(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

TABIA BUN (nama lokal bali) leluhur sebelum kedatangannya Cabai era sekarang

Admin distan | 02 Februari 2023 | 938 kali

Cabai Bun (nama lokal bali) (Piper retrofractum Vahl) adalah jenis rempah yang masih berkerabat dengan lada dan kemukus, termasuk dalam suku sirih-sirihan

 atau Piperaceae. Nama lainnya adalah cabya, cabai jamu, cabe bun atau cabai saja, meskipun penyebutan terakhir ini akan rancu dengan cabai yang sekarang lebih populer, Capsicum annuum. Nama daerah lain adalah cabbhi solak atau cabbhi alas  dan cabia (Sulawesi).


Produk perdagangan cabai jawa/bali adalah untai yang dikeringkan, berguna sebagai bumbu masak dan berkhasiat pengobatan. Dalam perdagangan, sering kali untai kering ini dianggap sama dengan untai kering dari lada panjang (Piper longum), sehingga lada panjang pun juga sering disematkan pada cabai jawa/bali


Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut).


Produknya telah dikenal oleh orang Romawi sejak lama dan sering dikacaukan dengan lada. Di Indonesia sendiri buah keringnya digunakan sebagai rempah pemedas. Sebelum kedatangan cabai (Capsicum spp.), tumbuhan inilah yang disebut "cabai". Cabai sendiri oleh orang lokal bali dan jawa.


Cabai jamu/tabia bun dapat tumbuh di lahan ketinggian 0-600 meter dari permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 1.259-2.500 mm per tahun. Tanah lempung berpasir, dengan struktur tanah gembur dan berdrainase baik, merupakan lahan yang cocok untuk budidaya cabai jamu. Tanaman itu memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul batu di pematang tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami.