(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

METABOLIT SEKUNDER TRICHODERMA

Admin distan | 28 April 2025 | 1065 kali

Oleh: Pande Made Giopany, S.P.

(POPT – Ahli Pertama BPP Kecamatan Sukasada)

 

Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti Trichoderma spp., bukan untuk pertumbuhan primer, tetapi memiliki fungsi penting dalam interaksi biologis, seperti aktivitas antimikroba, pemicu ketahanan tanaman, dan perangsang pertumbuhan tanaman. Metabolit sekunder dihasilkan oleh mikroorganisme selama fase pertumbuhan sekunder (fase stasioner), yaitu setelah kebutuhan dasar pertumbuhan seperti pembelahan sel dan produksi energi terpenuhi. Berbeda dengan metabolit primer (misalnya asam amino, nukleotida, asam lemak), metabolit sekunder tidak esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi langsung, tetapi memiliki peran penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup mikroorganisme di lingkungan yang kompetitif.

 

Senyawa bioaktif yang dihasilkan dari metabolit sekunder Trichoderma, antara lain:

- Peptaibol: Senyawa peptida dengan aktivitas antimikroba yang tinggi.

- Gliotoksin dan Viridin: Senyawa yang memiliki sifat antibiotik terhadap jamur patogen.

- Harzianolide dan 6-pentyl-a-pyrone (6-PP): Senyawa volatil yang memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan patogen serta merangsang pertumbuhan akar tanaman.

- Fitohormon: Senyawa yang dihasilkan seperti auksin (IAA), giberelin dan sitokinin yang mampu merangsang pertumbuhan akar, meningkatkan penyerapan unsur hara dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

 

Pembuatan metabolit sekunder Trichoderma dapat dilakukan dengan media alternatif berbahan air cucian beras, air kelapa dan gula merah. Air cucian beras mengandung vitamin B, mineral, dan pati yang berfungsi sebagai sumber karbon dan nitrogen. Air kelapa kaya akan nutrisi seperti asam amino, vitamin, dan mineral yang mendukung pertumbuhan mikrob. Sementara gula merah berperan sebagai sumber karbon yang mudah difermentasi.

 

 

Cara Pembuatan Metabolit Sekunder Trichoderma:

Bahan-bahan:

1.    Air cucian beras: 800 ml

2.    Air kelapa tua: 200ml

3.    Gula merah/gula pasir: 10 gr

4.    Isolat Trichoderma

 

Langkah – langkah:

1.    Campurkan 800 ml air cucian beras, 200 ml air kelapa dan 10gr gula merah yang telah dilarutkan dalam wadah steril.

2.    Panaskan campuran tersebut hingga mendidih selama 15 menit untuk mengurangi kontaminan, kemudian didinginkan hingga suhu ruang.

3.    Tambahkan isolat Trichoderma ke dalam media.

4.    Larutan kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 2-3 minggu dan dikocok secara mendatar 1 – 5 menit setiap pagi-siang-sore.

5.    Jika larutan telah berwarna agak kecoklatan dan berbau fermentasi seperti tape, metabolit sekunder siap digunakan.

 

Aplikasi Metabolit Sekunder Trichoderma

Metabolit sekunder Trichoderma dapat diaplikasikan ke tanaman dalam berbagai cara, tergantung pada tujuan penggunaan serta jenis tanaman yang dibudidayakan. Beberapa metode aplikasi yang umum digunakan antara lain:

1.    Aplikasi secara kocor. Metabolit sekunder dapat dikocorkan langsung ke daerah perakaran tanaman. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan koloni mikroba menguntungkan di zona perakaran (rizosfer), menekan pertumbuhan patogen tanah dan merangsang pertumbuhan akar.

2.    Aplikasi semprot. Penyemprotan metabolit sekunder ke seluruh bagian tanaman, terutama pada daun dan batang, bermanfaat untuk menginduksi ketahanan sistemik tanaman (ISR) serta menghambat pertumbuhan patogen permukaan.

3.    Aplikasi infus batang atau akar. Teknik ini dilakukan dengan menyuntikkan larutan metabolit sekunder ke jaringan tanaman (terutama pada tanaman keras atau pohon), untuk memberikan efek pengobatan langsung terhadap infeksi sistemik yang sulit dijangkau oleh metode lainnya.

 

Aplikasi metabolit sekunder dilakukan dengan konsentrasi 20 ml per liter air. Frekuensi aplikasi disarankan setiap 7–14 hari sekali tergantung pada intensitas serangan patogen dan kondisi lingkungan. Untuk pencegahan, aplikasi secara berkala dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stres biotik, sedangkan untuk pengendalian, aplikasi dapat diulang lebih sering hingga gejala penyakit berkurang.

 

Sumber referensi :

Demain, A. L. (1998). Induction of microbial secondary metabolism. International Microbiology, 1(4), 259–264. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10943374/

Martínez-Medina, A., Pascual, J. A., Lloret, E., & Roldán, A. (2014). Trichoderma harzianum elicits plant defensive mechanisms in tomato roots in response to both biotic and abiotic stresses. Applied Soil Ecology, 73, 1–6. https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2013.07.009