(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

GADUNG PANGAN LOKAL HARAPAN MASA DEPAN

Admin distan | 11 April 2022 | 7052 kali

GADUNG PANGAN LOKAL HARAPAN MASA DEPAN

(Oleh : I Made Carma)

Gadung merupakan tanaman semak yang belum lumrah dibudidayakan, dan dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman dengan bahasa latin Dioscorea hispida Dennsteds memiliki banyak nama sesuai daerah masing masing yaitu : di Bali Uwi gadung, iwi (Sumbawa); ghadhung (Madura); gadung, sikapa, skapa (Belitung), bunga meraya (Manado); gadung ribo (Sumatera Barat); pitur (Minahasa); siapa (Bugis); hayuru (Ambon) dan gadung (Jawa). Tanaman ini tumbuhnya merambat untuk itu perlu tanaman lain untuk lanjaran, Arah rambatannya selalu berputar ke kiri melawan arah jarum jam . Sedangka ubi aung Dioscorea esculenta yang memiliki penampilan mirip namun batangnya merambat berputar ke kanan. Gadung permukaan batangnya halus, berduri, warna hijau keputihan. Umbi bulat dengan kulit berbulu berbentuk ginjal, daging umbi berwarna putih dan ada juga yang kuning.  Umur tanaman menahun (perenial), panjang batang± 10 m, Akar serabut,Batang berkayu, silindris, membelit, warna hijau, bagian dalam solid, permukaan halus, berduri. Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20 - 25 cm, lebar 1 - 12 cm, helaian daun tipis lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan melengkung (dichotomous), permukaan kasap (scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), muncul dari ketiak daun (axillaris) baunya sangat harum terutama pada sore hari.  Umbi terbentuk dalam tanah, berjumlah banyak dan dengan bentuk tidak beraturan, menggerombol dalam kumpulan hingga selebar 25 cm. Terdapat beberapa varietas, di antaranya yang berumbi putih (yang besar dikenal, dalam bahasa Jawa, sebagai  gadung punel atau gadung ketan, sementara yang kecil berlekuk-lekuk disebut gadung suntil) dan yang berumbi kuning yang dikenal, dalam bahasa Melayu, sebagai gadung kuning, gadung kunyit atau gadung padi). Gadung merupakan umbi yang beracun, dan air umbi nya dapat membikin tubuh gatal-gatal, terutama bagi yang sensitip.

Namun berbeda dengan di KWT Kenanga Jaya yang beralamat di Banjar Dinas Kawanan Ds Bila Kec.Kubutambahan Kab.Buleleng. Tanaman Gadung sejak Th 2008 sudah mulai dibudidayakan, dengan diawali pemberian bantuan bibit gadung sebanyak 2500 batang.  Sekarang ini Budi daya Gadung sudah menjadi bahan pangan komersial yang memiliki ekonomi cukup menjanjikan. Selain mudah dibudidayakan, tidak memerlukan penanganan budidaya husus, bisa berproduksi baik pada lahan marginal dan tidak/belum ada ditemukan Organisme Pengganggu pada Gadung.Sekarang gadung bukan lagi ditakuti untuk dikonsumsi karena racunnya, karena masyarakat di daerah ini sudah trampil mengolah umbi gadung agar aman dikonsumsi. Berikut cara mengolah umbi gadung di Banjar Dinas Kawanan Ds Bila Kec.Kubutambahan Kab.Buleleng :

Description: DSC01592.JPGDescription: DSC01567.JPGUmbi gadung sebaiknya di panen pada musim kemarau yaitu antara bulan Juni s/d September, Karena jika dipanen terlalu awal atau sudah lewat bulan September (sasih kapat) umbi gadung kualitasnya kurang bagus yang mana zat pati yang terkandung pada umbi gadung sudah berkurang. Disamping itu air umbi gadung akan membuat gatal-gatal. Salah satu ciri dari gadung sudah siap di panen jika batangnya sudah mulai mengering. Umbi gadung dikupas terus diiris-iris bentuknya sesuai keperluan (apa untk tepung,kripik, atau olahan lainnya). Kemudian ditaburi abu dapur dan diaduk merata, terus dipermentasi dalam karung selama ± 4 hari untuk mengelurakan airnya usahakan pada tempat yang agak miring agar airnya tiris, setelah 3 hari dijemur sampai agak kering (potongan belum bisa dipatahkan dengan jari), kemudian direndam/dicuci dalam air yang mengalir sampai benar-benar bersih, selanjutnya di jemur/dikeringkan sampai potongan bisa dipatahkan dengan jari. Nah setelah kering gadung siap diolah ; bisa dibuat untuk tepung, bisa untuk kripik, atau bisa langsung dimasak/dikukus dihidangkan dengan parutan kelapa dan gula merah. Gadung kering dalam bentuk chips yang paling banyak dipasarkan di daerah ini, tepung gadung bisa mencapai harga Rp.25.000/kg. Gadung banyak mengandung zat pati dan tannin, jika memakan gadung yang dikukus akan memberikan rasa kenyang yang cukup lama dibanding dengan makan nasi. Dengan mengkonsumsi gadung juga akan memperoleh tenaga yang lebih. Nah mari kita memakan gadung dua kali saja dalam sebulan untuk mengurangi konsumsi beras, maka anda termasuk membantu Pemerintah dan Negara dalam upaya Penganekaragaman Konsumsi Pangan.

 

 

 

 

 

 

Description: DSC01579.JPG