Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP./POPT Ahli Pertama
Tanaman tembakau
merupakan komoditas tanaman perkebunan yang memiliki peranan penting dan
strategis bagi perekonomian Indonesia. Tinggi rendahnya angka produksi tanaman
tembakau dapat dipengaruhi oleh serangan patogen yang dimana dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan tanaman tembakau tersebut. Salah satu patogen dari jenis jamur yang
dapat menginfeksi tanaman tembakau yaitu Phytophthora nicotianae. Jamur P.
nicotianae menyebabkan penyakit lanas.
Phytophthora berasal dari bahasa Yunani, phyto
yang berarti tanaman dan phthora yang artinya merusak. Berdasarkan EPPO
Global Database, klasifikasi dari P. nicotianae sebagai berikut.
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo :
Pythiales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophthora nicotianae
P. nicotianae adalah jamur dengan
ciri khas memiliki zoospore berflagel dua. Jamur ini dapat tumbuh secara
vegetatif pada kisaran suhu antara 24°C-28°C, dengan suhu optimal antara
26°C-32°C. Pada suhu di atas 40°C, jamur ini akan mati. Kondisi tanah yang
jenuh air, akan mendorong sporangia untuk melepas spora kembara yang merupakan
propagul infektif primer. Produksi spora kembara ini secara efektif terjadi
pada kisaran suhu antara 20°C-30°C.
Jamur P. nicotianae bersifat patogen tular tanah dan menyebar melalui tanah dengan bantuan
air. Air hujan dan air pengairan membantu penyebaran patogen karena zoospora
dapat bergerak aktif dalam air. Percikan air hujan pada tanah yang terinfestasi
mengenai daun dapat menjadi penyebab terjadinya inokulasi pada daun. Selain itu
angin dapat menerbangkan spora jamur sehingga angin memegang peranan dalam
penularan penyakit. Inokulum yang
berasal dari daerah yang ditanami tembakau varietas tahan pada umumnya lebih
virulen dibandingkan dengan yang berasal dari daerah yang ditanami tembakau
varietas rentan. Jamur yang virulen memiliki kemampuan membentuk sporangium
dalam jumlah banyak. Tingkat virulensi tersebut dapat meningkat atau menurun
dipengaruhi oleh seberapa sering jamur tersebut menginfeksi inangnya.
Penyakit lanas menyerang tanaman tembakau mulai dari
pembibitan hingga tanaman dewasa terutama akar, batang dan daun. Gejala di pembibitan
(lanas bibit) adalah bibit daunnya “lodoh” atau “lonyot” seperti tersiram air
panas dan busuk mulai pangkal batang sampai ujung bibit dan penyebarannya agak
merata. Tanaman dewasa
yang terserang penyakit lanas biasanya layu secara serentak dalam satu
hamparan. Gejala serangan penyakit lanas ditunjukkan dengan pangkal batang yang
membusuk berwarna hitam serta bagian empulur bersekat-sekat. Kerugian yang
disebabkan oleh penyakit lanas bukan hanya menyebabkan berkurangnya produksi,
namun dapat menurunkan kualitas hasil. Tembakau yang terserang hebat akan layu
dalam waktu singkat, menampakkan gejala seperti disiram air panas.
Gejala serangan pada tanaman tembakau dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu :
a.
tipe 1, daun tanaman yang masih berwarna hijau
mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang yang berada dekat
permukaan tanah membusuk dan berwarna cokelat yang apabila dibelah akan tampak
bagian empulur tanaman ‘mengamar’;
b.
tipe 2, daun tanaman terkulai kemudian
menguning, tanaman menjadi layu dan mati;
c.
tipe 3, muncul gejala nekrosis berwarna gelap
terang dan apabila daun yang telah dipanen diprosesing maka warnanya akan
menjadi lebih cokelat dibandingkan daun yang normal.
Penyakit lanas yang disebabkan oleh P. nicotianae
biasanya banyak ditemukan pada pertanaman tembakau di daerah sawah. Penyakit
lanas banyak ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki drainase jelek dan pada
tahun sebelumnya ditanami tembakau. Penyakit lanas terutama banyak ditemukan
dan menimbulkan kematian cukup parah di lahan sawah maupun lahan tegal pada
ketinggian lebih dari 1200 mdpl. Sekali lahan terinfestasi P. nicotianae
akan sulit dimusnahkan sehingga pengendalian penyakit lanas harus dilakukan
terus menerus dan terintegrasi antara beberapa komponen pengendalian. Penanaman
varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang paling
efektif dan aman karena patogen tidak akan mampu tumbuh dan berkembang pada
tanaman yang memiliki ketahanan vertikal sehingga epidemi penyakit tidak terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian Johson et al., 2008 bahwa penggunaan
varietas tahan terhadap P. nicotianae menurunkan penggunaan fungisida
sampai 74%.
Sumber:
Budiman, H. 2013. Budidaya Tanaman Tembakau. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.
Johnson, C. S., J. A.
Pattison, E. M. Clevinger, T. A. Melton, B. A. Fortnum, and Mila,
2008. Clarifying the Source of Black Shank Resistance in Flue-Cured Tobacco.
On line. Plant Health Progress. doi: 10.1094/PHP-2008-0618-02-RS.
http://www.plantmanagementnetwork. org/pub/php/research/2008/shank.
Semangun, H.
2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Yulianti, T., Nurul H. dan Sri Y. 2012. Ketahanan
Delapan Kultivar Tembakau Lokal Bondowoso terhadap Tiga Patogen Penting (Ralstonia
solanacearum, Pectobacterium carotovorum, dan Phytophthora nicotianae).
Jurnal Littri 18(3):89-94.Oleh : Rafika Ardiani POPT Kecamatan Gerokgak