(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

MEWUJUDKAN KEAMANAN PANGAN MELALUI PRINSIP PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) DALAM USAHATANI KACANG GUDE

Admin distan | 02 Oktober 2025 | 63 kali

Kacang gude (Cajanus cajan), atau yang dikenal juga sebagai kacang undis merupakan tanaman perdu yang dapat tumbuh hingga ketinggian 1-4 meter, memiliki daya adaptasi yang luar biasa, mampu bertahan di lahan kering dan kurang subur, menjadikannya komoditas yang potensial untuk dikembangkan di berbagai agroklimat di Indonesia. Tanaman ini tidak hanya menjadi sumber protein nabati yang baik, tetapi juga memiliki peran penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Hal ini dikarenakan sebagai tanaman legum, kacang gude memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen dari udara melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium di akarnya. Ini membantu meningkatkan kesuburan tanah secara alami.


Sebagai salah satu sentra produksi kacang undis di Kecamatan Buleleng, hamper 25% lahan sawah yang ada di Desa Petandakan pada musim tanam kedua  (MT II) Tahun 2025 ditanami kacang undis. Dalam kegiatan usahatani kacang undis, teknik pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) merupakan kunci untuk mendapatkan hasil panen yang optimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sebagai produk segar pertanian yang langsung dikonsumsi tanpa melalui proses pengolahan industri, maka pengendalian/penanganan OPT pada kacang undis perlu dilaksanakan secara terpadu dan bijaksana untuk menjaga keamanan pangannya. Berdasarkan hal tersebut maka pada hari Kamis, 2 Oktober 2025 PPL yang bertugas di Desa Petandakan melaksanakan diseminasi informasi pertanian kepada Kelian Subak Lawas,Bapak Ketut Kastawan dengan topik: Mewujudkan Keamanan Pangan melalui Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Topik ini dipilih dengan tujuan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.


Berikut adalah beberapa teknik pengendalian yang bisa diterapkan dalam kerangka PHT:

1. Pengendalian Kultur Teknis (Agronomis)

Ini adalah langkah pencegahan yang paling mendasar dan ramah lingkungan.

Rotasi Tanaman: Menghindari menanam kacang gude atau tanaman inang lain dari famili yang sama di lahan yang sama secara terus-menerus untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit.

Tumpang Sari: Menanam kacang gude bersama tanaman lain seperti jagung atau sorgum dapat mengurangi populasi hama penggerek polong.

Waktu Tanam yang Tepat: Menyesuaikan waktu tanam untuk menghindari puncak populasi hama.

Sanitasi Lahan: Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi tempat persembunyian atau inang alternatif bagi OPT.

2. Pengendalian Fisik dan Mekanis

Tindakan langsung untuk menghilangkan OPT dari pertanaman.

Pengambilan Manual: Mengumpulkan dan memusnahkan telur, larva, atau bagian tanaman yang terserang secara manual, terutama pada skala lahan yang tidak terlalu luas.

Perangkap: Menggunakan perangkap feromon untuk memantau dan menangkap ngengat Helicoverpa armigera jantan, sehingga mengurangi kemungkinan pembuahan dan populasi hama.

3. Pengendalian Hayati (Biologis)

Memanfaatkan musuh alami untuk menekan populasi OPT.

Pemanfaatan Predator dan Parasitoid: Melestarikan musuh alami seperti laba-laba, semut, dan tawon parasitoid yang memangsa hama.

Penggunaan Agens Hayati: Mengaplikasikan bioinsektisida yang mengandung mikroorganisme seperti Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) yang spesifik menyerang larva Helicoverpa, atau jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana.

4. Pengendalian Kimiawi (Pestisida)

Ini adalah pilihan terakhir jika metode lain tidak mampu mengendalikan populasi OPT di bawah ambang batas ekonomi.

Pestisida Nabati: Menggunakan ekstrak dari tanaman seperti mimba, tembakau, atau bawang putih yang memiliki sifat insektisida.

Pestisida Sintetis: Jika terpaksa digunakan, pilih pestisida yang selektif (hanya membunuh hama sasaran), terdaftar secara resmi, dan aplikasikan sesuai dengan dosis, waktu, dan cara yang dianjurkan pada label kemasan.


dari hasil wawancara dan pengamatan kami di lapangan, Untuk panen undis di Desa Petandakan yang sudah dimulai dari awal bulan september dan sampai awal oktober niki sudah berproduksi  3500 kg undis dengan perhitungan : 

lahan yang ditanami undis di Desa Petandakan Th 2025 : 7 Ha

selama bulan September sdh panen sebanyak 3 kali panen dg rata rata produksi setiap panen = 500 kg/ha

Sehingga pada bulan September 2025 produksi undis di Desa Petandakan adalah = 7 ha x 500 kg = 3500 kg atau 3,5 ton undis.

Untuk pemasaran undis di Desa Petandakan ada pengepul yang langsung datang ke rumah petani membeli hasil panen petani.


Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatakan pengetahuhan petani dalam berusahatani kacang undis sehingga mereka mampu menghasilkan produk pertanian yang tidak hanya berkualitas tetapi juga aman bagi kesehatan.