Singaraja, 21 Mei 2024
Cabai merupakan produk
pertanian khsusnya hortikultura, yang sangat populer sebagai salah satu
pelangkap bumbu masakan dimasyarakat kita. Harga cabai dipasaran sangat mudah
mengalami fluktuasi harga, terkadang dengan kenaikan harga ditingkat pasar yang
sangat tinggi, sehingga hal ini berdampak pada daya beli masyarakat. Untuk
mengatasi harga cabai yang melambung tinggi dipasaran, maka pengembangan
kawasan budidaya tanaman cabai sekala usaha tani sangat perlu dilakukan, dalam
upaya peningkatan kuantitas dan kualitas produksi untuk menstabilkan pasokan
kebutuhan pasar.
Panen cabain dilakukan
ketika buah cabai sudah matang dan memiliki warna yang terang seperti merah dan
orange. Panen cabai dilakukan setelah 60 sampai 90 hari setelah tanam. Cabai
merupakan buah yang mudah rusak setelah dipanen oleh sebab itu, harus dilakukan
penanganan pascapanen yang sesuai, hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan
meningkatkan daya simpan, yang lebih lama. Dalam rangka
pengembangan produk hortikultura yang bermutu dan berdaya saing dipasaran
diperlukan penanganan pascapanen yang baik dan benar (good Handling Practices/GHP).
Kegiatan
pascapanen produk hortikultura, merupakan salah satu kegiatan dalam usaha tani
yang perlu mendapat perhatian, karena menyangkut upaya kehilangan hasil, baik
dalam bobot maupn mutu dan memperpanjang kesegaran produk dan umur simpan.
Tahapan kegiatan pascapanen untuk setiap jenis komoditas hortikultura,
memerlukan penanganan yang berbeda sesuai karakter masing-masing produk. Penanganan pascapanen yang baik dan
benar, merupakan salah satu mata rantai dalam pencapaian standar mutu produk
hortikultura. Penerapan
(Good Handling Practices) pada komoditas hortikultura khususnya
cabai besar,
merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan daya saing
hortikultura, khususnya cabai besar di pasaran, baik domestik maupun Internasional. Untuk
mendukung penanganan pascapanen yang baik di tingkat petani, diperlukan
peningkatan pengetahuan melalui sekolah lapang Good Handling Practices cabai besar. Sekolah
lapang GHP/Good Handling Practices Cabai
Besar, merupakan model penerapan pelatihan yang dilaksanakan secara bertahap
dan berkesinambungan, untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi dalam
penanganan panen, pascapanen, pengolahan pascapanen, sekaligus sebagai wahana
bagi para petani untuk saling belajar dan bertukar pengalaman dengan sesama
anggota, serta interaksi antar anggota dan pemandu lapang.
Bidang
P3HP Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, berkolaborasi dengan
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Good Handling Practices Cabai Besar,
di Kelompok Tani Lumbung Sari, Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, selama 5
(lima) hari, dilaksanakan dari tanggal 27-31 Mei 2024. Sekolah Lapang merupakan
praktek lapang penerapan GHP/SOP pascapanen, dalam rangka menghasilkan produk
yang bermutu, sesuai dengan permintaan pasar, aman konsumsi dan dihasilkan
dengan perlakuan yang ramah lingkungan. Penerapan GHP dalam kegiatan pascapanen, juga bertujuan untuk menekan
kehilangan hasil, mempertahankan daya simpan dan meningkatkan mutu agar
memiliki daya saing.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan SL-GHP adalah untuk memberikan acuan dan petunjuk bagi petugas di lapangan, berkaitan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen pada komoditas cabai besar, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan penerapan GHP bagi petani/pelaku usaha cabai besar.