Kelangkaan tenaga kerja pada usaha tani padi lebih dirasakan oleh petani pada saat tanam benih dan panen karena kedua kegiatan tersebut lebih mengandalkan tenaga kerja lebih banyak. Walaupun masih ada tenaga kerja namun jumlahnya relatif sedikit dan didominasi oleh tenaga kerja yang telah berumur lebih dari 40 tahun.
Dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja tanam benih padi di subak Banyuning, maka penggunaan alat tanam
pindah benih padi (rice transplanter) sangat penting digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada hari Jumat, 16 April 2021 dilaksanakan kegiatan penanaman padi dengan mesin rice transplanter. Alat mesin ini dioperasikan oleh Bapak Nyoman Gede Pawitra sebagai anggota subak Banyuning dan juga sebagai PPL wilbin Desa Nagasepaha dan Desa Petandakan dan juga didampingi PPL Wilbin Desa Banyuning.
Mengingat biaya tanam manual konvensional di Subak Banyuning 1,5 juta per Ha belum termasuk biaya semai ± Rp. 500000 sehingga totalnya menjadi 2 juta, sedangkan jika menggunakan rice transplanter biaya yang dikeluarkan petani di Subak Banyuning menjadi 1,5 juta per Ha sudah termasuk semai selain biaya yang lebih murah menurut bapak Gede Suara yang juga selaku kelian Subak Banyuning, dengan menggunakan rice transplanter sehari bisa tanam 1,5-2 Ha, itupun karena operatornya sudah lelah ujarnya. Hasil tanam menggunakan mesin rice transplanter bisa menggunakan cara tanam legowo 2:1 dengan umur benih padi maksimal 25 hari dari semai dan bisa tanam 3 benih padi per lubang, dengan adanya rice transplanter sudah seluas 3,2 Ha dari rencana tanam 7,35 Ha bisa tertanam. Luas subak keseluruhan 31 ha, jadi sisanya masih dilakukan penanaman dengan cara konvensional.
Harapannya dengan adanya transplanter petani lebih mudah dalam menanam padi. Dan pada musim tanam berikutnya bisa lebih banyak menggunakan rice transplanter sehingga dari seluruh luasan subak untuk bertanam padi bisa diselesaikan dalam waktu 15-20 hari.