Pengamatan OPT Padi dilaksanakan di Subak Kayuputih, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar pada Senin, 1 Juli 2024. Pengamatan yang dilakukan oleh POPT Kec. Banjar dan PPL Wilbin Desa Kayuputih yaitu pengamatan keliling.
Pengamatan keliling merupakan pengamatan yang dilakukan dengan menjelajahi wilayah pengamatan untuk mengetahui luas tanaman terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam serta informasi tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling diawali dengan mencari sumber informasi yang akurat dengan menemui petani / kelompok tani atau sumber lain yang dapat dipercaya untuk memeroleh informasi tentang serangan OPT dan kegiatan pengendalian di wilayahnya.
Padi yang diamati berumur 32 hst dengan varietas Cigeulis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lahan garapan pak Putu Marken, diperoleh hasil bahwa padi terkena penyakit blas. Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Jamur ini dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. Oryzae menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala bercak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan urat daun, pinggir bercak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan, bercak-bercak terutama terlihat pada stadium pertumbuhan vegetatif. Bercak-bercak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak tanaman seperti terbakar. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.
Fase penetrasi spora cendawan ini hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu 6 – 8 jam, menginfeksi melalui stomata, dan periode laten untuk memproduksi kembali spora juga tergolong singkat sekitar 4 hari. Faktor lain yang mendukung perkembangan blas adalah keadaan kelembaban sekitar 90%. Faktor pemicu lainnya adalah pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
Teknik pengendalian yang direkomendasikan untuk penyakit blas ini adalah:
(1) Penggunaan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blast diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8.
(2) Jarak Tanam. Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit.
(3) Penanaman Benih Sehat. Jamur penyebab penyakit blast dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin.
(3) Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blast. Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blast. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang.
(4) Penggunaan Fungisida. Aplikasi fungisida dianjurkan jika kerusakan tanaman sudah melewati ambang ekonomi. Adapun bahan aktif pestisida yang direkomendasikan adalah Trisiclazole, benomyl, mancozeb,dll, dan diharapkan penggunaan pestisida ini dapat dilakukan secara tepat dan bijaksana.
(BPP Banjar)