Diseminasi Hasil Penelitian FP Unud dengan tema “Pengembangan Pertanian
Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya dan Kearifan Lokal untuk Kemandirian Pangan”
yang dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2022 merupakan kerja sama Dinas
Pertanian Kabupaten Buleleng dengan Fakultas Pertanian Unud. Hadir 3 narasumber
dari Fakultas Pertanian Unud yaitu: Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S., Putu Perdana
Kusuma Wiguna, S.Si., M.Sc., dan secara virtual hadir Dr. I Gde Setiawan Adi
Putra, S.P., M.Si.. Dari Dinas Pertanian hadir seluruh Penyuluh Pertanian,
Kepala Bidang, JF Substansi, Sekretaris Dinas dan Kepala Dinas Pertanian Kab.
Buleleng Ir. I Made Sumiarta yang bertindak sebagai pembuka acara sekaligus sebagai moderator.
3 narasumber secara bergantian menyampaikan hasil penelitiaannya dalam bidang pertanian. Sesi pertama disampaikan penelitian dari Putu Perdana Kusuma Wiguna, S.Si., M.Sc, Dosen Fakultas Pertanian Unud yang mengangkat tema pemetaan sawah di Kab. Tabanan dalam bentuk peta digital, sebagai bentuk tantangan perkembangan jaman, dimana semua data harus disimpan dalam bentuk digital sebagai bentuk efisiensi dan efektifitas kerja. Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan penyampaian hasil penelitian dari Dr. I Gde Setiawan Adi Putra, S.P., M.Si. secara virtual yang mengangkat tema indigenous knowledge dalam system pertanian berkelanjutan. Sebagai daerah yang masyarakatnya dulu dominan sebagai petani, leluhur masyarakat Bali telah banyak mewariskan banyak kearifan lokal dalam system pertanian. Salah satu yang dapat kita jumpai sampai saat ini adalah adanya lelakut dan pindekan di sawah-sawah di Bali. Berdasarkan penelitian Setiawan, Lelakut atau orang-orangan sawah tidak hanya dibuat tanpa perhitungan. Setiawan mengungkapkan jika lelakut yang paling baik sebagai penghalau serangga adalah lelakut dengan pakaian warna cerah dan menggunakan baju bekas petani. Karena baju bekas petani, memiliki aroma bekas keringat manusia, dimana serangga mampu mencium bau keringat manusia hingga jarak 2 km. Dengan bau tersebut, serangga enggan mendekat ke arah sumber bau tersebut. Tidak hanya itu, pindekan atau baling-baling bambu yang ada di sawah juga memilki fungsi yang sangat penting. Suara pindekan ini dapat mengacaukan komunikasi dalam koloni serangga, sehingga koordinasi dalam koloni untuk mencari lahan sumber makanan menjadi terganggu.
Sementara dari Dr.
Ir. Ni Luh Kartini, M.S., dosen sekaligus PD I FP Unud menyajikan penelitian
yang berjudul Sumber Daya Lokal dan Kearifan Lokal Dalam Bertani Organik.
Kartini menekankan kita harus menjaga keseimbangan ekosistem, menjaga rantai
makanan di alam, dan yang terpenting adalah menjaga kesuburan tanah dengan
mengembalikan unsur-unsur hara yang ada di tanah. Karena tanpa kita sadari,
bertahun-tahun kita telah mengambil berton-ton hasil pertanian dari dalam
tanah. Namun petani kurang memperhatikan unsur-unsur hara yang ada di dalam
tanah. Salah satu cara yang sangat gampang dilakukan untuk mengembalikan unsur
hara dalam tanah adalah dengan beternak cacing tanah. “Jika lahan/tanah sudah ada cacingnya maka lahan itu subur.
Kalau sudah ada cacingnya, PH tanah pasti mendekati 7 karena cacing memiliki
kelenjar kapur yang bisa meningkatkan PH dan menormalkan PH tanah. Cacing hidup
karena bahan organisme yang ada pada tanah cukup. Jadi, cacing bisa menjadi
indikator kesuburan tanah,” jelasnya.
Para
penyuluh sangat antusias dalam mengikuti acara diseminasi ini, terbukti dari
acara yang dijadwalkan selesai pukul 13.00 Wita, molor hingga pukul 13.45 Wita
karena antusiasnya penyuluh dalam berdiskusi dengan narasumber.