Oleh: I Wayan Rusman, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli
Pertama
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan
Manggis
(Garcinia mangostana Linn) merupakan buah yang dijuluki dengan ratu buah
“the queen of fruits” karena memiliki banyak khasiat pada setiap
bagiannya. Hal tersebut menyebabkan permintaan pasar manggis di dalam dan luar
negeri sangatlah tinggi. Sejak tahun 2018, buah manggis berhasil menjadi
primadona ekspor yang menyumbang 44,11% dari total ekspor buah-buahan (Wahyuni,
2019). Buah manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki
bentuk dan cita rasa buah yang khas serta kandungan nilai gizi yang baik untuk
Kesehatan. Namun, meskipun memiliki potensi besar, ekspor manggis Indonesia
menghadapi sejumlah kendala seperti produksi yang fluktuatif dan juga ketatnya
standar kualitas ekspor yang dipersyaratkan.
Salah
satu standar kualitas ekspor yang diminta adalah buah manggis yang terbebas
dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tertentu. Salah satunya adalah kutu
putih (Planococcus lilacinus). Pengendalian yang selama ini dilakukan
oleh petani adalah penyemprotan insektisida kimia sintetis. Pengendalian dengan
insektisida kimia sintetis memang mendapatkan hasil yang instan mematikan
serangga sasaran, namun disisi lain penggunaannya secara terus-menerus dan
tidak bijaksana mengundang masalah baru seperti kekebalan OPT dan menimbulkan
residu yang berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut menjadi isu keamanan pangan bagi
konsumen dan penggunanya, maka dari itu potensi bahan-bahan alami yang dapat
digunakan harus dioptimalkan sebagai solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Kutu
Putih (Planococcus
lilacinus)
Kutu putih adalah salah satu OPT pada manggis
yang saat ini dicegah pemasukkannya ke Negara Cina. Kutu putih dapat
menyebabkan kehilangan hasil mencapai 57% dengan kerugian sebesar US$3.009 per
ha per tahun pada buah papaya (Kansiime et al., 2023). Dalam skripsi Adelina
N.S. 2021 dijelaskan bahwa Kutu
putih dapat ditemukan diseluruh bagian tanaman dalam jumlah individu ataupun
koloni. Karakteristik serangga ini adalah terdapat lapisan lilin berwarna putih
yang dikeluarkan oleh trilocular pore pada kutikula melalui proses
sekresi. Ukuran tubuh Planococcus lilacinus
sekitar 3-4 mm dengan bentuk tubuh betina bulat telur-memanjang dan beruas
serta memiliki tungkai yang berkembang. Keberadaan kutu kebul ini seringkali
menyebabkan kerusakan pada daun ataupun tangkai daun serta kelopak ataupun
tangkai bunga/ buah. Selain itu hasil sekresi dari hama ini berupa embun madu
juga dapat menimbulkan munculnya serangan jamur embun jelaga.
Pesnab
Kisela sebagai Sarana Pengendali OPT Ramah Lingkungan
Pestisida Nabati KISELA 866 dibuat dari campuran bahan-bahan alami, yaitu 8 kg kipahit, 6 kg sereh wangi, dan 6 kg lengkuas. Ketiga bahan ini dicacah dan ditumbuk hingga halus, lalu dicampur dengan 20 liter air. Campuran tersebut disimpan selama 24 jam agar sari bahan aktifnya larut secara maksimal. Setelah itu, campuran diperas dan disaring hingga diperoleh ekstrak yang siap diaplikasikan. Untuk penggunaannya, ekstrak ini diencerkan dengan perbandingan 1 liter ekstrak ke dalam 29 liter air. Agar merata saat disemprotkan, dapat ditambahkan perekat pestisida atau 0,1 gram sabun cuci piring atau deterjen per liter ekstrak. Ampas hasil penyaringannya pun dapat digunakan sebagai pupuk kompos.
Pesnab Kisela dapat digunakan sebagai pengendali OPT baik hama maupun penyakit karena kombinasi dari ketiga bahan alami tersebut dapat menjadikannya sebagai insektisida dan fungisida alami. Masing-masing dari bahan tersebut memiliki manfaat dalam mengendalikan OPT. Kipahit (Tithonia diversifolia) merupakan tumbuhan dari famili asteraceae, memiliki kandungan bahan aktif terutama dibagian daun yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid dan fenolik (Sapoetro dkk, 2019). Kipahit yang memiliki bau yang menyengat, berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai penolak hama (repellent). Sedangkan sereh wangi dan juga lengkuas mengandung minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai anti mikroba yang dapat berfungsi sebagai pencegahan infeksi penyakit pada tanaman. Selain itu aroma dari sereh wangi dapat mengganggu insting serangga dalam menentukan tanaman inangnya. Diharapkan potensi dari pesnab kisela dapat dioptimalkan dan menjadi solusi pengendalian OPT secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sumber
Referensi:
Adelina
N.S. 2021. Studi Biologi dan Pemberian Dosis Letal Iradiasi Gamma 60 C0
Terhadap Kutu Putih Planococcus lilacinus Cockerell, 1905 (Hemiptera:
Pseudococcidae). Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kansiime, M. K. et. all. (2023). Crop losses and
economic impact associated with papaya mealybug (Paracoccus marginatus)
infestation in Kenya. International Journal of Pest Management, 69(2),
150-163. https://doi.org/10.1080/09670874.2020.1861363.
Sapoetro T.S., R. Hasibun, A.M. Hariri dan L. Wibowo.
(2019). Uji Potensi Daun Kipahit (Tithonia diversifolia A. Gray) Sebagai
Insektisida Botani Terhadap Larva Spodoptera litura F. Di laboratorium. Jurnal
Agrotek Tropika. 7(3): 371-381.
Wahyuni,
Nisa Tri. 2019. ?Manggis Primadona Ekspor Buah Indonesia.? Pertanian.Go.Id.
2019