(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Workshop for Implementation of New Damage Assessment Method in Bali (Hari ke-1)

Admin distan | 10 September 2024 | 24 kali

Selasa, 10 September 2024 POPT Ahli-Pertama Bidang Perkebunan menghadiri Workshop for Implementation of New Damage Assessment Method in Bali. Penyelenggara workshop adalah Center of Food Availability for Sustainable Improvement (CFASI) Universitas Udayana. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10-11 September 2024 bertempat di Gedung Agrokompleks Lantai 4, Kampus Unud Sudirman, Denpasar.

 

Hasil :

1.     Workshop pada hari pertama tanggal 10 September 2024 dihadiri oleh Tim Chiba University Japan, Tim CFASI Universitas Udayana, Tim SATREPS Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, BPTPH Provinsi Jawa Barat, Perwakilan Petugas Pertanian dari masing – masing Dinas Pertanian di Provinsi Bali, yang meliputi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem, Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung, Dinas Pertanian Kota Denpasar, Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Bali dan Jasindo Denpasar.


2.         Materi pertama mengenai pengenalan, maksud dan tujuan dari program SATREPS yang berkaitan dengan Implementation of New Damage Assessment Methon in Bali disampaikan oleh Ibu Hongo dari Chiba University, Japan. Disampaikan bahwa program ini merupakan Kerjasama pihak Jepang yaitu Chiba University, Tohoku University of Tokyo, Nihon University dengan pihak Indonesia yang meliputi Institut Pertanian Bogor, Universitas Udayana, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung yang didanai oleh JICA dan JST – Japan. Program SATREPS- New Damage Assessment Method ini merupakan program multitahun yang dimulai sejak tahun 2018 dan berakhir di tahun 2022, namun saat ini dilanjutkan kembali untuk dilakukan kajian mendalam terkait implementasi yang telah dilaksanakan. Adapun tujuan program ini adalah mencari metode baru untuk mengukur kerusakan tanaman padi akibat kekeringan, hama dan penyakit menggunakan data citra satelit dan drone untuk mendukung asuransi pertanian di Indonesia.

3.     Pemaparan materi kedua adalah mengenai proses pengambilan data, analisis hasil pengindraan jarak jauh, dan sharing pengalaman disampaikan oleh Tim SATREPS Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat. Disampaikan bahwa, di Jawa Barat telah melakukan implementasi pengukuran kerusakan tanaman akibat kekeringan, banjir dan penyakit hawar daun bakteri menggunakan metode pengindaraan jarak jauh dengan drone. Pengamatan kerusakan dalam asuransi yang sebelumnya menggunakan metode lama yaitu seperti pemeriksaan visual oleh POPT, lamanya selang waktu dalam penilaian kerusakan serta keterbatasan tenaga lapang kini mulai beralih ke metode baru dengan drone. Penggunaan data drone dan foto satelit radar dalam penilaian kerusakan memberi manfaat diantaranya bersifat objektif, hasilnya akurat, cepat, lebih objektif dan berkeadilan dalam AUTP, penghematan waktu 52% (21 hari menjadi 10 hari) sudah termasuk akuisisi data dan analisis data, serta metode penilaian baru ini memiliki potensi yang sangat besar dan tinggi untuk diadaptasikan ke berbagai kalangan pengguna.


4.      Penilaian kerusakan baru dengan data drone dan citra satelit memerlukan sarana yang mendukung penilaian, seperti drone yang dilengkapi dengan penguat sinyal dan inframerah yang berguna untuk mengukur pantulan spektrum cahaya tanaman yang berasal dari klorofil daun sehingga dapat dijadikan sebagai pembeda antara intensitas spektrum cahaya dari daun yang sehat dan daun yang bergejala akibat adanya gangguan OPT/DPI.

5.       Hal – hal yang didiskusikan pada workshop hari pertama ini antara lain mengenai kendala yang dihadapi oleh sebagian besar Dinas Pertanian di Provinsi Bali yaitu keterbatasan anggaran dalam pengadaan drone beserta sarana pendukungnya, kendala di lapangan seperti angin kencang, lahan sawah yang tertutup vegetasi pohon hingga adanya tower listrik yang dapat menghambat pengambilan gambar dengan drone. Selain itu, kapasitas SDM dalam pengoperasian drone dan proses analisis hasil pengukuran perlu ditingkatkan melalui bimbingan teknis atau pelatihan.