Untuk mengetahui suatu penyakit di dalam tubuh seekor hewan, yang perlu dilakukan bukan saja pemeriksaan fisik tapi juga pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah, urine dan feses untuk mempertegas diagnosa.Pengambilan darah (venesectio) merupakan salah satu hal yang terpenting dari kegiatan peternakan. Tujuan pengambilan darah ternak yaitu untuk mengetahui tingkat kadar suatu zat yang terkandung dalam darah ternak tersebut. Posisi ternak yang akan diambil sampel darahnya harus dalam posisi yang nyaman dan kondisi ternak tenang. Selain akan mempermudah dalam pengambilan sampel darah, juga akan lebih meminimalisir rasa sakit pada ternak dan hal tersebut merupakan salah satu kaidah “animal welfare” atau yang biasa di sebut kesejahteraan hewan.
Senin (13/7/2020), telah dilaksanakan kegiatan pengambilan sampel darah pada ternak babi di desa Galungan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Dokeswan Kecamatan Sawan, Tim Balai Besar Veteriner (BBVet) Densapar, dan PPL Wilbin Galungan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan ternak babi terhadap penyakit Hog Cholera dan Japanese Encephalitis (JE). Sebanyak 50 sampel darah yang diambil nantinya akan diuji lab terlebih dahulu guna mendapatkan hasil data yang akurat.Seperti yang diketahui, Hog cholera atau umum pula dikenal sebagai Classical Swine Fever (CSF) merupakan penyakit menular pada babi. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi. Penularan umumnya terjadi melalui air liur, cairan sekresi dari hidung, urine, dan feses. Populasi babi hutan juga disebut-sebut berperan dalam menyebarkan penyakit. Penyakit ini juga bisa diturunkan secara genetik. Induk babi yang terinfeksi sangat mungkin menularkan virus pada bayi babi di dalam rahim.Penyakit ini dapat terjadi secara akut, sub-akut dan kronis disertai angka morbiditas dan mortalitas tinggi.
Bentuk akut ditandai oleh demam tinggi, depresi berat, perdarahan dalam dan sebatas permukaan mukosa. Bentuk kronis ditandai oleh depresi, anoreksia dan demam ringan. Virus Hog Cholera ini masuk famili flaviviridae dan genus pestvirus. Pada bentuk akut perubahan patologi anatomi yang ditemukan seperti perdarahan sampai sianotik pada permukaan kulit, perdarahan pada limph node dan ginjal, infark pada limpa dan perdarahan mulai dari usus halus sampai usus besar. Hal yang paling mendukung untuk terjadinya penyakit ini adalah kandang yang kotor, udara sekitar kandang lembab dan manajemen pemeliharaan yang tidak hieginis.Sedangkan penyakit Japanese Encephalitis (JE) merupakan penyakit infeksi akut pada Susunan Saraf Pusat (SSP) yang ditularkan melalui nyamuk yang terinfeksi virus JE. Virus tersebut disebarkan oleh nyamuk culicine : nyamuk yang paling sering ditemukan sebagai vektor ialah Culex tritaeniorhynchus yang dapat menularkan virus JE baik ke manusia maupun ke hewan/ternak. Pada hewan/ternak, penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya abortus, meninggal, atau bahkan tanpa gejala. Hewan yang dapat terinfeksi penyakit ini ialah ternak lembu, sapi, ayam, bebek dan kambing, dan vertebrata lainnya, termasuk ular, kodok, tikus, dan kelelawar. Burung merupakan hewan yang penting dalam penyebaran penyakit ini.
Virus dapat bereplikasi di dalam darah hewan tanpa menimbulkan penyakit serius, yang memungkinkan siklus penularan.Untuk dapat mencegah kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut dapat dilakukan dengan mengimplementasikan manajemen beternak babi secara benar. Adapun hal yang harus diperhatikan meliputi : kandang harus dalam keadaan bersih, pemilihan bibit harus benar, komposisi pakan harus sesuai dengan berat badan dan program vaksinasi disesuaikan dengan petunjuk. Wabah penyakit yang bersifat sporadis dapat ditangani dengan pemberian vitamin dan menangkal keterlibatan mikroorganisma sekunder dengan pemberian antibiotika.Selain itu, komunikasi yang baik antara peternak dan pemerintah, sistem pelaporan penyakit, serta langkah-langkah lain yang dapat melindungi babi menjadi beberapa langkah paling efektif untuk mencegah penyebaran virus.
#BPP Sawan