Oleh
: I Kade Purnawirawan Putra, S.P (POPT BPP Kecamatan Buleleng)
Penggerek batang padi
merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang paling merugikan
pada budidaya padi, karena larvanya mampu masuk ke dalam batang dan merusak
jaringan internal yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi. Serangan pada fase vegetatif
menyebabkan gejala sundep, sedangkan serangan pada fase generatif menimbulkan
gejala beluk yang berdampak langsung terhadap penurunan hasil panen. Keberadaan
larva yang bersembunyi di dalam batang membuat pengendaliannya menjadi lebih
sulit, sehingga diperlukan bahan aktif dengan kemampuan menembus jaringan
tanaman dan bekerja secara efektif meskipun larva tidak berada di permukaan
daun. Dalam konteks ini, Klorantraniliprol (100 g/L) menjadi pilihan unggul
karena memiliki mekanisme kerja yang sangat selektif dan mampu menghentikan
aktivitas makan larva dalam waktu cepat. Sebagai insektisida dari golongan
anthranilic diamide, klorantraniliprol menargetkan reseptor ryanodine sehingga
otot larva mengalami kelumpuhan, berhenti makan, dan akhirnya mati. Keunggulan
lainnya adalah persistensinya yang cukup lama sehingga dapat memberikan
perlindungan berkelanjutan selama beberapa minggu setelah aplikasi, serta
tingkat keamanannya yang relatif tinggi terhadap musuh alami, sehingga cocok
digunakan dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Di sisi lain, Tiametoksam
(200 g/L) merupakan insektisida sistemik dari golongan neonicotinoid yang
bekerja dengan menargetkan reseptor nikotinik asetilkolin (nAChR) pada sistem
saraf serangga. Mekanisme ini menyebabkan gangguan impuls saraf yang berujung
pada kelumpuhan dan kematian serangga dewasa maupun nimfa. Tiametoksam sangat
efektif mengendalikan ngengat dewasa yang menjadi pelaku utama dalam penyebaran
populasi penggerek batang melalui aktivitas peletakan telur. Dengan kemampuan
sistemik yang menyebar ke seluruh jaringan tanaman, bahan aktif ini mampu
memberikan perlindungan merata pada daun, batang, hingga titik tumbuh baru yang
rawan dijadikan tempat bertelur. Efek knockdown yang cepat membantu memutus
siklus hidup hama sejak dini, sehingga fase generasi berikutnya dapat ditekan
sebelum menyebabkan kerusakan lebih jauh. Selain itu, tiametoksam memiliki
kemampuan meningkatkan vitalitas tanaman dalam beberapa kondisi karena
pengendalian hama yang efisien dapat mengurangi stres fisiologis pada tanaman.
Kombinasi
Klorantraniliprol dan Tiametoksam dalam satu formulasi memberikan pendekatan
pengendalian yang jauh lebih komprehensif dan efektif terhadap hama penggerek
batang padi. Merk Dagang yang paling terkenal di Lpapangan adalah merk dagang
Virtako. Klorantraniliprol bekerja optimal dalam menekan larva yang sudah masuk
ke dalam batang, sementara Tiametoksam menghambat perkembangan populasi ngengat
dewasa sehingga mengurangi jumlah telur yang akan menjadi sumber serangan baru.
Pendekatan ganda ini mampu memutus dua fase penting dalam siklus hidup
penggerek—imago dan larva—sehingga populasi hama dapat ditekan secara
signifikan dalam satu periode tanam. Selain itu, kombinasi ini sangat sesuai
diterapkan pada wilayah dengan tingkat serangan endemis, karena memberikan
perlindungan panjang dan stabil. Ketika dikombinasikan dengan langkah-langkah
PHT seperti tanam serempak, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan,
dan monitoring rutin, penggunaan kedua bahan aktif ini mampu menjaga kesehatan
tanaman padi, menekan potensi kehilangan hasil, dan meningkatkan produktivitas
lahan secara berkelanjutan. Dengan penerapan yang tepat, formulasi ini dapat
menjadi salah satu strategi kunci dalam menjaga ketahanan pangan di tingkat
petani maupun wilayah.