Oleh: I Kade Purnawirawan Putra/POPT Pertama pada BPP Kecamatan Tejakula
Penyakit disebabkan adanya cendawan Botryodiplodia
thebromae. Pada dasarnya serangan Botryopdiplodia
theobromae mudah untuk diamati, penyakit oleh jamur Botryodiplodia
theobromae ad dua macam yaitu, diplodia basah dan diplodia kering. Pada
diplodia basah tanaman yang terserang akan mengeluarkan blendok berwarna kuning
emas dari mulai batang atau cabang-cabang tanaman. Bagian kulit yang terserang
blendok setelah beberapa lama akan mongering dan mengelupas. Blendok biasanya
berkembang melingkari batang dan cabang yang dapat menyebabkan menyebabkan
kematian.
Pada
diplodia kering pada gejala awal sukar untuk diketahui. Pada bagian kulit batang
dan cabang tanaman jeruk yang terserang akan mongering, lalu terdapat
celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah tersebut akan
terlihat adanya massa spora jamur berwarna putih hingga hitam. Pada diplodia
kering perluasan kulit yang mongering sangat cepat, apabila hingga melingkar
pada bagian cabang dan batang akan menyebabkan daun menguning dan akhirnya tanaman akan
menyebabkan kematian Ditlin. Horti. Kementan (2012).
Jamur
Botryodiplodia theobromae termasuk
pada kelas Ascomycetes. Menurut Dwiastuti (2016, hlm 105) menyatakan
klasifikasi cendawan Botryodiplodia
theobromae sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Kelas : Ascoomycetes
Ordo : Dothideales
Famili : Botryosphaeraceae
Genus : Botryodiplodia
Spesies : Botryodiplodia theobromae
Cendawan
ini dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup kemudian pecah
dan berwarna hitam. Konidium berbentuk jorong dan mempunyai sekat berwarna
gelap, penyebaran dilapangan terutama oleh air. Menurut Khairani et al (2017,
hlm.20) “B.theobromae memiliki
karakter koloni aerial, hifaa bersepta, berwarna putih hingga abu-abu
kehitaman”.
Cendawan
Botryodiplodia theobromae terdapat
dua macam yaitu, Diplodia theobromae dan diplodia kering. Terdapat perbedaan
bentuk morfologi antara dilodia basah dan diplodia kering. Menurut BPTP
“Diplodia basah tanaman yang terserang akan mengeluarkan blendok yang berwarna
kuning keemasan dari batang atau cabang.
Diplodia kering pada bagian celah-celah kecil kulit terlihat adanya
massa spora cendawan berwarna putih atau hitam”.
Cendawan
dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup, kemudan pecah, dan
berwarna hitam. Konidium terutama disebarkan oleh air dan serangga. Konidium
berbentuk jorong, bersel 1 dan kemudian pada saat dewasa konidium bersel 2, dan
berwarna gelap. Pathogen dapat mempertahankan diri pada ranting-ranting, dan
kulit cabang terinfeksi Ditlin.horti (2012, hlm. 1). Menurut Sinaga et al. “Botryodiplodia theobromae mudah menyebar
melalui tanah, percikan air hujan, dan alat-alat pertanian.” Selain itu
kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat dan
perlukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk berkembang pathogen
Ditlin.horti (2013, hlm. 3).
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura [Ditlinhorti].
2012. Kepik. Jakarta (ID): Ditlinhorti.
http://ditlin.hortikultura.pertanian.do.id Diunduh tanggal 12 Desember 2024.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura [Ditlinhorti].
2013. Kutu daun. Jakarta (ID): Ditlinhorti. http://ditlin.hortikultura.pertanian.do.id
Diunduh tanggal 12 Desember 2024.
Dwiastuti, ME, Agustina, D & Triasih, U 2016,
‘Keanekaragaman hayati penyakit busuk batang jeruk (Botryodiplodia theobromae
Pat.) Di Jawa Timur’, Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi
Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK),
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, pp. 94–109.
Khairani, H.S.,
Sinaga. M.S., dan Mutaqin, K.H. 2017. Mekanisme pengendalian penyakit busuk
pangkal batang jeruk oleh khamir, kitosan, cendawan mikoriza arbuskular, dan
bakteri simbionnnya. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 13(1): 17-25.