(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PENYAKIT KERUPUK/KERITING PADA TANAMAN TEMBAKAU

Admin distan | 22 Oktober 2024 | 400 kali

Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP./POPT Ahli Pertama


Tembakau menjadi salah satu komoditi perkebunan yang memiliki prospek bagi penerimaan devisa negara. Salah satu kendala yang dapat menurunkan produktivitas tanaman tembakau karena terjadi serangan penyakit virus yang dikenal sebagai penyakit kerupuk atau keriting. Penyakit kerupuk ini banyak menyerang tanaman tembakau di daerah tropik,terutama di awal musim kemarau.


Penyakit kerupuk disebabkan oleh tobacco leafcurl virus (TLCV) dari keluarga Geminiviridae, genus Begomovirus yang tidak memiliki amplop (selubung). TLCV termasuk kelompok geminivirus karena zarah virus berbentuk isometrik kembar masing-masing berukuran antara 25–30 mm. Begomovirus merupakan salah satu marga (genus) virus partikel kembar (virus gemini atau Geminiviridae).


Gejala pada tanaman tembakau biasanya diawali dari perubahan bentuk daun. Menurut Semangun (2001), daun tampak berkerut-kerut dan bentuknya mirip kerupuk. Gejala umum serangan penyakit begomovirus tanaman tidak normal, daun pupus berwarna kuning dan bentuk daun tidak normal. Gejala penyakit tersebut pada tanaman biasanya baru terlihat setelah 2-3 minggu sejak bibit dipindahkan ke lapangan. Daun yang masih muda pada setiap umur tanaman merupakan bagian yang rentan. Daun pada bagian atas yang dekat dengan titik tumbuh tanaman tampak menggulung dan menjadi keriting, sedang daun yang yang letaknya lebih di bawah dan sudah lebih tua tetap normal dan tanaman yang sakit biasanya juga menjadi kerdil. Pada stadia generatif, bentuk bakal bunga dan bunga sedikit menyimpang serta terpelintir, jika tanaman dicabut,akan terlihat sistem perakaran mengecil. Selain itu batang akan terlihat lebih pendek dan berbentuk roset. Keseluruhan tanaman akan terlihat kerdil.


Penyakit virus mulai menyerang tanaman ± 14 hari setelah tanam (HST) sampai masa panen dan dapat menular melalui vektor hama Bemisia tabaci atau dikenal dengan nama kutu kebul. Penyakit kerupuk atau keriting ditularkan oleh vektor kutu putih Bemisia tabaci secara persisten. Ada juga yang menyebutkan tungau Polyphagotarsonemus latus,dan Thrips scirtothrips dorsalis. Bemisia tabaci mampu menularkan virus setelah
30 menit akuisisi. Virus mampu bertahan dalam tubuh vektor 12–17 hari atau bahkan selama sisa hidup serangga tersebut. Virus ditularkan melalui penyambungan batang sakit dengan batang yang sehat. Tanaman inang penyebar virus antara lain : cabai, tomat, leunca, pepaya, crotalaria, kecubung, wijen, babandotan, kembang kertas, patikan kebo, sidaguri, rumput minjangan,dan sawi langit.


Faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan penyakit antaralain:

1.    Meningkatnya populasi B. tabaci terutama pada awal musim kemarau.

2.    Bibit/tanaman muda lebih rentan dibandingkan tanaman tua.

3.    Pemupukan N yang berlebihan.

4.    Meningkatkan dosis pupuk P dan K akan mengurangi keparahan penyakit.


Adapun teknik pengendalian yang dapat direkomendasikan yaitu:

1.    Mengendalikan serangga vektor, misalnya dengan insektisida bahan aktif asefat atau imidakloprid pada saat tanam dan 45 hari setelah tanam.

2.    Menanam bunga matahari atau jarak kepyar sebagai pagar pembatas di sekitar bedengan untuk mencegah perkembangan populasi B. tabaci.

3.    Menggunakan tanaman resisten.

 

Daftar Pustaka

Ningsih, M. S., Fardedi, Syafrison, Giska O., Mela R., dan Hary Y. J. 2024. Pengaruh Infeksi Virus Kerupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau Payakumbuh. Jurnal Riset Perkebunan. 5(1):11-17.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 325 – 326 hal .