(Oleh : I Made Carma)
Gadung merupakan tanaman semak
yang belum lumrah dibudidayakan, dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Tanaman dengan bahasa latin Dioscorea
hispida Dennsteds memiliki banyak nama
sesuai daerah masing masing yaitu : di Bali Uwi gadung, iwi (Sumbawa); ghadhung
(Madura); gadung, sikapa, skapa (Belitung), bunga meraya (Manado); gadung ribo
(Sumatera Barat); pitur (Minahasa); siapa (Bugis); hayuru (Ambon) dan gadung
(Jawa). Tanaman ini tumbuhnya merambat untuk itu perlu tanaman lain untuk
lanjaran, Arah rambatannya selalu berputar ke kiri melawan arah jarum jam . Sedangka
ubi aung Dioscorea esculenta yang memiliki penampilan mirip namun batangnya merambat
berputar ke kanan. Gadung permukaan batangnya halus, berduri, warna
hijau keputihan. Umbi bulat dengan kulit berbulu berbentuk ginjal,
daging umbi berwarna putih dan ada juga yang kuning. Umur tanaman menahun (perenial), panjang
batang± 10 m, Akar serabut,Batang berkayu, silindris, membelit, warna hijau,
bagian dalam solid, permukaan halus, berduri. Daun majemuk, bertangkai, beranak
daun tiga (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20 - 25 cm, lebar 1 - 12 cm,
helaian daun tipis lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal
tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan melengkung (dichotomous), permukaan
kasap (scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), muncul dari ketiak daun
(axillaris) baunya sangat harum terutama pada sore hari. Umbi terbentuk dalam tanah, berjumlah banyak
dan dengan bentuk tidak beraturan, menggerombol dalam kumpulan hingga selebar
25 cm. Terdapat beberapa varietas, di antaranya yang berumbi putih (yang besar
dikenal, dalam bahasa Jawa, sebagai gadung punel atau gadung
ketan, sementara yang kecil berlekuk-lekuk disebut gadung suntil)
dan yang berumbi kuning yang dikenal, dalam bahasa Melayu, sebagai gadung
kuning, gadung kunyit atau gadung padi). Gadung merupakan umbi yang
beracun, dan air umbi nya dapat membikin tubuh gatal-gatal, terutama bagi yang sensitip.
Namun berbeda dengan di KWT Kenanga
Jaya yang beralamat di Banjar Dinas Kawanan Ds Bila Kec.Kubutambahan
Kab.Buleleng. Tanaman Gadung sejak Th 2008 sudah mulai dibudidayakan, dengan
diawali pemberian bantuan bibit gadung sebanyak 2500 batang. Sekarang ini Budi daya Gadung sudah menjadi
bahan pangan komersial yang memiliki ekonomi cukup menjanjikan. Selain mudah
dibudidayakan, tidak memerlukan penanganan budidaya husus, bisa berproduksi
baik pada lahan marginal dan tidak/belum ada ditemukan Organisme Pengganggu
pada Gadung.Sekarang gadung bukan lagi ditakuti untuk dikonsumsi karena
racunnya, karena masyarakat di daerah ini sudah trampil mengolah umbi gadung
agar aman dikonsumsi. Berikut cara mengolah umbi gadung di Banjar Dinas Kawanan
Ds Bila Kec.Kubutambahan Kab.Buleleng :
Umbi gadung sebaiknya di panen pada musim kemarau yaitu
antara bulan Juni s/d September, Karena jika dipanen terlalu awal atau sudah
lewat bulan September (sasih kapat) umbi gadung kualitasnya kurang bagus yang
mana zat pati yang terkandung pada umbi gadung sudah berkurang. Disamping itu air
umbi gadung akan membuat gatal-gatal. Salah satu ciri dari gadung sudah siap di
panen jika batangnya sudah mulai mengering. Umbi gadung dikupas terus
diiris-iris bentuknya sesuai keperluan (apa untk tepung,kripik, atau olahan
lainnya). Kemudian ditaburi abu dapur dan diaduk merata, terus dipermentasi
dalam karung selama ± 4 hari untuk mengelurakan airnya usahakan pada tempat
yang agak miring agar airnya tiris, setelah 3 hari dijemur sampai agak kering
(potongan belum bisa dipatahkan dengan jari), kemudian direndam/dicuci dalam
air yang mengalir sampai benar-benar bersih, selanjutnya di jemur/dikeringkan
sampai potongan bisa dipatahkan dengan jari. Nah setelah kering gadung siap
diolah ; bisa dibuat untuk tepung, bisa untuk kripik, atau bisa langsung
dimasak/dikukus dihidangkan dengan parutan kelapa dan gula merah. Gadung kering
dalam bentuk chips yang paling banyak dipasarkan di daerah ini, tepung gadung
bisa mencapai harga Rp.25.000/kg. Gadung banyak mengandung zat pati dan tannin,
jika memakan gadung yang dikukus akan memberikan rasa kenyang yang cukup lama
dibanding dengan makan nasi. Dengan mengkonsumsi gadung juga akan memperoleh
tenaga yang lebih. Nah mari kita memakan gadung dua kali saja dalam sebulan
untuk mengurangi konsumsi beras, maka anda termasuk membantu Pemerintah dan Negara
dalam upaya Penganekaragaman Konsumsi Pangan.