berwarna ungu berbentuk oval, keabu-abuan dan bertepung hitam.

Serangan umumnya terjadi pada musim hujan. Cara pengendalian : rotasi tanaman, melakukan penyemprotan setelah hujan dengan air untuk mengurangi spora yang menempel pada daun. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan fungisida, antara lain Antracol 70 WP, Ditane M-45, Deconil 75 WP, atau Difolatan 4 F.(e).Nematoda akar (Ditylenchus dispaci). Gejala seranga : tanaman kerdil dan tidk mampu membentuk umbi. Cara pengendalian : pemberian Furadan 3G sebanyak 20-80 kg per hektar.Panendilakukan apabila tanaman telah berumur 65-75 hari setelah tanam. Tanaman yang telah siap dipanen memiliki ciri-ciri :(a).Tanaman telah cukup tua, dengan hampir 60-90% batang telah lemas dan daun menguning; (b).Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di permukaan tanah; (c).Warna kulit umbi mengkilat atau memerah; (d).Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel pada umbi dibersihkan. Biarkan umbi beberapa jam pada bedengan, kemudian diikat (1-1,5 kg/ikat); (e).Umbi yang telah diikat dijemur dengan posisi daun berada di atas (selama 5-7 hari). Setelah daun kering, ikatan diperbesar dengan menyatukan 3-4 ikatan kecil menggunakan tali bambu. Selanjutnya ikatan dijemur kembali dengan posisiumbi di atas (selama 2-3 hari); (f).Bila umbi telah kering, umbi siap disimpan di gudang atau di para-paraataudilakukan pengasapan agar tidak mudah busuk dan tahan lama.Sumber :https://warasfarm.wordpress.com/.../cara-budidaya-bawang-merah-di-lahankering

Download disini