Gede Ngurah Sani Arimbawa, S.P (BPP Kubutambahan)
Wani
(Mangifera Caesia Jack) merupakan tanaman buah tropis tergolong kerabat mangga
yang bernilai ekinomis tinggi, tetapi belum mendapat perhatian secara memadai. Salah
satu kultivar yang paling spesifik dan sangat berpotensi untuk di kembangkan
adalah Wani Ngumpen atau sering disebut dengan Wani tanpabiji. Disebut wani
tanpa biji karena 90 % dari total buahnya tidak berbiji.
Jenis tanaman Hortikultura yang cocok tumbuh
di dataran tinggi, wani bukanlah mangga namun berkerabat dengan mangga. Wani
sebenarnya tumbuh di sebagian wilayah Indonesia, walaupun begitu banyak orang
yang belum pernah mencicipinya. Bahkan teman-teman dari luar Bali rata-rata
tidak pernah melihatnya, apalagi memakannya. Di Bali Wani adalah salah satu
buah lokal yang hadir di pasar dan sangat diminati konsumen jika musimnya
telah tiba.
Wani
terdiri dari beberapa varietas yakni wani tembaga, madu dan ngumpen yang paling
disukai karena nyaris tanpa biji. Walaupun bentuknya sekilas mirip dengan mangga
namun ketika dikupas dagingnya memiliki warna yang berbeda, yakni berwarna
putih, berserat dan rasanya asam manis.
Wani
tumbuh di dataran tinggi, wani tidak dibudidayakan secara khusus, ia tumbuh di
kebun tanpa ada yang tahu siapa yang menaman dan berapa tahun usianya, mungkin
karena buahnya yang matang jatuh dan akhirnya dia tumbuh lagi, begitu
seterusnya.
Di
Kabupaten Buleleng buah wani sangat banyak peminatnya, maka tidak heran
kemudian hari di pasar jika musim wani tiba banyak varietas wani yang muncul.
Wani termasuk buah klimakterik, yakni proses pematanggannya terus berlanjut
walaupun sudah dipetik (boleh diperam). Saat belum matang pun banyak yang
membelinya untuk membuat rujak bumbu Bali, atau dimakan langsung.
Buah
wani ngumpen belum mengisi pasar komersial, baik pasar tradisional maupun pasar
swalayan,karena populasinya masih sangat sedikit. Prospek pemasaran buah wani
ngumpen sangat menjanjikan karena spesifik buahnya tanpa biji, daging buahnya
tebal, rasanya sangat enak dengan cita rasa khas, dan harganya 3 kali lipat
lebih mahal dibandingkan harga buah kultivar lainnya. Harga jual buah wani
ngumpen berkisar Rp. 15.000 – Rp. 35.000 per kilogram
Wani
akan mulai berbunga bulan Juni sampai dengan Desember dan buahnya matang antara
bulan September sampai Maret. Musim wani sangat ditunggu, apalagi di kalangan
anak-anak desa, di akhir tahun saat angin mulai berhembus kencang wani mulai
matang, di Bali disebut sasih keulu (perhitungan kalender Saka) anak-anak akan
menunggu di bawah pohon wani, wani jatuh dari pohon, mereka berebut dan
biasanya langsung memakannya tanpa diperam lagi.
Pemilik
pohon wani juga biasanya mulai bersiap-siap memanen wani di kebunnya, dengan
menyewa seorang 'tukang penek' atau dalam bahasa Indonesia artinya seorang pemanjat.
'Tukang penek' adalah orang yang ahli dalam memanjat pohon yang tergolong
tinggi seperti pohon wani.
Jika
tidak berniat menyewa tukang penek, biasanya wani dijual kepada 'Tukang Pajeg'
atau seorang yang berani membeli wani dengan harga tertentu walaupun wani masih
berada di atas pohon. Dengan memperhatikan wani dari bawah pohon ia berani
memperkirakan harga dan ia langsung membawa 'tukang penek' untuk memetik wani
tersebut.
Jadi
yang berencana liburan ke Bali di akhir tahun dan belum pernah mencoba buah
wani, mungkin saatnya mencicipi sensasi buah wani, dengan rasa dan aroma yang
khas atau mungkin dijadikan oleh-oleh.