LAYU FUSARIUM CABAI DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
Oleh: Rosma Susiwaty Situmeang, S.P/POPT BPP Banjar
Fusarium oxysporum umumnya menyerang berbagai tanaman hortikultura, termasuk cabai mulai dari pembibitan hingga tanaman produksi. Cendawan F. oxysporum tumbuh cukup cepat pada kondisi tanah yang lembab, sehingga penanaman cabai pada musim hujan akan lebih cepat penyebaran penyakitnya. Fusarium oxysporum merupakan penyakit tular tanah yang menyerang bagian xilem tumbuhan. Mekanisme serangan patogen berupa spora akan masuk ke dalam tanaman melalui luka pada akar kemudian menembus benih spora. Kehadiran miselium di xilem mengganggu pengangkutan air dan nutrisi ke bagian atas tanaman. Hal ini merusak bagian tanaman yang tidak mendapat unsur hara, sehingga bagian tanaman tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu tumbuhan tidak dapat berkembang secara normal karena organ tubuhnya tidak berkembang secara normal.
Adanya penyakit ini menyebabkan tanaman cabai kekurangan air sehingga mempengaruhi kondisi fisik tanaman seperti rontok dan layu daun menguning. Daun yang rontok juga menghasilkan daun yang lebih sedikit dan luas daun yang lebih tinggi. Fenomena gugurnya daun yang terjadi pada pohon yang sudah memasuki tahap generasi baru akan semakin tinggi. Fotosintesis yang dihasilkan oleh daun pada masa reproduktif akan terus digunakan untuk menghasilkan buah dan bunga, sedangkan perkembangan organ vegetatif terhenti. Infeksi Fusarium oxysporum juga menyerang. Ini terjadi karena penghambatan translokasi pada jaringan xilem dan translokasi pada jaringan floem. Karena proses ini terhambat, tanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan air dan nutrisinya. Tumbuhan membutuhkan air untuk transpirasi dan fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, hasil akhirnya adalah glukosa dan apabila proses fotosintesis terganggu maka akan mempengaruhi proses respirasi tumbuhan. Selain itu, hasil fotosintesis dan respirasi khususnya ATP dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan produktivitas pertanian. Kerugian yang ditimbulkan akibat layu fusarium pada tanaman cabai cukup tinggi karena menyerang tanaman mulai dari perkecambahan hingga dewasa. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan dan gagal panen hingga 50%.
Banyak upaya pengendalian yang dapat
dilakukan untuk mencegah maupun mengatasi penyakit layu fusarium ini mulai dari
pengendalian kimiawi, biologis, maupun mekanis. Pengendalian dengan agens
hayati dapat menggunakan jamur Trichoderma sp. Pemanfaatan agens antagonis
Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum sebesar 86,05%. Cendawan Trichoderma sp. mampu
menghambat pertumbuhan miselium dan spora perkecambahan. Selain pemanfaatan
agens antagonis, pemanfaatan biofungisida berbahan dasar tumbuh-tumbuhan pun
dapat mencegah maupun mengatasi serangan cendawan Fusarium oxysporum. Selain cendawan Trichoderma sp., agens
antagonis lain dapat dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit layu fusarium yaitu
Gliocladium sp. yang merupakan agen antagonis yang cukup efektif untuk
menghambat perkembangan patogen Fusarium
oxysporum pada media PDA maupun perkembangan penyakit layu pada tanaman
cabai. Penggunaan agen antagonis tersebut juga mampu menyediakan unsur hara
tanaman yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan organ vegetatif maupun
reproduktif melalui proses dekomposisi bahan organik yang diberikan pada media
tanam.
Sumber:
Meilin, A. 2014. Hama
dan Penyakit pada Tanaman Cabai serta Pengendaliannya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Jambi