Salah satu varietas jeruk yang ternama di Bali adalah varietas jeruk Keprok Tejakula yang berasal dari Kec. Tejakula. Akan tetapi, setelah wabah penyakit CVPD pada tahun 1980an. Keberadaan jeruk keprok Tejakula ini sudah berkurang, sehingga Pemerintah Kabupaten Buleleng dibawah Dinas Pertanian Kab. Buleleng giat melaksanakan sosialisasi maupun kegiatan pengembangan kembali Jeruk Keprok Tejakula yang sempat "booming" pada masanya. Namun setelah beberapa kunjungan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian di Wilayah Kec. Tejakula, ada beberapa "sisa" tanaman jeruk keprok Tejakula yang masih berproduksi, salah satunya jeruk milik Pak Nyoman Artama di Desa Sembiran Kec. Tejakula. Tanaman jeruk yang dimilikinya sudah berumur 14 tahun dan sudah beberapa kali berbuah.
Pada dasarnya hambatan yang membuat petani takut mengembangkan tanaman jeruk adalah terserangnya hama dan penyakit. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh POPT/Pengamat hama dan penyakit wil. Kec. Tejakula dan sekaligus bersama pihak UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali yang dilakukan pada hari Selasa, 30 Juli 2019 di lahan milik pak Nyoman di Desa Sembiran, ditemukan bahwa kualitas pertanaman jeruk baik lingkungan pertanaman dan keadaan pohon jeruk kurang terawat, namun belum ditemukan berbagai gejala penyakit yang ada. Setelah melakukan "sharing" kepada pemilik, petani mengatakan hambatan yang menyebabkan hal tersebut adalah musim kemarau yang tinggi dan ketersediaan air yang kurang untuk memenuhi pasokan tanaman jeruk.
Hal inilah yang menjadi perhatian Pemerintah sehingga melakukan kunjungan pada hari ini. Pihak Pemerintah yang diwakili oleh Instansi Dinas Pertanian memberikan peluang untuk pengembangan jeruk dengan perlakuan yang khusus baik dalam hal penyediaan air dan penanggulangan hama penyakit. Berbagai solusi diantaranya, pemberian obat utk hama jika dibutuhkan, sehingga hal ini dapat menjadi stimulan atau pembangkit gairah petani untuk mengembangkan jeruk keprok Tejakula. (Purnawirawan_BPP TEJAKULA)