Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kopi organik itu tidak terlepas dari sarana prasarana. Pendukung utama dalam proses pengolahan kopi arabica organik, yaitu adanya alat-alat pengolahan ya tentunya yang canggih.
Alat-alat itu harus dalam kondisi baik dan mampu mengolah kopi organik dalam quota tertentu. Bisa dibayangkan bagaimana jika alat pengolahan itu rusak alias tidak bisa dipakai..? Ya sudah tentu kopi organik akan mengalami cita rasa yg beda dengan cita rasa kopi yg segera diolah jika sudah dipetik merah.
Pulper (mesin pengupas) berfungsi untuk mengupas kulit buah kopi ,yang diawali buah kopi arabica direndam dulu.Tujuan perendaman untuk mengtahui kopi yang mengambang dan kopi yg tenggelam.Kopi yg mengambang itu adalah kopi yg sudah hampa,yg sudah tidak layak diolah.
Kemudian alat selanjutnya yang di monev yaitu whaser, yaitu alat pengolah yang berfungsi untuk menghilangkan lendir yang masih menempaell di kulit tanduk.
Alat pengolah kopi arabica organik itulah yg di evaluasi oleh tim pertanian kabupaten. Hasil evaluasi diperoleh bahwa mesin-mesin tersbut seperti Pulper dan Whaser, para-para, bak fermentasi, masih berfungsi dengan baik.
Sedangkan pengolahan limbah padat dan limbah cair dari pengolahan kopi arabica organik, sedang dikerjakan oleh kelompok. Pemanfaatannya untuk pohon kopi itu yang sebagai pupuk organik akan di gunakan menjelang turun hujan.
Kelompok tani yang dimonitoring dan evaluasi yaitu kelompok tani Beji,Desa Gesing dan kelompok tani Giri tani Desa Wanagiri. Palaksanaannya kemarin dan hari ini, tgl.18-19 September 2019.
Yang terlibat langsung dalam evaluasi Bp.Gede.Kardika ,Ketut Sumantia dan Ibu Dayu Dwiwati, serta pengurus, juga anggota kelompok tani.... (Setiawan_Bid.Perkebunan)