(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

OPT Bawang Merah: Jamur Alternaria porri yang Harus Diwaspadai

Admin distan | 17 Desember 2025 | 81 kali


Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Muda

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan

 

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai bumbu dapur dan bahan industri makanan. Namun produksi bawang merah sering terganggu oleh berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT), termasuk jamur patogen. Salah satu patogen jamur yang signifikan adalah Alternaria sp, khususnya Alternaria porri, yang menyebabkan penyakit bercak ungu (purple blotch) dan penyakit bercak daun (leaf spot). Serangan jamur ini dapat menurunkan produktivitas tanaman dengan signifikan sehingga perlu diwaspadai dalam budidaya bawang merah.

Gejala Serangan Spesifik

Gejala Bercak Ungu (Purple Blotch). Awalnya muncul sebagai bercak kecil berwarna cokelat atau cokelat keunguan pada permukaan daun. Seiring waktu bercak melebar dan menjadi nekrotik (mati jaringan), sering kali dengan batas gelap tegas. Dalam kondisi parah, bercak ini dapat menyatu dan menyebabkan daun mengering, menguning, dan akhirnya mati prematur.  Selain bercak ungu, Alternaria sp juga dapat menyebabkan tanda bercak lain di daun yang mengurangi luas fotosintesis tanaman, menurunkan vigor tanaman, dan mempercepat kematian jaringan daun.

Bioekologi Penyakit beserta Dampak Serangan Penyakit

Jamur Alternaria sp. berkembang optimal pada suhu berkisar antara 25–30°C dengan kelembapan udara tinggi. Spora jamur disebarkan melalui angin, percikan air hujan, serta aktivitas manusia di lahan. Sumber inokulum utama berasal dari sisa tanaman terinfeksi yang tertinggal di lahan dan dari umbi bibit yang telah terkontaminasi patogen. Oleh karena itu, keberadaan sisa tanaman sakit di lahan menjadi faktor penting dalam keberlanjutan penyakit pada musim tanam berikutnya. Serangan penyakit bercak ungu dapat menyebabkan penurunan hasil yang signifikan, bahkan dilaporkan mencapai lebih dari 50% pada kondisi lingkungan yang sangat mendukung perkembangan patogen. Selain menurunkan bobot dan ukuran umbi, penyakit ini juga menurunkan kualitas hasil panen sehingga berpengaruh terhadap nilai jual bawang merah di pasaran.

Strategi Pengendalian Terpadu

Pengendalian penyakit bercak ungu pada bawang merah perlu dilakukan secara terpadu dengan mengombinasikan beberapa teknik pengendalian. Mulai dari Penggunaan Bibit Sehat, penggunakan umbi bibit yang bebas dari gejala penyakit merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mencegah masuknya patogen ke lahan. Sanitasi lahan, membersihkan dan memusnahkan sisa tanaman terinfeksi setelah panen dapat menurunkan sumber inokulum patogen di lapangan. Pengaturan jarak tanam, jarak tanam yang tidak terlalu rapat membantu meningkatkan sirkulasi udara sehingga menurunkan kelembapan mikro di sekitar tanaman, jarak tanam yang ideal dimulai dari 15 × 15 cm sampai 20 × 20 cm jika kondisi lahan yang lembab. Rotasi tanaman, melakukan rotasi dengan tanaman bukan inang Alternaria sp. dapat memutus siklus hidup patogen. Pengendalian hayati, pemanfaatan agen hayati seperti Trichoderma sp. telah dilaporkan mampu menekan perkembangan patogen melalui mekanisme kompetisi dan antibiosis. Terdapat juga agen hayati yang bisa digunakan seperti Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis. Alternatif terakhir apabila intensitas serangan tinggi dan cuaca yang buruk dapat dilakukan Pengendalian menggunakan fungisida secara bijaksana, fungisida dapat digunakan dengan tetap memperhatikan dosis, waktu aplikasi, dan rotasi bahan aktif untuk mencegah resistensi. Beberapa bahan aktif yang efektif untuk pengendalian adalah Mankozeb, Klorotalonil, Azoksistrobin, Difenokonazol dan Propikonazol.

Penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh jamur Alternaria sp. merupakan salah satu OPT utama pada tanaman bawang merah yang perlu diwaspadai. Pemahaman terhadap bioekologi patogen serta penerapan pengendalian hama terpadu menjadi kunci dalam menekan tingkat serangan dan menjaga produktivitas tanaman. Pendekatan yang tepat dan berkelanjutan akan membantu petani mengurangi kerugian akibat penyakit ini.

 

Daftar Pustaka:

Agrios, G. N. (2005). Plant Pathology (5th ed.). Elsevier Academic Press.

Brewster, J. L. (2008). Onions and Other Vegetable Alliums. CABI Publishing.

Dita, M. A., Wydra, K., & Werner, S. (2018). Epidemiology and management of Alternaria diseases in vegetable crops. Plant Pathology Journal, 34(6), 505–517.

Semangun, H. (2007). Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press.