Kakao (Theobroma cacao) merupakan
salah satu tanaman komoditas penting di dunia, dikenal karena bijinya yang
digunakan untuk membuat cokelat. Kabupaten Buleleng memiliki potensi besar
dalam produksi kakao berkat kondisi iklim tropis yang mendukung pertumbuhan
tanaman ini. Adanya gangguan dari organisme pengganggu tumbuhan menjadi salah
satu faktor pembatas dalam produksi kakao secara optimal. Dewasa ini petani kakao
mengalami kendala dalam budidaya kakao karena adanya penyakit busuk buah kakao
yang menyebabkan kerusakan buah hingga
50%.
Penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur Phytopthora
palmivora. Jamur ini menginfeksi buah kakao yang masih muda sampai yang sudah
tua. Selain itu, jamur ini juga dapat menginfeksi bantalan bunga, tunas
vegetatif muda, batang dan akar pohon kakao. Penyakit busuk buah terutama
terjadi selama musim hujan dan menyebar terutama melalui percikan air hujan.
Sumber dari jamur P. palmivora dapat berasal dari tanah, bagian tanaman
yang sakit maupun dari tanaman inang lainnya. Jamur P. palmivora yang
berada dalam tanah dapat menginfeksi melalui percikan air hujan ke buah – buah
yang dekat dengan tanah, kemudian menginfeksi buah kakao lainnya.
Berdasarkan sumber dari Buku Saku Hama dan
Penyakit Tanaman Kakao, adapun gejala penyakit busuk buah pada kakao ini
meliputi:
1.
Buah yang terinfeksi
menunjukkan gejala busuk basah berwarna cokelat kehitaman dengan batas yang
tegas. Infeksi dapat dimulai dari ujung, pangkal maupun bagian tengah buah.
2.
Perkembangan bercak cokelat
cukup cepat, sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi
busuk, basah dan berwarna cokelat kehitaman.
3.
Dalam kondisi lembab, pada
permukaan buah akan muncul serbuk berwarna putih (spora P. Palmivora) yang
seringkali bercampur dengan jamur sekunder (jamur lain).
Upaya Pengendalian
Untuk mengatasi infeksi
penyakit busuk buah kakao, beberapa upaya pengendalian yang efektif dapat
diterapkan:
1.
Sanitasi dengan memetik semua
buah busuk yang dilakukan bersamaan dengan pemangkasan ataupun saat panen, dan
mengambil yang jatuh dikumpulkan kemudian dikubur sedalam minimal 30 cm.
2.
Pemangkasan tanaman kakao dan
pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban kebun.
3.
Menyemprotkan MS Trichoderma
pada buah kakao sehat sebagai tindakan preventif dengan dosis 20ml/l dengan
volume semprot 500 l/ha.
4.
Menanam varietas atau klon
toleran seperti: DRC 16 atau yang berproduksi tinggi (ICCRI 03, ICCRI 04, BL 50
atau klon unggul lokal).