(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Penyakit Diplodia pada Tanaman Jeruk Di Kec. Tejakula

Admin distan | 13 Desember 2024 | 562 kali

Oleh: I Kade Purnawirawan Putra/POPT Pertama pada BPP Kecamatan Tejakula


Penyakit disebabkan adanya cendawan Botryodiplodia thebromae. Pada dasarnya serangan Botryopdiplodia theobromae mudah untuk diamati, penyakit oleh jamur Botryodiplodia theobromae ad dua macam yaitu, diplodia basah dan diplodia kering. Pada diplodia basah tanaman yang terserang akan mengeluarkan blendok berwarna kuning emas dari mulai batang atau cabang-cabang tanaman. Bagian kulit yang terserang blendok setelah beberapa lama akan mongering dan mengelupas. Blendok biasanya berkembang melingkari batang dan cabang yang dapat menyebabkan menyebabkan kematian.

 

Pada diplodia kering pada gejala awal sukar untuk diketahui. Pada bagian kulit batang dan cabang tanaman jeruk yang terserang akan mongering, lalu terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah tersebut akan terlihat adanya massa spora jamur berwarna putih hingga hitam. Pada diplodia kering perluasan kulit yang mongering sangat cepat, apabila hingga melingkar pada bagian cabang dan batang akan menyebabkan daun    menguning dan akhirnya tanaman akan menyebabkan kematian Ditlin. Horti. Kementan (2012).

Jamur Botryodiplodia theobromae termasuk pada kelas Ascomycetes. Menurut Dwiastuti (2016, hlm 105) menyatakan klasifikasi cendawan Botryodiplodia theobromae sebagai berikut :

Kingdom   : Fungi

Phylum  : Ascomycota

Kelas     : Ascoomycetes
Ordo      : Dothideales
Famili    : Botryosphaeraceae
Genus    : Botryodiplodia

Spesies   : Botryodiplodia theobromae

 

Cendawan ini dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup kemudian pecah dan berwarna hitam. Konidium berbentuk jorong dan mempunyai sekat berwarna gelap, penyebaran dilapangan terutama oleh air. Menurut Khairani et al (2017, hlm.20) “B.theobromae memiliki karakter koloni aerial, hifaa bersepta, berwarna putih hingga abu-abu kehitaman”.

Cendawan Botryodiplodia theobromae terdapat dua macam yaitu, Diplodia theobromae dan diplodia kering. Terdapat perbedaan bentuk morfologi antara dilodia basah dan diplodia kering. Menurut BPTP “Diplodia basah tanaman yang terserang akan mengeluarkan blendok yang berwarna kuning keemasan dari batang atau cabang.  Diplodia kering pada bagian celah-celah kecil kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam”.

Cendawan dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup, kemudan pecah, dan berwarna hitam. Konidium terutama disebarkan oleh air dan serangga. Konidium berbentuk jorong, bersel 1 dan kemudian pada saat dewasa konidium bersel 2, dan berwarna gelap. Pathogen dapat mempertahankan diri pada ranting-ranting, dan kulit cabang terinfeksi Ditlin.horti (2012, hlm. 1). Menurut Sinaga et al. “Botryodiplodia theobromae mudah menyebar melalui tanah, percikan air hujan, dan alat-alat pertanian.” Selain itu kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat dan perlukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk berkembang pathogen Ditlin.horti (2013, hlm. 3).

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura [Ditlinhorti]. 2012. Kepik. Jakarta (ID): Ditlinhorti. http://ditlin.hortikultura.pertanian.do.id Diunduh tanggal 12 Desember 2024.

 

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura [Ditlinhorti]. 2013. Kutu daun. Jakarta (ID): Ditlinhorti. http://ditlin.hortikultura.pertanian.do.id Diunduh tanggal 12 Desember 2024.

Dwiastuti, ME, Agustina, D & Triasih, U 2016, ‘Keanekaragaman hayati penyakit busuk batang jeruk (Botryodiplodia theobromae Pat.) Di Jawa Timur’, Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK), Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, pp. 94–109.

 

Khairani, H.S., Sinaga. M.S., dan Mutaqin, K.H. 2017. Mekanisme pengendalian penyakit busuk pangkal batang jeruk oleh khamir, kitosan, cendawan mikoriza arbuskular, dan bakteri simbionnnya. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 13(1): 17-25.

Berita Terpopuler
Tidak ada data