 
          Jumat, 17 Oktober 2025 Kegiatan yang dilakukan adalah monitoring perkembangan tanaman padi pada lahan percontohan milik BPP Busungbiu, yang mencakup pengamatan kondisi fisiologis tanaman, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), perkembangan gulma, serta ketersediaan air. Selain itu, dilakukan pula perbandingan antara tiga sistem tanam yang digunakan, yaitu tegel (20x20 cm), jajar legowo 2:1, dan SRI (System of Rice Intensification).
Monitoring dilaksanakan di lahan milik Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng yang berlokasi di BPP Busungbiu, dengan titik koordinat -8.26043, 114.97039. Lokasi ini merupakan salah satu tempat percontohan dan penelitian lapangan untuk mendukung peningkatan produktivitas padi di wilayah Busungbiu.
Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh tim petugas teknis dari BPP Busungbiu, yang terdiri dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dan POPT (Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan). Tim ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng dalam rangka mendukung kegiatan demplot dan penelitian sistem tanam padi.
Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan fisiologis tanaman padi, menilai efektivitas berbagai sistem tanam, serta mengidentifikasi adanya serangan OPT dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mendukung pengambilan keputusan teknis terkait jadwal panen, tindakan pengendalian hama, dan analisis produktivitas berdasarkan data statistik pertumbuhan.
Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan menggunakan metode Rumpun Tetap untuk mencatat data pertumbuhan, meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan pada masing-masing sistem tanam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa:
1. Sistem SRI memiliki jumlah anakan rata-rata 48 anakan dengan tinggi tanaman 70 cm
2. Sistem Jajar Legowo 2:1 memiliki 21 anakan dengan tinggi tanaman 68 cm.
3. Sistem Tegel (20x20 cm) memiliki 27 anakan dengan tinggi tanaman 70 cm.
Perkembangan fisiologis tanaman pada ketiga sistem tanam terpantau baik, dengan serangan OPT berupa burung dan walang sangit dalam intensitas ringan yang dikendalikan secara mekanis. Kondisi gulma terkendali dan ketersediaan air cukup di seluruh petak pengamatan.
