Oleh
: Ni Wayan Sukarmi, S.TP / BPP Kubutambahan
Kacang gude termasuk tanaman semusim dan mempunyai keunggulan di banding tanaman kacang-kacangan lainnya antara lain tahan kekeringan, tahan rebah dan polong tidak mudah pecah, akan tetapi peka terhadap hama khususnya perusak polong. Umumnya kacang gude tidak pernah ditanam secara monokultur, pertanaman tidak dilakukan secara intensif, tetapi hanya sebagai tanaman campuran di lahan tegal, pematang sawah atau pekarangan. Kacang gude juga dapat dimanfaatkan dalam mengembangankan pola usahatani terpadu karena dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti sorgum , jagung, kacang tanah dan sayuran.
Salah satu kendala utama dalam budidaya kacang gude adalah serangan hama, khususnya perusak polong antara lain Helicoverpa sp. dan Maruca testulalis. Baik Helicoverpa sp maupun Maruca testulalis merupakan hama penting yang dapat menurunkan hasil kacang gude. Telah banyak dikenal cara pengendalian hama yang umum dilakukan, antara lain dengan cara bercocok tanam, sanitasi lingkungan, penggunaan varietas dan penggunaan insektisida. Namun kenyataannya bahwa pengendalian hama tersendiri-sendiri tidak dapat bertahan lebih lama. Sebagai contoh pengendalian hama dengan menggunakan satu jenis insektisida atau pemakaian satu varietas tahan hama suatu ketika akan menimbulkan resisten hama terhadap insektisida atau hancurnya varietas tahan terhadap hama tertentu. Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini dikembangkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan/ diaplikasikan bersama-sama.
Selanjutnya :
https://drive.google.com/file/d/1ZxriYnv3eNFUSPZ23rk3W7JySZaytL5_/view?usp=sharing