Sebagai komoditas strategis hortikultura,
prospek cabai rawit lokal pakisan sangat menggiurkan. Respon pasar terhadap
produksi cabai lokal pakisan juga relatif positif, dari segi fisik cabai rawit Pakisan berbeda dengan
cabai rawit dari daerah lain. Ketika cabai rawit lokal pakisan disandingkan
dengan jenis cabai rawit lainnya akan terlihat perbedaannya. Dari segi bentuk buah
cabai rawit pakisan relatif lebih panjang daripada cabai rawit lainnya,
ukurannya sekitar 10-12 sentimeter. Selain itu daging buahnya pun cenderung lebih
tebal, cabai yang siap panen akan memiliki warna cerah dan lebih mencolok dari
cabai rawit lain, tentunya rasa pedas yang dihasilkan dari buah cabai ini juga
tidak kalah. Hal-hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, terutama
Masyarakat Buleleng.
Sebagai salah satu upaya untuk
memperoleh informasi tentang produksi cabai rawit lokal pakisan, maka pada hari
Kamis 29 Agustus 2024 PPL Wilbin Pakisan bersama dengan petani melaksanakan
pengambilan ubinan yang berlokasi di lahan milik Made Restina, dengan luas
tanam 0,15 Ha. Pengambilan ubinan bertujuan untuk membandingkan hasil produksi
satu lahan dengan lahan yang lainnya dan bisa menjadi bahan informasi untuk
evaluasi teknik budidaya kedepannya. Adapun hasil ubinan sementara cabai rawit
yang diperoleh pada panen bulan ke 5 (152 hari setelah tanam) dengan frekuensi
panen 5 hari sekali adalah sebagai berikut:
Petak ubinan : 2.5 m x 2.5 m
Jarak tanam :
60 cm x 70 cm
Berat ubinan :
0,68 kg
Produksi/ Ha :
10,88 kw/ha
Penghitungan produksi pada lahan seluas 0,15
Ha dari panen pertama hingga saat ini adalah 369 kg. Hasil - hasil tersebut
merupakan hasil perhitungan sementara, pengambilan ubinan dan penghitungan
produksi akan terus dilakukan hingga panen terakhir untuk mendapatkan sebuah
informasi yang utuh mengenai hasil produksi cabai rawit pada lahan tersebut.
Sementara ini kendala yang masih dihadapi oleh petani di Desa Pakisan adalah musim yang tidak bersahabat seperti angin kencang yang terjadi akhir-akhir ini, serta serangan organisme pengganggu tumbuhan. Pada tahun 2024 Poktan Cakra Sakti sudah mendapatkan kegiatan Sekolah Lapang – Good Agriculture Practices (GAP) yang didalamnya sudah diberikan informasi, pemahaman dan praktik lapangan secara langsung sebagai upaya strategis untuk mengatasi kendala-kendala budidaya dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Kedepannya diharapkan segala bentuk usaha peningkatan produksi tanaman cabai rawit pakisan dapat dilakukan dan dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan petani cabai rawit di Desa Pakisan.
(BPP - Kubutambahan)