(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

IDENTIFIKASI DINI PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG

Admin distan | 27 September 2024 | 621 kali

Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP./POPT Ahli Pertama


Tanaman tembakau merupakan komoditas tanaman perkebunan yang memiliki peranan penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia. Tinggi rendahnya angka produksi tanaman tembakau dapat dipengaruhi oleh serangan patogen yang dimana dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman tembakau tersebut. Salah satu patogen dari jenis jamur yang dapat menginfeksi tanaman tembakau yaitu Phytophthora nicotianae. Jamur P. nicotianae menyebabkan penyakit lanas.

Phytophthora berasal dari bahasa Yunani, phyto yang berarti tanaman dan phthora yang artinya merusak. Berdasarkan EPPO Global Database, klasifikasi dari P. nicotianae sebagai berikut.

Kingdom         : Fungi

Filum               : Oomycota

Kelas               : Oomycetes

Ordo                : Pythiales

Famili              : Pythiaceae

Genus              : Phytophthora

Spesies            : Phytophthora nicotianae

P. nicotianae adalah jamur dengan ciri khas memiliki zoospore berflagel dua. Jamur ini dapat tumbuh secara vegetatif pada kisaran suhu antara 24°C-28°C, dengan suhu optimal antara 26°C-32°C. Pada suhu di atas 40°C, jamur ini akan mati. Kondisi tanah yang jenuh air, akan mendorong sporangia untuk melepas spora kembara yang merupakan propagul infektif primer. Produksi spora kembara ini secara efektif terjadi pada kisaran suhu antara 20°C-30°C.

Jamur P. nicotianae bersifat patogen tular tanah dan menyebar melalui tanah dengan bantuan air. Air hujan dan air pengairan membantu penyebaran patogen karena zoospora dapat bergerak aktif dalam air. Percikan air hujan pada tanah yang terinfestasi mengenai daun dapat menjadi penyebab terjadinya inokulasi pada daun. Selain itu angin dapat menerbangkan spora jamur sehingga angin memegang peranan dalam penularan penyakit. Inokulum yang berasal dari daerah yang ditanami tembakau varietas tahan pada umumnya lebih virulen dibandingkan dengan yang berasal dari daerah yang ditanami tembakau varietas rentan. Jamur yang virulen memiliki kemampuan membentuk sporangium dalam jumlah banyak. Tingkat virulensi tersebut dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh seberapa sering jamur tersebut menginfeksi inangnya.

Penyakit lanas menyerang tanaman tembakau mulai dari pembibitan hingga tanaman dewasa terutama akar, batang dan daun. Gejala di pembibitan (lanas bibit) adalah bibit daunnya “lodoh” atau “lonyot” seperti tersiram air panas dan busuk mulai pangkal batang sampai ujung bibit dan penyebarannya agak merata. Tanaman dewasa yang terserang penyakit lanas biasanya layu secara serentak dalam satu hamparan. Gejala serangan penyakit lanas ditunjukkan dengan pangkal batang yang membusuk berwarna hitam serta bagian empulur bersekat-sekat. Kerugian yang disebabkan oleh penyakit lanas bukan hanya menyebabkan berkurangnya produksi, namun dapat menurunkan kualitas hasil. Tembakau yang terserang hebat akan layu dalam waktu singkat, menampakkan gejala seperti disiram air panas.  

Gejala serangan pada tanaman tembakau dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu :

a.    tipe 1, daun tanaman yang masih berwarna hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang yang berada dekat permukaan tanah membusuk dan berwarna cokelat yang apabila dibelah akan tampak bagian empulur tanaman ‘mengamar’;

b.    tipe 2, daun tanaman terkulai kemudian menguning, tanaman menjadi layu dan mati;

c.    tipe 3, muncul gejala nekrosis berwarna gelap terang dan apabila daun yang telah dipanen diprosesing maka warnanya akan menjadi lebih cokelat dibandingkan daun yang normal.

Penyakit lanas yang disebabkan oleh P. nicotianae biasanya banyak ditemukan pada pertanaman tembakau di daerah sawah. Penyakit lanas banyak ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki drainase jelek dan pada tahun sebelumnya ditanami tembakau. Penyakit lanas terutama banyak ditemukan dan menimbulkan kematian cukup parah di lahan sawah maupun lahan tegal pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl. Sekali lahan terinfestasi P. nicotianae akan sulit dimusnahkan sehingga pengendalian penyakit lanas harus dilakukan terus menerus dan terintegrasi antara beberapa komponen pengendalian. Penanaman varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang paling efektif dan aman karena patogen tidak akan mampu tumbuh dan berkembang pada tanaman yang memiliki ketahanan vertikal sehingga epidemi penyakit tidak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian Johson et al., 2008 bahwa penggunaan varietas tahan terhadap P. nicotianae menurunkan penggunaan fungisida sampai 74%.

 

 

Sumber:

Budiman, H. 2013. Budidaya Tanaman Tembakau. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Johnson, C. S., J. A. Pattison, E. M. Clevinger, T. A. Melton, B. A. Fortnum, and Mila,
2008. Clarifying the Source of Black Shank Resistance in Flue-Cured Tobacco.
On line. Plant Health Progress. doi: 10.1094/PHP-2008-0618-02-RS. http://www.plantmanagementnetwork. org/pub/php/research/2008/shank.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yulianti, T., Nurul H. dan Sri Y. 2012. Ketahanan Delapan Kultivar Tembakau Lokal Bondowoso terhadap Tiga Patogen Penting (Ralstonia solanacearum, Pectobacterium carotovorum, dan Phytophthora nicotianae). Jurnal Littri 18(3):89-94.Oleh : Rafika Ardiani POPT Kecamatan Gerokgak