Oleh: I Wayan Rusman, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan Ahli Muda
Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Kubutambahan
Bawang
merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura penting di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai
bumbu dapur dan bahan industri makanan. Namun produksi bawang merah sering
terganggu oleh berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT), termasuk jamur
patogen. Salah satu patogen jamur yang signifikan adalah Alternaria sp,
khususnya Alternaria porri, yang menyebabkan penyakit bercak ungu (purple
blotch) dan penyakit bercak daun (leaf spot). Serangan jamur ini
dapat menurunkan produktivitas tanaman dengan signifikan sehingga perlu
diwaspadai dalam budidaya bawang merah.
Gejala
Serangan Spesifik
Gejala
Bercak Ungu (Purple Blotch). Awalnya muncul sebagai
bercak kecil berwarna cokelat atau cokelat keunguan pada permukaan daun.
Seiring waktu bercak melebar dan menjadi nekrotik (mati jaringan), sering kali
dengan batas gelap tegas. Dalam kondisi parah, bercak ini dapat menyatu
dan menyebabkan daun mengering, menguning, dan akhirnya mati prematur. Selain bercak ungu, Alternaria sp juga
dapat menyebabkan tanda bercak lain di daun yang mengurangi luas fotosintesis
tanaman, menurunkan vigor tanaman, dan mempercepat kematian jaringan daun.
Bioekologi
Penyakit beserta Dampak Serangan Penyakit
Jamur
Alternaria sp. berkembang optimal pada suhu berkisar antara 25–30°C
dengan kelembapan udara tinggi. Spora jamur disebarkan melalui angin, percikan
air hujan, serta aktivitas manusia di lahan. Sumber inokulum utama berasal dari
sisa tanaman terinfeksi yang tertinggal di lahan dan dari umbi bibit yang telah
terkontaminasi patogen. Oleh karena itu, keberadaan sisa tanaman sakit di lahan
menjadi faktor penting dalam keberlanjutan penyakit pada musim tanam
berikutnya. Serangan penyakit bercak ungu dapat menyebabkan penurunan hasil
yang signifikan, bahkan dilaporkan mencapai lebih dari 50% pada kondisi
lingkungan yang sangat mendukung perkembangan patogen. Selain menurunkan bobot
dan ukuran umbi, penyakit ini juga menurunkan kualitas hasil panen sehingga berpengaruh
terhadap nilai jual bawang merah di pasaran.
Strategi
Pengendalian Terpadu
Pengendalian
penyakit bercak ungu pada bawang merah perlu dilakukan secara terpadu dengan
mengombinasikan beberapa teknik pengendalian. Mulai dari Penggunaan Bibit
Sehat, penggunakan umbi bibit yang bebas dari gejala penyakit merupakan
langkah awal yang sangat penting untuk mencegah masuknya patogen ke lahan. Sanitasi
lahan, membersihkan dan memusnahkan sisa tanaman terinfeksi setelah panen
dapat menurunkan sumber inokulum patogen di lapangan. Pengaturan jarak tanam,
jarak tanam yang tidak terlalu rapat membantu meningkatkan sirkulasi udara
sehingga menurunkan kelembapan mikro di sekitar tanaman, jarak tanam yang ideal
dimulai dari 15 × 15 cm sampai 20 × 20 cm jika kondisi lahan yang lembab. Rotasi
tanaman, melakukan rotasi dengan tanaman bukan inang Alternaria sp.
dapat memutus siklus hidup patogen. Pengendalian hayati, pemanfaatan
agen hayati seperti Trichoderma sp. telah dilaporkan mampu menekan
perkembangan patogen melalui mekanisme kompetisi dan antibiosis. Terdapat juga
agen hayati yang bisa digunakan seperti Pseudomonas fluorescens dan Bacillus
subtilis. Alternatif terakhir apabila intensitas serangan tinggi dan cuaca
yang buruk dapat dilakukan Pengendalian menggunakan fungisida secara bijaksana,
fungisida dapat digunakan dengan tetap memperhatikan dosis, waktu aplikasi, dan
rotasi bahan aktif untuk mencegah resistensi. Beberapa bahan aktif yang efektif
untuk pengendalian adalah Mankozeb, Klorotalonil, Azoksistrobin, Difenokonazol
dan Propikonazol.
Penyakit
bercak ungu yang disebabkan oleh jamur Alternaria sp. merupakan salah
satu OPT utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai. Pemahaman
terhadap bioekologi patogen serta penerapan pengendalian hama terpadu menjadi
kunci dalam menekan tingkat serangan dan menjaga produktivitas tanaman.
Pendekatan yang tepat dan berkelanjutan akan membantu petani mengurangi
kerugian akibat penyakit ini.
Daftar
Pustaka:
Agrios,
G. N. (2005). Plant Pathology (5th ed.). Elsevier Academic Press.
Brewster,
J. L. (2008). Onions and Other Vegetable Alliums. CABI Publishing.
Dita,
M. A., Wydra, K., & Werner, S. (2018). Epidemiology and management of Alternaria
diseases in vegetable crops. Plant Pathology Journal, 34(6), 505–517.
Semangun,
H. (2007). Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah
Mada University Press.