(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

MENGENAL HAMA PADA TANAMAN UBI JALAR

Admin distan | 17 Desember 2025 | 94 kali

 

Oleh :

Rafika Ardiani, S.P/POPT Ahli Pertama

Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Gerokgak

 

Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman pangan yang relatif mudah dibudidayakan, namun produktivitasnya sering terancam oleh serangan berbagai jenis hama. Hama utama pada tanaman ini dapat menyerang mulai dari fase vegetatif hingga pembentukan umbi, dengan tingkat kerusakan yang bervariasi. Serangan hama dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga lebih dari 50% jika tidak dikelola dengan baik, sehingga pemahaman mengenai identifikasi dan pengendalian hama menjadi kunci penting dalam budidaya ubi jalar yang berkelanjutan.

Di antara hama yang paling merusak adalah penggerek batang dan umbi ubi jalar. Hama ini dianggap sebagai ancaman nomor satu karena menyerang langsung bagian umbi. Larva kumbang ini menggerek umbi hingga menimbulkan lubang-lubang berwarna kehitaman, yang menyebabkan umbi menjadi tidak layak konsumsi dan mudah busuk. Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya menurunkan kualitas tetapi juga kuantitas hasil panen, sehingga pengendalian hama ini harus menjadi prioritas utama dalam budidaya ubi jalar.

Selain penggerek umbi, hama yang menyerang bagian daun juga perlu diwaspadai. Ulat jengkal merupakan salah satu hama daun yang paling umum ditemui, yang meninggalkan gejala khas berupa skeletonisasi atau daun yang tampak seperti jaring akibat jaringan lunak antara tulang daun habis dimakan. Serangan berat dapat menyebabkan defiliasi atau gugurnya daun secara masif, yang pada akhirnya mengganggu proses fotosintesis dan mengurangi aliran nutrisi ke umbi. Hama lain seperti kutu daun dan lalat putih juga turut berkontribusi dalam penurunan vigor tanaman serta berperan sebagai vektor penular penyakit virus.

Masalah lain yang sering dihadapi petani adalah serangan tungau merah, terutama pada musim kemarau. Tungau ini menghisap cairan sel daun sehingga menyebabkan daun menjadi berwarna kekuningan, kemudian coklat seperti terbakar, dan akhirnya gugur. Serangan tungau sering kali tidak disadari sejak dini karena ukurannya yang sangat kecil, sehingga pengamatan rutin bagian bawah daun diperlukan untuk deteksi dini. Populasi tungau dapat berkembang dengan cepat pada kondisi panas dan kering, sehingga pengendaliannya memerlukan pendekatan yang tepat waktu dan tepat sasaran.

Strategi pengendalian yang efektif terhadap berbagai hama tersebut adalah menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). pendekatan ini menggabungkan berbagai metode, seperti penggunaan varietas tahan, sanitasi lahan, rotasi tanaman, konservasi musuh alami, dan aplikasi pestisida selektif sebagai pilihan terakhir. Penggunaan agens hayati seperti cendawan Beauvaria bassiana untuk penggerek batang atau predator alami untuk hama daun telah terbukti dapat menekan populasi hama tanpa merusak keseimbangan ekosistem pertanian.

Dengan demikian, keberhasilan budidaya ubi jalar sangat bergantung pada kemampuan petani dalam mengidentifikasi hama utama secara dini dan menerapkan tindakan pengendalian yang sesuai. Pemahaman mengenai biologi dan ekologi hama, didukung oleh penerapan praktik budidaya yang baik, akan meminimalkan kerugian akibat serangan hama dan mendukung keberlanjutan produksi ubi jalar sebagai sumber pangan yang penting di Indonesia.

 

Sumber:

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2017. Hama dan Penyakit Tanaman Ubi-ubian Serta Teknik Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2021. Petunjuk Teknis Pengendalian hama Terpadu pada Tanaman Ubi Jalar. Direktorat jenderal Tanaman Pangan.

Nuryanti,S.,& Trisyono,Y.A. 2018. Serangan Hama Penggerek Batang Ubi Jalar dan Strategi Pengendaliannya. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.