Oleh :
Rafika Ardiani, S.P/POPT Ahli Pertama
Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Gerokgak
Ubi jalar (Ipomoea
batatas) merupakan salah satu tanaman pangan yang relatif mudah
dibudidayakan, namun produktivitasnya sering terancam oleh serangan berbagai
jenis hama. Hama utama pada tanaman ini dapat menyerang mulai dari fase
vegetatif hingga pembentukan umbi, dengan tingkat kerusakan yang bervariasi.
Serangan hama dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga lebih dari 50%
jika tidak dikelola dengan baik, sehingga pemahaman mengenai identifikasi dan
pengendalian hama menjadi kunci penting dalam budidaya ubi jalar yang berkelanjutan.
Di antara hama
yang paling merusak adalah penggerek batang dan umbi ubi jalar. Hama ini
dianggap sebagai ancaman nomor satu karena menyerang langsung bagian umbi.
Larva kumbang ini menggerek umbi hingga menimbulkan lubang-lubang berwarna
kehitaman, yang menyebabkan umbi menjadi tidak layak konsumsi dan mudah busuk.
Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya menurunkan kualitas tetapi juga
kuantitas hasil panen, sehingga pengendalian hama ini harus menjadi prioritas
utama dalam budidaya ubi jalar.
Selain penggerek
umbi, hama yang menyerang bagian daun juga perlu diwaspadai. Ulat jengkal
merupakan salah satu hama daun yang paling umum ditemui, yang meninggalkan
gejala khas berupa skeletonisasi atau daun yang tampak seperti jaring akibat
jaringan lunak antara tulang daun habis dimakan. Serangan berat dapat
menyebabkan defiliasi atau gugurnya daun secara masif, yang pada akhirnya
mengganggu proses fotosintesis dan mengurangi aliran nutrisi ke umbi. Hama lain
seperti kutu daun dan lalat putih juga turut berkontribusi dalam penurunan
vigor tanaman serta berperan sebagai vektor penular penyakit virus.
Masalah lain yang
sering dihadapi petani adalah serangan tungau merah, terutama pada musim
kemarau. Tungau ini menghisap cairan sel daun sehingga menyebabkan daun menjadi
berwarna kekuningan, kemudian coklat seperti terbakar, dan akhirnya gugur.
Serangan tungau sering kali tidak disadari sejak dini karena ukurannya yang
sangat kecil, sehingga pengamatan rutin bagian bawah daun diperlukan untuk
deteksi dini. Populasi tungau dapat berkembang dengan cepat pada kondisi panas
dan kering, sehingga pengendaliannya memerlukan pendekatan yang tepat waktu dan
tepat sasaran.
Strategi
pengendalian yang efektif terhadap berbagai hama tersebut adalah menerapkan
prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). pendekatan ini menggabungkan berbagai
metode, seperti penggunaan varietas tahan, sanitasi lahan, rotasi tanaman,
konservasi musuh alami, dan aplikasi pestisida selektif sebagai pilihan
terakhir. Penggunaan agens hayati seperti cendawan Beauvaria bassiana
untuk penggerek batang atau predator alami untuk hama daun telah terbukti dapat
menekan populasi hama tanpa merusak keseimbangan ekosistem pertanian.
Dengan demikian,
keberhasilan budidaya ubi jalar sangat bergantung pada kemampuan petani dalam
mengidentifikasi hama utama secara dini dan menerapkan tindakan pengendalian
yang sesuai. Pemahaman mengenai biologi dan ekologi hama, didukung oleh
penerapan praktik budidaya yang baik, akan meminimalkan kerugian akibat
serangan hama dan mendukung keberlanjutan produksi ubi jalar sebagai sumber
pangan yang penting di Indonesia.
Sumber:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2017. Hama dan Penyakit
Tanaman Ubi-ubian Serta Teknik Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2021. Petunjuk Teknis
Pengendalian hama Terpadu pada Tanaman Ubi Jalar. Direktorat jenderal
Tanaman Pangan.
Nuryanti,S.,& Trisyono,Y.A. 2018. Serangan Hama Penggerek Batang
Ubi Jalar dan Strategi Pengendaliannya. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia.