Vanili merupakan salah satu komoditi yang diminati oleh petani. Hal ini dikarenakan media tanamnya tidak membutuhkan tempat yang luas. Vanili dapat ditanam dimana saja, makanya banyak petani yang suka menanam vanili. Selain karena media tanamnya yang mudah harganya juga menggiurkan petani.
Dikutip dari Wikipedia, vanili atau vanilla planifolia adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang biasa dijadikan sebagai pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Jika vanili kualitas menengah harganya berkisar Rp15 ribu per 50 milimeter, maka vanili dengan kualitas super dilepas dengan harga menembus jutaan rupiah.
Masih menurut sumber yang sama, batang tanaman vanili kira-kira sebesar jari, berwarna hijau, agak lunak, beruas, dan berbuku. Panjang rata-rata tanaman ini adalah 15 cm, dengan tumbuhan melekat pada pohon atau tonggak yang telah disediakan. Daun vanili merupakan daun tunggal, dengan letak berselang-seling pada masing-masing buku, berwarna hijau terang dan memiliki panjang 10-25 cm dan lebar sekitar 5-7 cm. Bentuk daun pipih, berdaging, bulat telur, jorong atau lanset dengan ujung lancip.
Bertempat di Desa Pucaksari ada salah satu petani yang menanam vanili dikebun belakang rumahnya. Petani tersebut ada bapak Made Putra Adnyana. Alasan beliau menanam vanili karena ini dirasakan lebih menjanjikan daripada menanam kopi. Jadi sebelum menanam vanili lahan seluas 2 are itu ditanami kopi, karenan dirasa hasil yang didapat tidak sebanding, jadi beliau membongkar lahannya untuk dijadikan lahan penanaman vanili. Beliau membeli stek vanili di petani di Desa Belatungan seharga Rp. 12.000/meter. Kemudian dipotong perdua buku dan ditanam ditanah yang sudah dicampur pupuk organik dan diberi tricoderma, untuk tiangnya sendiri beliau menggunakan pohon dapdap.