Masalah utama yang dihadapi pemerintah dalam produksi bahan pangan, terutama beras adalah semakin berkurangnya lahan sawah subur. Berkurangnya lahan ini antara lain dipergunakan untuk daerah pemukiman, jalan, kawasan industri, dan lain-lain. Disamping itu masalah lainnya adalah kejadian alam seperti pengaruh iklim, banjir dan kekeringan serta adanya serangan hama dan penyakit menyebabkan berkurangnya produktivitas lahan dan tanaman. Selain ketersediaan lahan, upaya peningkatan produksi padi nasional tidak dapat dipisahkan dari inovasi teknologi.
Untuk itu, pemerintah berupaya menghasilkan berbagai terobosan teknologi untuk peningkatan produksi padi, terutama varietas unggul berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit, yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas padi nasional.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) punya kontribusi penting di bidang penelitian pangan. Melalui implementasi teknik nuklir, lembaga ini berupaya ikut menjawab tantangan masalah krisis pangan yang dihadapi bangsa saat ini. Salah satunya adalah beras. Teknik nuklir memang dapat digunakan untuk rekayasa genetika tanaman dan menghasilkan varietas baru bersifat unggul. Misalnya produksi tinggi, adaptif pada kondisi iklim Indonesia, umur genjah, kualitas beras bagus dengan rasa nasi pulen dan enak. Teknologi tersebut berlaku juga untuk padi varietas lokal.
Padi lokal hampir tersedia di seluruh daerah di Indonesia dan sangat digemari oleh masyarakat setempat karena daya adaptasi dan rasa nasi yang nikmat. Namun, padi lokal memliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu mudah rebah dan umur relatif panjang. Kelemahan tersebut dapat diperbaiki melalui pemuliaan mutasi tanpa merubah sifat lain yang sudah disukai sekaligus melestarikan plasmanutfah padi lokal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas varietas lokal Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng melakukan uji pemuliaan mutasi radiasi pada varietas padi lokal Buleleng, yaitu varietas Padi Merah Munduk dengan tujuan mendapatkan varietas keturunan padi lokal Buleleng umur genjah, tahan rebah dan rasa nasi seperti aslinya.
Kegiatan pemuliaan ini dilakukan menggunakan 3 perlakuan yaitu Petak I (kontrol), Petak II (radiasi sinar gamma dosis 200 Gy) dan Petak III (radiasi sinar gamma dosis 300 Gy). Benih M1 sebelumnya disemai tanggal 19 Maret 2019 kemudian ditanam di Balai Benih Utama Tangguwisia pada tanggal 4 April 2019 dan dipanen tanggal 30 Agustus 2019.
Panen dilakukan oleh Dinas Pertanian melalui Bidang Tanaman Pangan bersama anggota Tim Perbaikan Genetik Padi Varietas Lokal (Plasma Nutfah) Kabupaten Buleleng. Pada panen M1 diperoleh rata-rata jumlah anakan per rumpun pada tiap perlakuan secara berturut-turut yaitu 13; 14 dan 14. Panen dilakukan dengan cara memilih 3 malai terbaik per rumpun. Malai yang sudah dipanen dikeringkan dan sedapat mungkin selama prosesing benih tidak lepas dari malai (tidak rontok). Dari hasil tersebut nantinya akan diseleksi kembali untuk ditanam sebagai tanaman M2 kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya hingga memperoleh galur mutan harapan. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan akan mampu melestarikan plasma nutfah padi lokal.
Inovasi teknologi mutlak diperlukan dalam mendukung peningkatan produksi beras, sehingga bisa dihasilkan benih-benih yang unggul dan bermutu. Komitmen Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pertanian ini patut mendapat dukungan maksimal dari semua pihak agar semua kegiatan ini dapat memberikan hasil yang maksimal pula. (Indra _BidangTP)