(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Potensi Metarhizium anisopliae sebagai Agens Pengendali Hayati

Admin distan | 05 Desember 2025 | 23 kali

 

Oleh: Pande Made Giopany, S.P.

(POPT – Ahli Pertama BPP Kecamatan Sukasada)

 

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan sebuah bangsa, karena memiliki peran dalam mendukung perekonomian nasional dan menjamin kelangsungan hidup masyarakat. Selain menyediakan kebutuhan pangan, sektor pertanian juga menjadi sumber bahan baku industri, komoditas ekspor, hingga menyediakan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Namun demikian, upaya untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, yaitu ketahanan pangan, masih menghadapi berbagai tantangan, seperti faktor lingkungan, perubahan iklim, gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan degradasi lahan.

Khususnya kendala gangguan OPT pada budidaya tanaman dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya sehingga menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hasil panen. Dalam menghadapi gangguan OPT tersebut, petani masih mengandalkan dan ketergantungan atas penggunaan pestisida kimia. Meskipun efektif dalam jangka pendek, penggunaan pestisida kimia secara terus menerus dan tidak secara bijaksana dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti resistensi hama, menurunnya populasi musuh alami serta gangguan kesehatan bagi manusia, hewan dan lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengendalian OPT secara hayati yang aman bagi lingkungan.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan pemanfaatan jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae yang mampu mengendalikan OPT, khususnya hama. Jamur M. anisopliae merupakan jamur entomopatogen yang menghasilkan endotoksin yang mematikan yaitu destruxins yang menyebabkan kelumpuhan dan kematian pada serangga. Penggunaan aplikasi jamur M. anisopliae mampu menyebabkan mortalitas pada berbagai hama, seperti walang sangit, kumbang kelapa, ulat grayak, kepik penghisap buah, kepinding tanah dan hama lainnya. M. anisopliae berpotensi sebagai pengendali biologis yang mampu menyerang hama pada semua fase pertumbuhan, termasuk telur, larva, pupa dan imago.

 

Morfologi Metrhizium anisopliae

Secara makroskopis, jamur M. anisopliae menunjukkan koloni berwarna hijau bentuk bulat menyebar diameter 9 cm pada hari ke-7. Warna isolat M. anisopliae pada awal pertumbuhan berwarna putih, kemudian berubah menjadi warna hijau gelap. Konidiofor muncul dari hifa isolat membentuk percabangan yan tidak teratur mempunyai 2 sampai 3 cabang tiap konidiofornya. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, karakteristik jamur M. anisopliae mempunyai miselium bersekat konidia bersel satu berwarna hialin dan berbentuk bulat, konidia panjang 4-7 mikrometer. konidiofor jamur tersusun tegak, berlapis dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia, sedangkan bentuk dari konidia jamur bersel satu berwarna hialin dan berbentuk bulat silinder.

 

Mekanisme Infeksi Metrhizium anisopliae

Jamur M. anisopliae akan menginfeksi setelah adanya sentuhan antara konidia yang bersifat virulen dengan bagian kutikula serangga yang peka. Larva yang moulting dan pupa yang masih muda cenderung lebih peka terhadap infeksi jamur daripada larva atau pupa dengan kutikula yang sudah mengeras. Ciri – ciri larva yang mati akibat infeksi dari jamur ini yaitu menurunnya aktivitas makan larva dan setelah mati akan berubah kaku dan mengeras diselimuti hifa berwarna putih pada hari ke-2 setelah infeksi, terutama pada bagian anterior dan posterior. Setelah jamur menginfeksi konidia akan berkembang dengan cepat, sehingga blatospora akan menutupi tubuh hama. Lebih banyak konidia yang berpenetrasi menyebabkan lebih banyak enzim dan racun yang dikeluarkan oleh jamur.

Pemanfaatan M. anisopliae sebagai agens hayati merupakan langkah penting dalam mendukung pengendalian hama yang efektif, aman dan ramah lingkungan. Karakteristik morfologi, mekanisme infeksi yang dimilikinya, serta kemampuannya menimbulkan mortalitas pada berbagai jenis hama menunjukkan bahwa jamur ini berpotensi besar menjadi alternatif dalam menekan ketergantungan atas pestisida kimia.

 

 

Sumber Pustaka

Indrayani, I. (2017). Potensi jamur Metarhizium anisopliae (METSCH.) Sorokin untuk pengendalian secara hayati hama uret tebu Lepidiota stigma (Coleoptera: Scarabaeidae). Perspektif, 16(1), 24–32

Nasution, L., Cemda, A. R., Isnaini, S., Afrillah, M., Filsa, P., Agroteknologi, D., & Pertanian, F. (2021). Dari Isolat Brontispa Longissima Mengendalikan Larva (Oryctes Rhinoceros) Secara Invitro.

Permadi, M.A., Mahmud, A., Mukhlis, M., Lubis, R.A., & Faisal, M.T. (2020). Studi karakterisasi fisiologi cendawan entomopatogen Metarhizium spp dari berbagai rizosfer tanaman hortikultura Kota Padangsidimpuan. Eksakta: Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA, 5(2), 166.

Suciatmih, S., Kartika, T., & Yusuf, S. (2015). Jamur entomopatogen dan aktivitas enzim ekstraselulernya. Berita Biologi, 14(2), 78-90.

Utami, A., Dadang, D., Nurmansyah, A., & Laba, I. W. (2017). Tingkat Resistensi Helopeltis antonii (Hemiptera: Miridae) pada Tanaman Kakao terhadap Tiga Golongan Insektisida Sintetis. Jurnal Tanaman Industri Dan Penyegar, 4(2), 89. https://doi.org/10.21082/jtidp.v4n2.2017.p89-98

Widariyanto, R., Pinem, M. I., & Zahara, F. (2017). Patogenitas Beberapa Cendawan Entomopatogen (Lecanicillium lecanii, Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana) terhadap Aphis glycines pada Tanaman Kedelai. Jurnal Online Agroekoteknologi, 5(1), 8

Widiarti, D.G. (2018). Uji Patogenisitas Jamur Metarhizium sp. Isolat Lampung Selatan dan Salatiga terhadap Larva Oryctes rhinoceros di Laboratorium. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

 

Sumber Gambar

Kobmoo, N., et al. 2024. Integrative taxonomy of Metarhizium anisopliae species complex, based on phylogenomics combined with morphometrics, metabolomics, and virulence data. IMA Fungus 15:30. https://doi.org/10.1186/s43008-024-00154-9