Di Indonesia vanili telah menyebar luas hampir di seluruh wilayah dengan daerah sentra produksi di daerah Jawa, Bali, Sulawesi dan Sumatra. Hal ini telah menempatkan tanaman vanili sebagai komoditi ekspor yang bernilai tinggi dan dapat meningkatkan devisa negara. Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu spesies dari famili Orchidaceae yang buahnya dapat digunakan sebagai bahan campuran makanan, minuman, farmasi dan kosmetik.
Perkembangan tanaman vanili di Bali, khususnya Kabupaten Buleleng cukup pesat. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditas vanili memiliki daya tarik yang cukup besar, dikarenakan nilai ekonominya yang cukup tinggi. Keberhasilan dalam penanaman vanili tergantung dari teknik budidaya yang dilakukan. Teknologi budidaya yang benar adalah penanaman di lokasi yang sesuai, penggunaan varietas unggul, teknik penanaman dan pemeliharaan hingga panen serta pasca panen yang benar.
Jumat (26/02/2021) telah dilakukan pendampingan dalam penanaman vanili oleh PPL Wilbin di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Sebanyak 352 bibit di tanam pada areal seluas 1,4 are. Adapun media tanam yang digunakan adalah cocopeat, arang sekam, kulit kopi dan ditambah dengan dolomit serta trichoderma. Penggunaan sekam diduga mampu menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bibit karena memberikan tambahan unsur hara, khususnya Si (Silikat), C-Organik, N (Nitrogen) dan P (Fosfor) di samping unsur K, Ca, P dan Mg. Adanya kandungan silikat yang tinggi pada sekam dapat menghasilkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit melalui pengerasan jaringan daun.
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 1x1,5 meter, di mana tiap ajir tanaman/penunjang berisi 4 bibit vanili yang ditanam mengitari ajir/penunjang. Tanaman vanili selama pertumbuhannya memerlukan panjatan agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Bila merambat di atas tanah maka tanaman sulit untuk berkembang dan berproduksi dengan baik, di samping itu mudah terserang penyakit terutama penyakit busuk batang panili.
Saat ini Indonesia termasuk negara kedua di dunia sebagai penghasil vanili setelah Madagaskar. Kondisi ini harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan vanili diperlukan strategi yang tepat agar tingkat produktivitas tanaman dan pendapatan petani selalu pada kondisi yang baik dan berkelanjutan. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menerapkan “good agriculture practice” dan “good manufacture practices” sekaligus pengembangan produk organik, sehingga menghasilkan vanili yang berkualitas tinggi dan meningkatkan daya saing vanili di pasar internasional.
Faktor internal yang mendukung pengembangan vanili di Indonesia adalah lahan yang cukup luas dan jauh melebihi luas negara pesaing seperti Madagaskar dan Meksiko. Oleh karena itu salah satu upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan perluasan areal pertanaman vanili maupun rehabilitasi atau peremajaan. Dengan demikian kebutuhan bibit vanili menjadi bertambah.