Selasa, 9 Mei 2023 dilaksanakan aplikasi biosaka yang ke 6 di lahan sawah milik Made Suwiarta salah satu anggota subak Selonding Desa Poh Bergong, yang digunakan sebagai lokasi uji coba biosaka, dengan padi varietas inpari 32, yang saat ini sudah berumur 81 hari setelah tanam, dengan kondisi tanaman malai masak penuh. Biosaka adalah bahan dari larutan tumbuhan atau rerumputan, hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan Biosaka adalah pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan (minimal 5 jenis tanaman) atau rerumputan yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan bekas gigitan serangga atau serangan hama dan penyakit. Pemilihan bahan diutamakan untuk daun atau rumput yg tidak berlendir.
Proses pembuatannya dilakukan dengan cara meremas dedaunan atau rerumputan di dalam air kurang lebih 5 liter selama kurang lebih 10-15 menit sampai tercampur homogen tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama). Aplikasi di lapangan yaitu dengan penyemprotan pada waktu dan cara yang tepat, seperti penyemprotan dengan pengabutan diusahakan mengikuti arah angin dan tidak disemprotkan secara langsung ke tanaman. Aplikasi dilakukan dengan melarutkan 40 cc Biosaka dalam 14 liter air bersih.
Penyemprotan dilakukan dengan nozzle kabut di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas tanaman, letak posisi nozzle menghadap ke atas, tidak boleh diulang-ulang
Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin sehingga mudah menyemprot ngabut, perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah angin.
Diharapkan dengan aplikasi biosaka ini dapat menekan penggunaan pupuk dan menekan serangan Organisme Penggangu Tumbuhan di lahan sawah yang telah diaplikasikan biosaka dan produktivitas padi dapat meningkat, serta selalu dapat menjaga kelestarian lingkungan
(BPP BULELENG)