(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Kenali dan Kendalikan Ancaman Hama Penggerek Ranting pada Tanaman Kopi

Admin distan | 12 Desember 2025 | 82 kali

 


Oleh : I Gede Sila Adnyana, S.P.

( POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukasada )


Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian masyarakat, baik sebagai sumber pendapatan petani maupun bahan baku industri. Produktivitas kopi sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman serta tekanan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang muncul di lapangan. Salah satu OPT yang kerap menurunkan kualitas dan kuantitas produksi adalah Penggerek Ranting Kopi (Xylosandrus morigerus), serangga penggerek yang menyerang bagian ranting dan cabang, sehingga mampu menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai identifikasi, bioekologi, serta teknis pengendaliannya menjadi penting bagi petani.

Xylosandrus morigerus merupakan kumbang penggerek kayu dari famili Scolytidae (Curculionidae: Scolytinae) yang bersifat polifag, tetapi pada tanaman kopi menyerang terutama bagian ranting muda hingga cabang kecil. Serangga ini dikenal sebagai ambrosia beetle karena bersimbiosis dengan jamur ambrosia pada lubang gerekan yang menjadi sumber pakan larvanya. Ranting yang terserang akan melemah, mengalami perubahan warna, dan lama-kelamaan mati. Keberadaan hewan ini sering tidak disadari pada tahap awal, sehingga kerusakan dapat berkembang cepat.

Imago X. morigerus berukuran kecil, umumnya panjang tubuh 1,8–2,5 mm, berbentuk silinder, dan berwarna cokelat gelap hingga hitam. Bagian kepala tertutup pronotum ketika dilihat dari atas, ciri khas kelompok kumbang penggerek. Permukaan elytra tampak bertekstur kasar dengan tonjolan halus. Betina merupakan bentuk dominan dalam populasi karena berperan mencari inang dan membentuk koloni baru, sedangkan jantan berukuran lebih kecil, tidak bersayap, dan hidup menetap di dalam terowongan.

Telur berwarna putih bening, berbentuk oval, dan diletakkan berkelompok di dalam rongga gerekan. Larva tidak berkaki (apoda), berwarna putih krem, dengan kepala kecokelatan. Stadia larva memakan jamur simbion sehingga tidak langsung mengonsumsi jaringan tanaman. Pupa berwarna putih susu dan secara bertahap menggelap mendekati fase imago. Keseluruhan siklus berlangsung dalam rongga gerekan, sehingga sulit terdeteksi tanpa pembelahan ranting.

Siklus hidup X. morigerus berlangsung sekitar 30–45 hari tergantung kondisi lingkungan, khususnya kelembapan dan ketersediaan ranting inang. Betina dewasa keluar dari gerekan induk, kemudian mencari ranting yang lemah, stres, atau mengalami luka untuk memulai gerekan baru. Setelah membuat terowongan, betina membawa spora jamur ambrosia yang akan tumbuh dan menjadi pakan bagi larva. Proses reproduksi biasanya berlangsung secara inbreeding di dalam rongga, kemudian betina muda keluar untuk mencari inang selanjutnya. Serangan biasanya meningkat pada musim kemarau saat tanaman mengalami cekaman.

Tanaman kopi yang terserang ditandai oleh adanya lubang kecil pada ranting atau cabang, seringkali disertai serpihan kayu halus (frass) yang keluar dari lubang gerekan. Ranting akan menguning, mengering, dan akhirnya mati pucuk. Pada serangan berat, banyak ranting mengalami kematian sehingga berdampak pada penurunan pembungaan dan produksi buah. Jika rongga dibelah, terlihat terowongan dengan koloni jamur berwarna keputihan dan populasi larva atau imago di dalamnya.

Serangan cenderung meningkat pada tanaman yang kurang terpelihara, mengalami cekaman air, pemangkasan yang tidak tepat, atau kondisi kebun yang terlalu lembap dan rimbun. Ranting yang terluka, terserang penyakit lain, atau kekurangan nutrisi menjadi sasaran utama karena lebih mudah ditembus. Kondisi kebun yang jarang dibersihkan juga memicu berkembangnya populasi karena banyak ranting mati tertinggal sebagai tempat berkembang biak.

Pengendalian dilakukan dengan pendekatan PHT. Secara kultur teknis, lakukan pemangkasan sanitasi untuk membuang ranting yang terserang, pengaturan naungan agar kelembapan tidak berlebih, serta pemeliharaan kesehatan tanaman melalui pemupukan yang tepat. Ranting terserang harus segera dipotong dan dimusnahkan untuk memutus siklus hidup hama. Pendekatan hayati juga dapat diterapkan, seperti pemanfaatan jamur entomopatogen Beauveria bassiana atau Metarhizium anisopliae yang efektif menekan populasi imago maupun larva di dalam gerekan. Selain itu, penggunaan perangkap alkohol (etanol–metanol) dapat membantu memantau sekaligus menekan populasi kumbang betina yang sedang mencari inang.

Penggunaan pestisida kimia berbahan aktif deltametrin atau imidakloprid hanya dilakukan bila serangan mencapai ambang kendali, serta tetap menjadi pilihan terakhir. Petani diharapkan bijak dalam penggunaannya dengan menerapkan prinsip 6T—tepat jenis, tepat dosis/konsentrasi, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran, dan tepat mutu—agar pengendalian tetap efektif sekaligus aman bagi lingkungan dan pelaku budidaya.

Dengan pemahaman yang baik terhadap identifikasi, bioekologi, dan pola serangan Xylosandrus morigerus, diharapkan petani mampu melakukan tindakan antisipasi maupun pengendalian secara tepat di lapangan. Upaya pemeliharaan tanaman, sanitasi kebun, dan pemantauan rutin menjadi kunci utama dalam menekan kerugian akibat serangan penggerek ranting. Penggunaan pestisida hendaknya dijadikan opsi terakhir, serta harus diterapkan secara bijak, tepat sasaran, dan sesuai rekomendasi teknis agar pengendalian tetap efektif serta aman bagi lingkungan dan pelaku budidaya.   

 

Daftar Pustaka:

Samsudin, S., & Widayat, W. (2015). Ekologi dan Pengendalian Hama Penggerek pada Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian Perkebunan Indonesia.

Saripudin, E., & Setiawati, W. (2021). Pengelolaan OPT dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 25(1), 34–45.

Supriyanto, A., & Yulianto, P. (2016). Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sebagai Agens Hayati Pengendali Serangga. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan..