Penyakit CVPD merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok "menakutkan" petani jeruk di seluruh Bali pada umumnya dan di Wilayah Desa Tejakula pada khususnya. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan Penyakit CVPD merupakan salah satu penyakit endemis yang terdapat di Tejakula sejak tahun 2000an.
Penyakit CVPD merupakan penyakit yang menyerang tanaman Jeruk yang disebarkan oleh vektor yaitu Diaphorina citri. Namun sebenarnya penyakit CVPD ini disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum.
Proses penyebaran dari penyakit ini yaitu, serangga vektor pertama tama mencucukkan mulutnya pada tanaman yang terserang cvpd kemudian menghisan bakteri dan membawanya pada tanaman yang sehat. Hal inilah yang menyebabkan penyebaran penyakit cvpd dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat. Selain penyebaran lewat vektor, penyakit cvpd dapat disebarkan lewat bibit sakit.
Walaupun daerah Tejakula merupakan daerah endemis penyakit CVPD, namun berdasarkan salah satu kunjungan PPL Kec. Tejakula menemukan masih ada penjual bibit Jeruk yang didatangkan dari Kecamatan lain, namun masih belum pasti untuk kesehatan bibit tersebut apakah sudah terinfeksi atau belum, hal ini dikarenakan bibit muda belum memunculkan gejala yang pasti.
Beberapa sistem pengendalian sudah dilakukan oleh petani setempat untuk mengendalikan ataupun meminimalisir keberadaan dan serangan penyakit ini.
Berdasarkan kunjungan POPT Kec. Tejakula, kegiatan sanitasi lingkungan, eradikasi pada tanaman sakit merupakan langkah petani dalam mencegak penyebaran penyakit ini. Namun hal ini belum juga dapat menekan persebaran penyakit CVPD. Dari data hasil kunjungan POPT setiap bulannya pada petani jeruk, ditemukan setiap bulannya sekitat 50-80 pohon yang masih menunjukkan gejala penyakit ini yaitu pucuk daun terlihat klorosis yang merupakan gejala khas penyakit cvpd.
Edukasi mengenai penyakit ini sudah selalu dilakukan oleh petugas pertanian, baik mulai dari sistem budidaya yang benar dan sistem pengendalian dengan sistem pht, namun memang merupakan daerah endemis maka dari itu berkitar 5-10 tahun kemungkinan baru akan terbebas dari penyakit ini.
Diharapkan dengan pembelajaran atau edukasi dari petugas, petani mampu menerapkannya. sehingga mampu menekan pertumbuhan penyakit ini.
Red. I Kade Purnawirawan Putra/ Bpp Tejakula