Jumat 25 Oktober 2019 , kunjungan PPL Wilbin ke Subak Lebeha untuk meninjau komoditi pangan yaitu Talas . Talas umumnya dijumpai baik liar maupun ditanam hampir di seluruh kepulauan, tanaman ini pun tersebar di tepi pantai sampai pegunungan di atas 1.000m dpl. Talas memiliki berbagai nama unik di seluruh dunia seperti taro, old cocoyam, abalong, taioba, arvi, satoimo, tayoba dan yu-tao.
Tidak kalah seperti di luar, di Indonesia talas juga mempunyai penamaan yang berbeda di setiap daerah, seperti eumpeu (Aceh), talo (Nias), bete (Manado dan Ternete), kaladi (Ambon), talak (Tolitoli), paco (Makassar), komo (Tidore), Kladi (Bali ) masih banyak lagi. Oleh karena itu talas tidak hanya tanaman khas Bogor, namun tanaman ini memang tumbuh dan tersebar hampir di seluruh penjuru Nusantara.
Desa Bungkulan khususnya di Subak Lebeha sangat menyerap teknologi baru dari pemerintah dengan baik, di Subak lebeha disini terdapat tanaman talas yang merupakan bantuan pemerintah dinas pertanian. Tumpang sari antara talas dan bawang menjadi sistem yang dipakai di Subak ini, dengan umur tanaman yang lumayan lama yaitu hampir 6 bulan , petani Sudah bisa memanen bawangnya terlebih dahulu.
Tanaman talas (Colocasia esculentum (L) Schott) sangat mudah dibudidayakan di daerah tropik dan sub-tropik, termasuk Indonesia. Umbi talas kaya akan karbohidrat di mana kandungannya mencapai 13-29 persen. Sedangkan kandungan nutrisi lainnya seperti protein dan vitamin juga tidak kalah dibanding ubi dan singkong. Hal ini yang membuat talas dapat digunakan sebagai sumber energi yang potensial bagi manusia melalui berbagai proses modifikasi.
Melihat dari manfaat dan tingginya kandungan gizi yang terkandung dalam talas, maka tanaman talas perlu dikembangkan menjadi pangan alternatif nasional selain beras dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan nasional.
(BPP Sawan)