Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP./POPT Ahli Pertama
Tembakau menjadi salah satu komoditi perkebunan yang memiliki prospek bagi penerimaan devisa negara. Salah satu kendala yang dapat menurunkan produktivitas tanaman tembakau karena terjadi serangan penyakit virus yang dikenal sebagai penyakit kerupuk atau keriting. Penyakit kerupuk ini banyak menyerang tanaman tembakau di daerah tropik,terutama di awal musim kemarau.
Penyakit kerupuk disebabkan
oleh tobacco leafcurl virus (TLCV) dari keluarga Geminiviridae, genus
Begomovirus yang tidak memiliki amplop (selubung). TLCV termasuk kelompok geminivirus
karena zarah virus berbentuk isometrik kembar masing-masing berukuran antara 25–30
mm. Begomovirus merupakan salah satu marga (genus) virus partikel kembar (virus
gemini atau Geminiviridae).
Gejala pada tanaman
tembakau biasanya diawali dari perubahan bentuk daun. Menurut Semangun (2001),
daun tampak berkerut-kerut dan bentuknya mirip kerupuk. Gejala umum serangan
penyakit begomovirus tanaman tidak normal, daun pupus berwarna kuning dan
bentuk daun tidak normal. Gejala penyakit tersebut pada tanaman biasanya baru
terlihat setelah 2-3 minggu sejak bibit dipindahkan ke lapangan. Daun yang
masih muda pada setiap umur tanaman merupakan bagian yang rentan. Daun pada
bagian atas yang dekat dengan titik tumbuh tanaman tampak menggulung dan
menjadi keriting, sedang daun yang yang letaknya lebih di bawah dan sudah lebih
tua tetap normal dan tanaman yang sakit biasanya juga menjadi kerdil. Pada stadia
generatif, bentuk bakal bunga dan bunga sedikit menyimpang serta terpelintir, jika
tanaman dicabut,akan terlihat sistem perakaran mengecil. Selain itu batang akan
terlihat lebih pendek dan berbentuk roset. Keseluruhan tanaman akan terlihat kerdil.
Penyakit virus
mulai menyerang tanaman ± 14 hari setelah tanam (HST) sampai masa panen dan
dapat menular melalui vektor hama Bemisia tabaci atau dikenal dengan
nama kutu kebul. Penyakit kerupuk atau keriting ditularkan oleh vektor kutu putih
Bemisia tabaci secara persisten. Ada juga yang menyebutkan tungau Polyphagotarsonemus
latus,dan Thrips scirtothrips dorsalis. Bemisia tabaci mampu menularkan
virus setelah
30 menit akuisisi. Virus mampu bertahan dalam tubuh vektor 12–17 hari atau bahkan
selama sisa hidup serangga tersebut. Virus ditularkan melalui penyambungan batang
sakit dengan batang yang sehat. Tanaman inang penyebar virus antara lain : cabai,
tomat, leunca, pepaya, crotalaria, kecubung, wijen, babandotan, kembang kertas,
patikan kebo, sidaguri, rumput minjangan,dan sawi langit.
Faktor yang mempengaruhi
terhadap perkembangan penyakit antaralain:
1. Meningkatnya
populasi B. tabaci terutama pada awal musim kemarau.
2. Bibit/tanaman
muda lebih rentan dibandingkan tanaman tua.
3. Pemupukan
N yang berlebihan.
4. Meningkatkan dosis pupuk P dan K akan mengurangi keparahan penyakit.
Adapun teknik pengendalian
yang dapat direkomendasikan yaitu:
1. Mengendalikan
serangga vektor, misalnya dengan insektisida bahan aktif asefat atau
imidakloprid pada saat tanam dan 45 hari setelah tanam.
2. Menanam
bunga matahari atau jarak kepyar sebagai pagar pembatas di sekitar bedengan
untuk mencegah perkembangan populasi B. tabaci.
3. Menggunakan
tanaman resisten.
Daftar
Pustaka
Ningsih,
M. S., Fardedi, Syafrison, Giska O., Mela R., dan Hary Y. J. 2024. Pengaruh
Infeksi Virus Kerupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau
Payakumbuh. Jurnal Riset Perkebunan. 5(1):11-17.
Semangun,
H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 325 – 326 hal .