Oleh: Pande Made Giopany, S.P.
(POPT
– Ahli Pertama BPP Kecamatan Sukasada)
Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme seperti Trichoderma spp., bukan untuk pertumbuhan
primer, tetapi memiliki fungsi penting dalam interaksi biologis, seperti
aktivitas antimikroba, pemicu ketahanan tanaman, dan perangsang pertumbuhan
tanaman. Metabolit sekunder dihasilkan oleh mikroorganisme selama fase
pertumbuhan sekunder (fase stasioner), yaitu setelah kebutuhan dasar
pertumbuhan seperti pembelahan sel dan produksi energi terpenuhi. Berbeda
dengan metabolit primer (misalnya asam amino, nukleotida, asam lemak),
metabolit sekunder tidak esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi langsung,
tetapi memiliki peran penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup
mikroorganisme di lingkungan yang kompetitif.
Senyawa bioaktif yang dihasilkan dari metabolit sekunder Trichoderma, antara lain:
- Peptaibol: Senyawa peptida dengan aktivitas antimikroba yang tinggi.
- Gliotoksin dan Viridin: Senyawa yang memiliki sifat antibiotik terhadap jamur patogen.
- Harzianolide dan 6-pentyl-a-pyrone (6-PP): Senyawa volatil yang memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan patogen serta merangsang pertumbuhan akar tanaman.
- Fitohormon: Senyawa yang dihasilkan seperti auksin (IAA), giberelin dan sitokinin yang mampu merangsang pertumbuhan akar, meningkatkan penyerapan unsur hara dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Pembuatan metabolit sekunder Trichoderma dapat
dilakukan dengan media alternatif berbahan air cucian beras, air kelapa dan
gula merah. Air cucian beras mengandung vitamin B, mineral, dan pati yang
berfungsi sebagai sumber karbon dan nitrogen. Air kelapa kaya akan nutrisi
seperti asam amino, vitamin, dan mineral yang mendukung pertumbuhan mikrob. Sementara
gula merah berperan sebagai sumber karbon yang mudah difermentasi.
Cara Pembuatan Metabolit Sekunder
Trichoderma:
Bahan-bahan:
1.
Air cucian beras: 800 ml
2.
Air kelapa tua: 200ml
3.
Gula merah/gula pasir: 10 gr
4.
Isolat Trichoderma
Langkah – langkah:
1.
Campurkan 800 ml air cucian beras, 200 ml air
kelapa dan 10gr gula merah yang telah dilarutkan dalam wadah steril.
2.
Panaskan campuran tersebut hingga mendidih
selama 15 menit untuk mengurangi kontaminan, kemudian didinginkan hingga suhu
ruang.
3.
Tambahkan isolat Trichoderma ke dalam media.
4.
Larutan kemudian diinkubasi pada suhu ruang
selama 2-3 minggu dan dikocok secara mendatar 1 – 5 menit setiap
pagi-siang-sore.
5.
Jika larutan telah berwarna agak kecoklatan dan
berbau fermentasi seperti tape, metabolit sekunder siap digunakan.
Aplikasi Metabolit Sekunder
Trichoderma
Metabolit sekunder Trichoderma dapat diaplikasikan ke
tanaman dalam berbagai cara, tergantung pada tujuan penggunaan serta jenis
tanaman yang dibudidayakan. Beberapa metode aplikasi yang umum digunakan antara
lain:
1.
Aplikasi secara kocor. Metabolit
sekunder dapat dikocorkan langsung ke daerah perakaran tanaman. Metode ini
bertujuan untuk meningkatkan koloni mikroba menguntungkan di zona perakaran
(rizosfer), menekan pertumbuhan patogen tanah dan merangsang pertumbuhan akar.
2.
Aplikasi semprot. Penyemprotan
metabolit sekunder ke seluruh bagian tanaman, terutama pada daun dan batang,
bermanfaat untuk menginduksi ketahanan sistemik tanaman (ISR) serta menghambat
pertumbuhan patogen permukaan.
3.
Aplikasi infus batang atau akar. Teknik
ini dilakukan dengan menyuntikkan larutan metabolit sekunder ke jaringan
tanaman (terutama pada tanaman keras atau pohon), untuk memberikan efek
pengobatan langsung terhadap infeksi sistemik yang sulit dijangkau oleh metode
lainnya.
Aplikasi metabolit sekunder dilakukan dengan konsentrasi 20
ml per liter air. Frekuensi aplikasi disarankan setiap 7–14 hari sekali
tergantung pada intensitas serangan patogen dan kondisi lingkungan. Untuk
pencegahan, aplikasi secara berkala dapat meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap stres biotik, sedangkan untuk pengendalian, aplikasi dapat diulang
lebih sering hingga gejala penyakit berkurang.
Sumber referensi :
Demain, A. L. (1998). Induction of microbial secondary metabolism.
International Microbiology, 1(4), 259–264. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10943374/
Martínez-Medina, A., Pascual, J. A., Lloret, E., & Roldán, A.
(2014). Trichoderma harzianum elicits plant defensive mechanisms in tomato
roots in response to both biotic and abiotic stresses. Applied Soil Ecology,
73, 1–6. https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2013.07.009