Media Tanam Ramah Lingkungan
dari Nanohidrogel Tongkol Jagung
Oleh: Ni Wayan Sukarmi, S.TP / BPP Kubutambahan
Jagung merupakan bahan makanan pokok
kedua setelah padi bagi kita orang Indonesia pada umumnya. Hal
ini dikarenakan pada daerah subtopik atau tropik tanaman jagung mempunyai daya
adaptasi yang luas. Jagung memiliki potensial besar sebagai komoditas unggulan
tanaman pangan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan penganekaragaman
(diversifikasi) makanan bergizi bagi penduduk. Seiring dengan kebutuhan jagung yang
cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri
pangan dan pakan berbahan baku jagung. Limbah yang dihasilkan diantaranya
adalah tongkol jagung dan umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan
ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pada tungku tradisional.
Tongkol jagung merupakan limbah tanaman jagung yang jumlahnya sangat besar dan belum termanfaatkan secara optimal. Dalam satu buah jagung, 40% berupa tongkol. Tongkol jagung memiliki kandungan selulosa yang besar, mencapai 50%. Kandungan selulosa yang tinggi pada tongkol jagung dapat diproses lebih lanjut antara lain menjadi bahan hidrogel. Hidrogel merupakan polimer dengan struktur sedemikian rupa sehingga mampu menyerap air dan menahannya dalam kurun waktu tertentu. Selama ini hidrogel biasanya berbahan sintetis dan telah mengganggu lingkungan karena tidak mudah terurai dengan jumlah limbah yang sangat besar karena pemakaiannya yang sangat luas. Hidrogel merupakan bahan yang banyak digunakan untuk popok sekali pakai/diapers, dan media tanam pengganti tanah.
Penggunaan bahan baku yang bersifat mudah
terurai dan dapat diperbarui serta ramah lingkungan yang berbahan dasar polimer
alam, seperti karbohidrat, menjanjikan sifat yang lebih unggul seperti lebih
ramah lingkungan (biodegradable), non-toxic, bio-compatible dan bahan
bakunya dapat diperbarui (renewable biosource) serta harganya lebih murah
karena bahan bakunya tersedia secara lokal dalam jumlah yang cukup melimpah
dibandingkan polimer sintetis. Polimer karbohidrat yang memiliki potensi
sebagai bahan baku hidrogel antara lain selulosa, dari limbah pertanian. Akan
tetapi hidrogel berbasis polimer karbohidrat memiliki beberapa kelemahan
diantaranya daya serap air dan kekuatannya relatif rendah. Limbah tongkol
jagung yang telah dibuang ligninnya dengan autoklaf, selulosa dibuat menjadi
berukuran nanometer dengan wetmilling. Dengan ukuran nano, selulosa di
crosslink dengan bahan kimia tertentu atau iradiasi untuk menghasilkan hidrogel
yang bisa digunakan sebagai bahan diapers atau media tanam. Pemanfaatan tongkol
jagung bisa menghilangkan atau mengurangi penggunaan polimer kimia yang tidak
ramah lingkungan dan sulit terurai.
https://docs.google.com/document/d/1TLyOsZTKGqfK519f1i119-BkF1HPn-Bc/edit?usp=sharing&ouid=102473914141452770656&rtpof=true&sd=true