(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Media Tanam Ramah Lingkungan dari Nanohidrogel Tongkol Jagung

Admin distan | 25 Agustus 2022 | 1628 kali

Media Tanam Ramah Lingkungan

dari Nanohidrogel Tongkol Jagung

 

Oleh: Ni Wayan Sukarmi, S.TP / BPP Kubutambahan




Jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi bagi kita orang Indonesia pada umumnya. Hal ini dikarenakan pada daerah subtopik atau tropik tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang luas. Jagung memiliki potensial besar sebagai komoditas unggulan tanaman pangan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan penganekaragaman (diversifikasi) makanan bergizi bagi penduduk. Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung. Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah tongkol jagung dan umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada tungku tradisional.

 Tongkol jagung merupakan limbah tanaman jagung yang jumlahnya sangat besar dan belum termanfaatkan secara optimal. Dalam satu buah jagung, 40% berupa tongkol. Tongkol jagung memiliki kandungan selulosa yang besar, mencapai 50%. Kandungan selulosa yang tinggi pada tongkol jagung dapat diproses lebih lanjut antara lain menjadi bahan hidrogel. Hidrogel merupakan polimer dengan struktur sedemikian rupa sehingga mampu menyerap air dan menahannya dalam kurun waktu tertentu. Selama ini hidrogel biasanya berbahan sintetis dan telah mengganggu lingkungan karena tidak mudah terurai dengan jumlah limbah yang sangat besar karena pemakaiannya yang sangat luas. Hidrogel merupakan bahan yang banyak digunakan untuk popok sekali pakai/diapers, dan media tanam pengganti tanah. 

 

Penggunaan bahan baku yang bersifat mudah terurai dan dapat diperbarui serta ramah lingkungan yang berbahan dasar polimer alam, seperti karbohidrat, menjanjikan sifat yang lebih unggul seperti lebih ramah lingkungan (biodegradable), non-toxic, bio-compatible  dan bahan bakunya dapat diperbarui (renewable biosource) serta harganya lebih murah karena bahan bakunya tersedia secara lokal dalam jumlah yang cukup melimpah dibandingkan polimer sintetis.  Polimer karbohidrat yang memiliki potensi sebagai bahan baku hidrogel antara lain selulosa, dari limbah pertanian. Akan tetapi hidrogel berbasis polimer karbohidrat memiliki beberapa kelemahan diantaranya daya serap air dan kekuatannya relatif rendah. Limbah tongkol jagung yang telah dibuang ligninnya dengan autoklaf, selulosa dibuat menjadi berukuran nanometer dengan wetmilling. Dengan ukuran nano, selulosa di crosslink dengan bahan kimia tertentu atau iradiasi untuk menghasilkan hidrogel yang bisa digunakan sebagai bahan diapers atau media tanam. Pemanfaatan tongkol jagung bisa menghilangkan atau mengurangi penggunaan polimer kimia yang tidak ramah lingkungan dan sulit terurai.

 

https://docs.google.com/document/d/1TLyOsZTKGqfK519f1i119-BkF1HPn-Bc/edit?usp=sharing&ouid=102473914141452770656&rtpof=true&sd=true